(Namakamu) terbangun di sebuah ruangan serba putih yang terang serta bau obat-obatan kimia menusuk hidungnya, bau aneh itu mengantarkan signal aneh ke dalam perutnya—rasanya perut (namakamu) seperti di aduk dengan garpu. Dengan susah payah (namakamu) mencoba duduk.
Dengan punggung yang bersender pada kepala tempat tidur, sekali lagi (namakamu) menatap ruangan serba putih ini, rasanya ada yang aneh saat menatap segala sesuatu dengan mata yang kabur. (Namakamu) mengerjap, memaksa indra penglihatannya untuk berfungsi senormal mungkin, dan itu membutuhkan waktu sekitar lima menit.
Pintu terbuka, memunculkan sosok Steffie dengan wajah sebal, tapi wajah sebal itu langsung tergantikan dengan wajah ceria saat mendapati sosok (namakamu) yang entah sejak kapan terbangun dari komanya selama beberapa minggu.
”(Namakamu)?”
Gadis yang saat ini sedang memakai piyama rumah sakit itu mengernyit. ”Muka lo kayak udah nggak jumpa gue selama bertahun-tahun!” Cibir (namakamu), detik berikutnya dia rasakan tubuh Steffie terhempas ke arahnya dan memeluknya. (Namakamu) berjengit saat sesuatu di perutnya terasa sangat sakit.
”Fie,” rintih (namakamu), mencoba menjauhkan badan Steffie.
Steffie tergagap dan menepuk keningnya. ”Maaf, gue lupa, ya ampun! Tolol banget! Sakit nggak?” Sorot mata Steffie memandang ngeri ke arah perut (namakamu).
Mendapati tatapan yang tak biasa dari Steffie membuat (namakamu) penasaran, apa yang sebenarnya gadis itu pikirkan. Dan (namakamu) juga penasaran apa yang membuat perutnya mendadak perih. Secara perlahan (namakamu) menyikap sedikitnya baju yang dia kenakan, dan di dapatinya bekas luka memerah serta bekas jahitan. Sedetik (namakamu) terdiam untuk mencerna semuanya, dan detik berikutnya gadis itu berteriak histeris.
”STEFFIE!! KENAPA SAMA PERUT GUE?!!!”
”Bastian bilang perut lo ke tusuk sama besi, gitu deh, katanya,” jawab Steffie santai. ”Gue seneng deh lo udah sadar, tapi gue ngeri ngebayanginya,”telunjuk Steffie mengarah pada perut (namakamu).
”Gue ke tusuk? Kok nggak mati?”
Plak!
Tangan Steffie terayun untuk menampar wajah (namakamu) dengan tasnya.
”Jadi lo mau mati, hah?”
Sambil meringis, (namakamu) mengerucutkan bibirnya sebal. ”Biasanya kan kalau di drama-drama kayak gitu,”
”What the? Berasa aktis korea lo!” Cibir Steffie, lalu dia menarik kursi untuk di dudukinya, sebelum berbicara dia menghela napas panjang. ”DASAR KAREL SINTING!” Katanya. Kening (namakamu) berkerut, sekelebat kejadian entah beberapa hari, minggu atau mungkin bulan terbayang di kepalanya. ”Padahal gue seneng banget udah dapet kerjaan, tapi nggak taunya sampe sana gue malah di siksa, di paksa ngasih tau rahasia lo, dan tololnya gue langsung jawab kalo lo itu cenayang, gue bego, tolol, maapin gue, (namakamu), reflek gue, terus gue di racun sampe nggak sadar, malah bangun-bangun leher gue sakit lagi. Babi banget kan, Karel? -..-”
”Apasih, Fie, mulut lo!” (Namakamu) sedang tidak fokus dengan ucapan Steffie, isi kepalanya terus menerus mengeluarkan penggalan kejadian di bawah tanah itu, walaupun tak begitu jelas tapi sedikit demi sedikit (namakamu) mulai ingat.
”Jangan bilang kalau lo masih suka sama Karel setelah kejadian tiga minggu yang lalu!” Dengan sangat histeris telunjuk Steffie menuding ke wajah (namakamu).
(Namakamu) menggeleng tidak jelas.
”Bastian mana?”
Wajah histeris Steffie digantikan dengan garis-garis tekukan sebal. ”Jamban,” gerutunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere
RomanceLangsung baca aja.. Jangan lupa vote 💫 Repost Muhammad Aryanda.