Seorang laki-laki berjalan rusuh di sebuah lobi perusahaan, mengabaikan belasan karyawan yang menyapanya dengan hangat disertai senyuman yang indah atau mungkin bisa di bilang senyuman perayu. Dia terus berjalan mengabaikan, kepalanya fokus ke depan dan tatapanya yang tajam membuat beberapa karyawan di depan sana—yang baru saja keluar dari lift segera menyingkir tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Laki-laki itu masuk, berselang beberapa detik suara dentingan lift menunjukan kalau dia sudah tiba di lantai yang ada di pikirannya. Sedikit membenahkan dasinya yang melenceng, lalu laki-laki itu kembali melangkah—masih dengan wajah dingin, tatapan yang tajam, dan langkah yang amat rusuh atau dengan arti lain, sebenarnya dia tidak ingin berada disini.
Brak!
Seluruh karyawan yang berada diluar ruangan laki-laki itu berjengit setelah mendengar bantingan pintu yang sangat kasar itu. Sebenarnya ini sudah untuk yang kesekian kalinya semenjak laki-laki itu masuk ke dalam bagian perusahaan ini.
Wajahnya sih sangat tampan malah melebihi kata tampan, tapi sifatnya yang sungguh menyebalkan membuat semua karyawati dengan senang hati menyingkir, tapi masih ada beberapa karyawati yang masih mengharapkan sesuatu dari laki-laki tampan itu.
Sekedar..
'hai'
'selamat pagi'
Oh! Mungin tidak perlu seperti itu bagaimana kalau laki-laki hanya tersenyum saja? Ahh, rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitiki perut para gadis-gadis ini.
”Hallo?!”
”APA?!!” Laki-laki itu sampai beranjak dari kursinya karena mendengar perkataan yang paling menyebalkan dari seseorang di sebrang sana.
”Sekarang?!”
Tutt.. Tutt..
”Damn!”
Wajahnya memerah menahan kesal, rahangnya yang mulus itu seketika dihuni oleh beberapa urat yang menyembul. Ingin sekai dia berteriak mengeluarkan jutaan kata yang tersumbat di tenggorokannya.
Laki-laki itu berdiri lalu melangkah keluar dengan gusar, ternyata ada beberapa karyawati yang berusaha mengintip keadaannya di dalam. Sungguh? Itu terlihat menyebalkan. Tapi Iqbaal tetap saja menanggapinya dengan biasa, dengan wajah dingin serta fokus matanya yang selalu ke depan. Tak ada satupun karyawan disini yang pernah mengobrol dengannya, tapi banyak karyawati yang berusaha bersikap 'I'am always there for you'
”Tuan, ada sebuah mobil yang baru saja datang dan seorang supirnya mengatakan kalau dia akan menjemput tuan.” Seorang karyawan menyeimbangi langkah Iqbaal dengan ekspresi paling tolol—tangan saling tergenggam, tatapan sendu, bibir yang bergetar dan wajahnya yang sangat ketakutan.
”Saya bisa berangkat sendiri.” Katanya yang baru saja masuk ke dalam lift untuk kembali ke lantai dasar.
”Tapi, dia bilang ini atas perintah tuan Karel.” Karyawan itu menambahkan dengan takut-takut.
Iqbaal menatapnya garang. ”Dia tidak berhak mengatur saya!” Iqbaal menegaskan, suaranya naik dua oktaf membuat karyawan itu menciut dan lebih memilih diam. ”Dan tolong, jangan panggil saya tuan karena disini saya hanya karyawan biasa. Permisi.”
Pintu lift tertutup dan menghilangkan sosok Iqbaal. Karyawan itu mendengus lalu berbalik meninggalkan lokasi. Walaupun sifat Iqbaal yang menyebalkan tapi dia orang yang sangat sopan, jadi tak ada satupun sifatnya yang kasar atau tatapannya yang dingin yang membekas di benak karyawa-karyawan disini
oOo
Rapat sepagi ini? Itu yang membuat Iqbaal kesal setengah mati saat keluar dari ruangannya. Di tambah lagi atas pemberitahuan salah satu karyawan yang mengatakan ada sopir pribadi yang akan menjemputnya, bukan, bukan itu permasalahannya, tapi saat karyawan itu mengatakan kalau sopir itu hadir atas perintah Tuan Muda Karel.
![](https://img.wattpad.com/cover/171754228-288-k674828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere
RomanceLangsung baca aja.. Jangan lupa vote 💫 Repost Muhammad Aryanda.