Chapter 6. Alfan

6K 843 81
                                    

"Daddy."

Alfan menunduk, lalu tubuhnya berusaha untuk mengimbangi sosok mungil di hadapannya. "You really can't come along with us?"

Pemandangan dimana keponakannya yang menggemaskan itu hanya membuat rasa lelahnya setelah bekerja seperti menghilang begitu saja. Lyro hanya salah satu dari sekian makhluk paling menggemaskan di dunia ini.

Sebuah wajah cemberut hanya Alfan dapatkan setelah ia menggelengkan kepalanya. Untuk itu, ia membawa sosok mungil Lyro ke dalam gendongannya. "You already know that I have to looking for someone." Jawabnya. "He's very important to me." Pungkasnya.

Alfan hampir tertawa saat wajah cemberut milik Lyro terganti dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu. "Is he that B?" Tanyanya dengan logat cadelnya.

Saat Alfan mengangguk, Lyro terlonjak dalam gendongannya. Ekspresi bocah itu sekarang berganti dengan ekspresi bersemangat.

"I want to see him." Serunya. "Lyro wants to meet him." Ulangnya lagi dengan ceria.

Untuk itu, Alfan mengusak gemas rambut kecoklatan milik Lyro. "Soon." Jawabnya dan sebuah anggukan yang kelewat bersemangat hanya Alfan dapatkan.

"Udah pulang, Al?"

Seorang wanita cantik muncul dan Alfan memberinya sebuah senyuman tipis setelah mengangguk. "Hari ini enggak ada meeting jadi bisa pulang lebih awal." Jawabnya.

"Lyro dari tadi nanyain kamu terus. Papa nya aja ditolak."

Alfan mendengus lalu menatap Lyro yang masih berada di dalam gendongannya. "Do you want to play with me?" Tanyanya dan ia kembali mendapatkan anggukan yang kelewat bersemangat.

"Dinner first and let me take a bath. After that, we can play as much as you want."

Lyro seperti memasang wajah tidak terima dan Alfan keburu menyela; "you are a good kid, aren't you?" Tanyanya.

Anggukan kepala yang Alfan terima kemudian bukanlah anggukan seperti sebelumnya. Maka dari itu, ia tersenyum dan mencium pucuk kepala Lyro sambil bergumam "good boy" pada bocah itu.

Setelah itu, ia menggendong Lyro menuju ruang makan setelah melayangkan sebuah senyuman pada wanita cantik tadi yang notabene adalah Kakak perempuannya. Alea.

Publik mengetahui bahwa Alfan hanyalah anak tunggal tapi ia mempunyai Kakak perempuan yang memang tumbuh besar di Australia bersama dengan kakek dan neneknya. Mereka tidak mengetahui keberadaan Alea maupun Lyro. Tidak ada yang mengetahui bahwa Kakak perempuannya telah menikah bahkan memberinya seorang keponakan.

Tapi biarlah fakta itu menjadi asumsi publik. Alfan tidak mau kehidupan Kakak perempuannya terusik, apalagi sudah ada Lyro sekarang. Mereka membutuhkan privasi.

Alfan menuju kamarnya setelah makan malam berakhir. Ia harus segera mandi karena mempunyai janji bersama dengan Lyro. Mengingat itu hanya membuatnya tersenyum.

Ia memasuki kamar mandinya sambil membuka kemejanya yang mahal. Lalu matanya terpaku pada sebuah kemeja yang terletak di dalam sebuah lemari kecil yang terbuka di dalam kamar mandinya. Itu adalah kemeja miliknya.

Kemeja yang pernah dipakai oleh Bagas.

Lucutan pada bajunya terhenti. Alfan menggapai benda itu dan membaui wangi di sana. Itu adalah wangi milik Bagas yang hampir hilang. Wangi baby powder bercampur dengan stroberi. Wangi yang seharusnya dimiliki oleh seorang anak seperti Lyro. Tapi itu adalah satu dari sekian keunikan milik Bagas.

Alfan tidak mempunyai rencana untuk menemui kembali bocah itu. Ia merasa belum memiliki celah. Kemeja miliknya yang berada pada bocah itu sudah kembali padanya. Tapi itu bukan berarti Alfan akan menyerah.

When Love Happens [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang