The First Step

1.1K 114 9
                                    

Nayeon - Jeongyeon

"Kau sudah dengar beritanya? Kudengar Chanyeol memutuskan Nayeon karena ia bosan..."

Nayeon harusnya tidak mendengar itu, tapi entah kenapa, bisikan itu terdengar lebih besar daripada yang seharusnya. Ia setengah mati menahan rasa ingin tahunya, bertahan untuk tidak menoleh ke arah sumber suara dan terus menunduk sambil berjalan. Jeongyeon, yang sedang berjalan di sampingnya menyadari hal itu.

"Tidak usah dipedulikan," Jeongyeon berbisik pelan, lalu merangkul bahu Nayeon dan meneruskan langkah mereka.

Nayeon menghela napasnya. Sekarang perjalanannya menyusuri koridor kampus menjadi lebih berat daripada biasanya. Selalu saja ada mata yang meliriknya dengan tatapan aneh, bisikan juga cibiran dari penggemar Chanyeol yang tidak mengenakkan hati. Satu-satunya hal yang bisa disyukurinya adalah karena Jeongyeon hampir selalu menemaninya di saat-saat seperti ini.

Mereka berdua sampai di kafeteria tidak lama kemudian, keduanya lalu duduk di salah satu meja yang berdekatan dengan jendela.

"Ah, aku lapar sekali." Jeongyeon mengeluh sambil memegang perutnya. "Nayeon-ah, kau mau pesan apa? Biar aku pesan sekalian,"

Nayeon menggeleng, "Kau makan saja, aku sedang tidak lapar."

"Ya! Kau belum makan apa-apa dari tadi pagi dan ini sudah siang, kau mau mati? Aku akan memesankanmu makanan, dan kau harus makan. Mengerti?"

Nayeon meringis, "Tapi aku benar-benar tidak lapar, Yoo Jeongyeon..."

"Tidak ada tapi-tapi, kau harus makan." Jeongyeon mencubit lengan Nayeon dan membuat gadis itu kembali meringis kesakitan, sebelum akhirnya melenggang pergi untuk memesan makanan.

Nayeon merengut, Jeongyeon memang selalu bertingkah seolah-olah ia Ibunya, satu hal yang disyukuri oleh Nayeon tapi juga terkadang membuatnya kesal.

Selagi menunggu Jeongyeon kembali, Nayeon menyapukan pandangannya ke luar jendela, yang menampilkan pemandangan lapangan kampus. Lapangan itu memang luas sekali, ada lapangan sepak bola, voli, basket, dan beberapa lapangan multifungsi lainnya, dengan tempat duduk tribun melingkari lapangan-lapangan itu. Semuanya terisi oleh mahasiswa-mahasiswa yang sedang bermain bebas, tidak memedulikan teriknya matahari di siang itu.

Sepasang mata Nayeon tertuju ke lapangan basket yang berada di tengah lapangan lainnya, tempat dua tim basket sedang bermain. Tidak butuh waktu lama untuk Nayeon mengenali salah satu dari mereka, pemain dengan tinggi yang mencolok dibandingkan teman-temannya, yang sedang menggiring bola kemudian melemparkan bola itu dengan lihai masuk ke dalam ring. Lalu, sosok itu tertawa lepas sambil mengepalkan tangannya ke udara, menatap lawannya yang sedang kewalahan.

Park Chanyeol.

Sudah berapa lama Nayeon tidak melihat laki-laki itu? Rasanya sudah lama sekali.

Sudah lama sekali sejak Nayeon melihat laki-laki dengan tinggi menjulang itu. Sudah lama sekali Nayeon tidak melihat senyumnya. Sudah lama sekali Nayeon tidak mendengar tawa lepasnya. Sudah lama sekali Nayeon tidak menggenggam tangannya.

Nayeon tidak bisa mengelak, Nayeon merindukannya.

"Nayeon, ini makananmu," tanpa Nayeon sadar, Jeongyeon ternyata sudah kembali dan tengah meletakkan semangkuk nasi dan beberapa piring lauk di hadapan Nayeon.

Nayeon terkejut sesaat, kemudian menatap Jeongyeon dengan senyum yang terlihat dipaksakan. "Terima kasih, Jeongyeon."

Jeongyeon duduk kemudian mulai menyantap makanannya dengan lahap. "Oh, iya. Kau ada latihan teater sehabis ini?" Jeongyeon yang tadi menunduk, sekarang mengangkat wajahnya dan mendapati Nayeon sedang menatap jauh ke luar jendela. Jeongyeon kemudian mengikuti arah padang Nayeon, dan yang tatapannya jatuh pada salah satu pemain basket yang sedang berlaga di lapangan itu. Jeongyeon menghela napas dan meletakkan sumpitnya, kembali menyadarkan Nayeon yang sedari tadi melamun.

TornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang