The Word

943 90 9
                                    


Nayeon

Nayeon melangkah pendek-pendek, berusaha menyelinap di antara kerumunan manusia yang membanjiri koridor kampusnya. Hari sudah sore, rata-rata kelas sudah selesai dan sekarang waktunya para mahasiswa untuk pulang atau mengikuti kegiatan tambahan. Nayeon sendiri baru saja selesai latihan teater, ia berencana untuk mencari Jeongyeon untuk pulang bersama. Rencananya, mereka akan mampir di bakery langganan Nayeon untuk membeli cinnamon roll yang sudah lama diidam-idamkannya. Bakery yang dulu selalu disinggahinya dengan Chanyeol, tetapi karena ia sudah tidak bisa pergi dengan Chanyeol sekarang, maka Jeongyeon-lah pelampiasannya.

Nayeon akhirnya berhasil keluar dari kerumunan sesak itu. Ia melompat kecil keluar, kemudian menghembuskan napas panjang. Bahkan menyebrangi kerumunan kini terasa melelahkan untuknya, apalagi dengan puluhan pasang mata yang masih menatapnya dengan tatapan heran dan penuh tanya, ditemani bisik-bisik yang berusaha tidak dihiraukan Nayeon.

Nayeon mengedarkan pandangan ke seluruh sudut halaman yang luas, kemudian menemukan Jeongyeon sedang duduk bersama beberapa temannya di salah satu bangku taman. Nayeon melambaikan tangannya tinggi-tinggi, berteriak, "Jeongyeon-a!"

Jeongyeon tidak tampak bergeming, ia masih terlihat bersenda gurau dengan teman-temannya. Baru saja Nayeon ingin memanggil Jeongyeon lagi, tiba-tiba sebuah suara dari arah belakang memanggil namanya, "Hei, Nayeon!"

Nayeon refleks berbalik, dan mendapati Jinyoung sedang berlari-lari kecil ke arahnya dengan napas tersengal-sengal, terlihat kelelahan. Hanya butuh beberapa saat untuk Jinyoung sampai ke tempat Nayeon berdiri. Sambil berusaha mengatur napasnya, Jinyoung kemudian menyodorkan sebuah buku dengan tangan kanannya kepada Nayeon.

Nayeon tertegun. Oh, benar juga. Jinyoung kemarin berjanji untuk meminjamkannya buku ini. Mungkin karena terlalu bersemangat untuk mampir ke bakery, Nayeon sampai lupa.

"Aku berusaha mengejarmu tadi saat latihan teater selesai, tapi langkahmu cepat juga." ujar Jinyoung, kemudian menyodorkan buku itu lagi untuk Nayeon ambil.

"Maaf aku lupa—aku ada janji dengan Jeongyeon." Nayeon mengambil buku itu dari tangan Jinyoung, membaca judulnya kemudian ia mengembalikan tatapannya ke Jinyoung, "Terima kasih, Jinyoung." ucapnya tulus.

Jinyoung mengangguk, dengan ekspresi datar. Nayeon sempat mengira Jinyoung tersenyum tipis—tipis sekali—tapi Nayeon tidak yakin Jinyoung membalas senyumnya. Ah, kenapa juga aku berharap dia tersenyum? Bodoh.

Tiba-tiba Nayeon merasakan sikunya disentuh. Saat ia berbalik, Jeongyeon sudah berdiri di sampingnya, ikut berhadapan dengan Jinyoung.

"Jinyoung-a, annyeong!" sapa Jeongyeon basa-basi.

Jinyoung tersenyum sekilas pada Jeongyeon, "Hei, Jeongyeon."

"Ada urusan apa dengan Nayeon?" tanya Jeongyeon, to the point, dengan nada penuh curiga.

"Ah, itu—aku meminjamkan buku itu pada Nayeon." jawab Jinyoung sambil menunjuk buku yang sudah di tangan Nayeon dengan dagunya.

Nayeon memainkan buku itu di tangannya, memperlihatkannya pada Jeongyeon. Jeongyeon tampak sedikit terkejut, kedua alisnya terangkat, tapi kemudian ia mengangguk-angguk. Bahkan sebelum Jeongyeon katakan, sepertinya Nayeon sudah tahu apa yang ada di kepala Jeongyeon sekarang.

"Kalau begitu, aku duluan." Jinyoung tersenyum lagi, lalu berlalu meninggalkan Jeongyeon dan Nayeon.

Ketika Jinyoung sudah berada di jarak aman—cukup jauh untuk tidak mendengar Nayeon dan Jeongyeon lagi, Jeongyeon berteriak, "O-ow! Apa itu tadi?!"

Nayeon memukul lengan Jeongyeon. Sudah ia duga, Jeongyeon akan mengeluarkan reaksi yang berlebihan. "Bukan apa-apa, tentu saja. Aku bertemu dengan Jinyoung kemarin di toko buku, lalu ia sendiri yang menawarkan untuk meminjamkan buku ini."

TornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang