The Breakup

2.4K 165 3
                                    


"Kita lebih baik putus saja,"

Nayeon menunduk, meremas jari-jarinya hingga buku-buku jarinya terlihat putih. Gadis itu juga menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, mencoba menahan air mata yang sudah bertumpuk di kelopak matanya. Ia tidak berani mengangkat wajah dan menatap lawan bicaranya yang sedang berdiri tegak dengan tinggi menjulang—Park Chanyeol, yang adalah kekasihnya sampai beberapa detik yang lalu sebelum kalimat barusan diucapkan oleh lelaki itu sendiri.

Seakan mendukung suasana, angin musim gugur berhembus kencang, menusuk tulang-tulang seperti perkataan Chanyeol yang menusuk hati Nayeon. Tanpa bisa ditahan lagi, setitik air mata jatuh tepat di atas sepatu boots hitamnya, dan saat itu juga Nayeon memberanikan diri untuk menatap Chanyeol langsung, menarik kedua sudut bibirnya ke masing-masing sisi dengan terpaksa, lalu mengucapkan, "Baiklah, terima kasih untuk selama ini, Chanyeol. Maaf mungkin aku belum bisa menjadi pacar yang baik selama ini. Terima kasih."

Chanyeol menunduk sebentar, kemudian kembali menatap Nayeon. "Baiklah, kalau begitu aku duluan," laki-laki itu lalu memutar badannya seratus delapan puluh derajat kemudian berjalan meninggalkan Nayeon, yang masih berdiri termenung sendirian ditemani daun-daun gugur yang menari ditiup angin.

Apa yang salah?

Apa yang sudah dilakukannya?

Apa yang belum dilakukannya?

Nayeon lagi-lagi tertunduk, tapi kali ini ia tidak lagi menahan air mata yang sudah sejak tadi terbendung di pelupuk matanya. Kedua pipinya sudah basah oleh air mata, dan suara isak tangisnya terdengar jelas. Untungnya, taman di belakang kampusnya itu sedang sepi, jadi tidak akan ada yang mendengar Nayeon. Paling tidak, tidak akan ada yang menganggap Nayeon sebagai penunggu taman jikalau mereka mendengar Nayeon menangis. Nayeon ingin menangis sepuasnya, paling tidak sampai hatinya sedikit lega.

Sebentar lagi, sebentar lagi.

Nayeon akan baik-baik saja.

Semoga.

TornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang