Nayeon
"Sampai ketemu besok!" Nayeon berseru pada sekelompok teman-temannya yang sedang duduk di salah satu bangku taman, sambil melambai dan tersenyum lebar. Teman-teman sekelasnya, termasuk Jihyo, Sana, dan beberapa orang lainnya balas tersenyum dan ikut melambai, hingga akhirnya Nayeon berbalik dan melangkahkan kakinya dengan ringan ke arah gerbang.
Suasana hati Nayeon sedang baik. Pengumuman nilai untuk salah satu mata kuliah yang sulit menurut Nayeon telah keluar, dan siapa sangka nilai Nayeon cukup memuaskan. Jeongyeon juga berjanji untuk mentraktirnya cinnamon roll hari ini, entah dalam rangka apa. Sementara Jinyoung...
Ah, itu dia.
Baru saja nama Jinyoung terlintas di pikiran Nayeon, laki-laki itu sudah datang mendekatinya sambil berlari-lari kecil. Begitu Jinyoung sudah berdiri di samping Nayeon, ia menggandeng tangan Nayeon dan menyusupkan jari-jarinya di sela-sela jari Nayeon.
"Sudah kubilang tunggu aku," gumam Jinyoung dengan suara kecil. Kedua matanya melihat lurus ke depan--seperti menghindari kedua mata bulat Nayeon yang kini sedang menatapnya.
"Iya, maaf." Nayeon membalas, sambil tersenyum dan terkekeh pelan. "Ah, aku lupa. Aku harus menelepon Jeongyeon."
Dengan salah satu tangannya yang bebas, Nayeon mengeluarkan ponselnya dan dengan cepat menekan tombol untuk menghubungi Jeongyeon. Nayeon menempelkan ponselnya ke telinga, disambut dengan suara akrab Jeongyeon.
"Oi, aku sudah di Paris Baguette. Kau dimana?" ucap sahabatnya di seberang sana.
"Ya, tunggu aku di sana. Aku sudah di jalan." Nayeon menjawab pertanyaan Jeongyeon, ketika tiba-tiba Jinyoung bertanya.
"Mau kemana?"
"Paris Baguette, dengan Jeongyeon."
"Boleh aku ikut?"
"Ah, oh, sebentar." Nayeon kembali beralih pada ponselnya, "Hei, Jeongyeon, boleh Jinyoung ikut dengan kita?" tanyanya kali ini, sambil menekan tombol speaker sehingga Jinyoung juga bisa mendengar percakapan mereka.
"Apa? Jinyoung mau ikut? Hei, kalian ini sudah seperti amplop dan perangko, kemana-mana selalu bersama. Lagipula kau akhir-akhir ini sudah disabotase Jinyoung dan jarang sekali main denganku, sekarang pun kau ingin membawa pacarmu ke acara kita berdua?"
Nayeon tertawa sambil menatap Jinyoung, yang sekarang sedang memasang wajah cemberut.
"Jeongyeon, sekali ini saja.." bujuk Nayeon.
Jeongyeon terdengar menghela napas, "Baiklah, tapi kalau begitu Jinyoung yang bayar, oke?"
"Hei, kau ini ingin memerasku atau apa?" Jinyoung kali ini ikut angkat bicara.
Nayeon lagi-lagi tertawa akibat kelakuan sahabatnya dan pacarnya, yang sepertinya tidak pernah bisa akur. "Ayolah, Yoo Jeongyeon.." katanya lagi pada akhirnya, masih berusaha untuk membujuk sahabatnya.
"Tidak, kalau Jinyoung mau ikut, dia yang harus mentraktir kita." ucap Jeongyeon tegas.
Kali ini, Jinyoung yang menghela napas, "Ya, baiklah. Kalian berdua bisa makan sepuasnya."
"Nah! Bagus! Cepat datang, aku sudah menunggu lama. Hati-hati di jalan!"
Klik. Telepon ditutup.
Nayeon lagi-lagi hanya bisa menggeleng karena ulah Jeongyeon, tetapi kemudian ia kembali tertawa dengan Jinyoung, menertawakan perkelahiannya dengan Jeongyeon yang tiada habisnya.
Saat ini, Nayeon merasa benar-benar bahagia. Setelah lama berlarut-larut dalam kesedihan dan menolak untuk membuka diri pada siapa pun, akhirnya Nayeon memilih kebahagiaannya sendiri dibanding harus jatuh ke lubang yang sama. Dirinya pun sadar, banyak orang di sekitarnya yang menyayanginya sepenuh hati. Jeongyeon, Jinyoung, keluarganya. Setidaknya Nayeon tahu, mereka tidak akan meninggalkannya.
Jadi sekarang, tidak ada lagi hari-hari yang dihabiskan Nayeon dengan bersedih. Tidak ada lagi air mata untuk orang yang tidak pantas. Tidak ada lagi tangisan sendu tiap malam hari saat Nayeon merasa sendirian.
Sekarang hanya ada Nayeon dan Jinyoung.
Nayeon menoleh ke samping dan mendongakkan kepalanya, menatap Jinyoung yang kini memimpin langkah mereka. Laki-laki itu--seperti biasa--tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Raut wajahnya cenderung serius, bahkan saat mereka berjalan santai seperti ini. Hal itulah yang disukai Nayeon dari Jinyoung, bagaimana laki-laki itu terlihat serius hampir setiap saat, tetapi akan melunak hanya di depan Nayeon.
Dengan iseng, Nayeon menarik tangan Jinyoung, kemudian mengecup pipi lelaki itu tiba-tiba.
"H-hei, kenapa tiba-tiba?" Jinyoung refleks menarik diri, seolah-olah tidak suka.
Nayeon hanya tersenyum usil, kemudian menertawakan wajah Jinyoung yang kini merona, diikuti dengan kedua telinganya yang ikut memerah.
Benar, saat ini hanya ada mereka berdua, dan cinta yang mereka bagi.
END
---
Finally!
Maaf banget buat yang udah nunggu lama buat cerita ini!
Akhir-akhir ini authornya sibuk dan harus bener-bener cari waktu untuk nulis lagi di sela-sela kesibukan. Semoga endingnya tidak mengecewakan dan semuanya suka, walaupun mungkin masih banyak banget kekurangannya.
Makasiiiih banget buat yang berbaik hati untuk baca, ninggalin komen dan ngevote, it really helps me a lot in gaining strength to keep writing! :") If you read and like it, please do leave some nice comments! Though criticism and any advice or suggestions are welcomed with an open heart as well. 💙Please check out my other stories here:
https://my.w.tt/F0aINL30W2
[NEW!!] Mixtape of Love
Jinyoung x Nayeonhttps://my.w.tt/REvQVfQ0W2
When I'm With You
Jinyoung x Nayeonhttps://my.w.tt/sIAA1rT0W2
Still
Jinyoung x NayeonSee you on other stories!
xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Torn
Romance"Nayeon menyukai semua tentang Chanyeol, tanpa terkecuali, tanpa jeda, tanpa terbata-bata." *** "Sebentar lagi, sebentar lagi. Nayeon akan baik-baik saja. Semoga." *** "Apa yang kurang dari Nayeon? Apa yang harus diperbaikinya? Kenapa Nayeon tidak...