Bagas hanya bisa terbengong saat mendapati dirinya berada dalam pelukan seorang Alfan Prasetya.
Kilas balik kejadian semalam terlintas di kepalanya dan Bagas merasakan wajahnya menghangat. Jadi ia memilih untuk mengubur wajahnya pada dada bidang milik Alfan di hadapannya.
Tunggu.
Dada bidang itu masih terbalut kemeja berwarna biru yang semalam Alfan pakai. Jadi Bagas simpulkan memang tidak terjadi apapun di antara mereka. Lagipula apa yang ia harapkan?
Wajah Bagas semakin menghangat. Apalagi saat ingatannya tertuju pada perkataannya semalam yang meminta Alfan untuk melepas jas mahalnya.
Bagas tidak mempunyai niatan apapun atas permintaannya. Hal yang berada dalam pikirannya hanya Alfan lebih baik melepas jasnya, jika tidak; barang mahal itu akan kusut. Bagas hanya memikirkan berapa mahal harga jas tersebut dan sayang sekali jika dirusak.
Rasanya hangat sekali berada di pelukan seorang Alfan.
Bagas menyamankan posisinya. Ia berharap bahwa waktu berhenti. Ia tidak mau Alfan cepat terbangun dari tidurnya dan mengakhiri saat seperti ini. Bagas ingin lebih lama lagi berada bersama dengan sosok itu.
Bagas merasakan bahwa dimanapun ia berada bersama Alfan, tidak ada hal lain yang dipikirkannya. Di sana hanya ada Alfan, Alfan dan Alfan.
Bagas tidak mengetahui sejak kapan itu mulai terjadi. Tapi akhirnya ia menyadari hal itu ketika melihat tingkah Alfan yang semalam sangat mengejutkannya.
Tidak pernah terpikirkan dalam kepala kecil Bagas saat Alfan datang ke rumahnya dan dengan gamblangnya meminta izin kepada Sang Ayah untuk mengajaknya pergi. Sebenarnya ekspresi terkejut Bayu sangat tidak ingin Bagas lewatkan tapi aksi dari Alfan adalah segalanya. Ia bahkan masih merasakan euforia atas kejadian tersebut.
Bagas tidak mempunyai ide tentang bagaimana Ayahnya akan berpikir dan berpendapat mengenai tingkah Alfan. Hanya saja ia sempat heran saat Ayahnya mengiyakan begitu saja saat Alfan meminta izin untuk mengajaknya pergi.
Alfan hanya sosok yang tidak pernah bisa Bagas tebak.
Sosok itu misterius tapi juga terbuka untuk beberapa sisi. Bagas lebih sering merasa terkejut dengan tingkah Alfan yang tidak bisa tertebak. Tapi di samping itu, ada peraasaan hangat yang muncul saat Alfan bersikap sejauh ini padanya.
Bagas terus menekankan dalam otak maupun hatinya bahwa semua hal yang Alfan lakukan untuknya berpatok pada kata-kata ajaib yang pernah sosok itu katakan padanya. Mengingat hal itu hanya membuat Bagas merasa malu sendiri.
Jujur saja, Bagas tidak begitu mengenal Alfan. Tapi bukan berarti ia tidak pernah menanyakan perihal tentang sosok itu kepada berbagai sumber, bahkan Ayahnya sendiri. Bagas terus mencari ke sana-sini dan ia merasa bahwa itu adalah hal yang sia-sia saat semalam Bagas melihat tatapan yang pertama kalinya ia temui di mata elang milik sosok itu.
Itu adalah tatapan berharap, kecewa dan putus asa.
Alfan memandangnya dengan cara yang membuat Bagas merasa sesak di dadanya dan merasakan sakit di ulu hatinya. Dan Bagas menyadari bahwa ia sama sekali tidak mengenali sosok itu.
Rasa bersalah membayangi diri Bagas saat ia melihat tatapan itu. Tatapan yang terasa tidak ia sukai. Tatapan yang terasa tidak ia sukai untuk berada di mata elang itu.
"Apa ada bagian di dalam hati Bagas yang masih buat Luke?"
Alfan bertanya setelah melayangkan ciuman kupu-kupu pada bibir Bagas dan Bagas tersentak untuk itu. Ia sama sekali terkejut atas pertanyaan yang dilemparkan Alfan juga atas tatapan yang sekarang Alfan tunjukkan padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Happens [END]
Художественная прозаWhen Love Series #4 - When Love Happens © sllymcknn Alfan Prasetya adalah seorang CEO terkenal yang namanya sudah terdengar dimana-mana. Hal yang dilakukannya hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Hampir tidak ada waktu untuk memikirkan hal lainnya se...