MABES POLISI REPUBLIK INDONESIA
Di dalam mobil baja tahanan khusus berwarna hitam berbentuk kotak, Dmitry dikawal oleh beberapa polisi Indonesia berpakaian hitam bersenjata senapan serbu.
Kepala Dmitrymasih tertutup kain hitam dan tangan kaki diikat dengan tali elastis, dia hanya dapat mendengar suara mesin mobil yang menderu hebat, tanda jika mobil tersebut dipacu dengan kecepatan tinggi menuju suatu tempat.
Meskipun dalam kegelapan total seperti itu Dmitry dapat mengetahui berapa orang polisi yang menjaganya dalam mobil, tipikal kepekaan standar seorang pasukan elit sekelas Spetnaz.
Empat orang, dua di kanan dan dua di kiri. Pisau Bayonet di kaki kiri, granat di ikat pinggang dan pistol di kaki kanan dan pinggang, tidak ada yang kidal.
Pengamatan Dmitry kepada pakaian dan kelengkapan pasukan SWAT ketika mendobrak pintu hotel, kecerobohan petugas dalam pengamanan tahanan adalah ketika penjaga bersenjata lengkap dan tahanan dalam satu ruangan tanpa sekat.
Dalam 1 menit aku bisa menghabisi keempatnya, kata Dmitry dalam hati, tetapi untuk tujuan jangka panjang itu justru mengacaukan kemungkinan strategi pembebasan dirinya oleh kantor pusat.
Dia meyakini dengan data yang dimilikinya saat ini pihak pemerintah Rusia tidak akan mau kehilangan dirinya , tidak ada waktu lagi untuk membentuk operasi intelijen berikutnya.
Satu – satunya pilihan yang dimiliki oleh Rusia adalah membebaskan dirinya dan membawanya kembali ke Moskow dengan data-data Proyek Borneo, atau Ameriks yang akan memenangkan perlombaannya.
Suara mobil tiba – tiba berhenti dan pintu belakang terbuka, Dmitry dikeluarkan dari dalam mobil.
Berjaan dengan dibopong menuju ruangan yang hanya ada meja dan kursi terbuat dari besi.
Dalam posisi duduk, kini penutup kepalanya dibuka, borgolnya dikaitkan dan dikunci pada rantai baja di atas meja yang memang disediakan untuk tahanan yang akan diinterogasi.
Selama 3 jam di ruangan dingin yang didominasi metal berwarna kelabu itu Dmitry sendirian, hanya petugas polisi yang keluar masuk ruangan mengantarkan makanan dan minuman untuknya.
Seorang pria jangkung berambut pirang memasuki ruangan, dia mengenakan baju putih lengan panjang tegulung dan celana jeans hitam.
“Hallo Christhoper, boleh aku panggil Christ ? Perkenalkan, namaku David Lang, CIA, sepertinya kita akan sering menghabiskan waktu bersama hingga kita di pengadilanAmerika nanti dan percayalah, sepertinya hanya saya satu – satunya orang yang dapat menolongmu untuk keluar dari permasalahan ini”, kata David menyapa dengan ramah sambil membuka map berisi berkas tentang Dmitry.
David mencoba menggunakan tehnik Elistisasi – teknik interograsi menggunakan suasana persahabatan sehingga tanpa disadari target membuka informasi penting,
Daripada harus menggunakan interograsi kasar seperti Watering, merebahkan target dengan tangan terikat di atas meja, menutupi wajahnya dengan kain dan mencurahkan air ke muka sehingga menciptakan sensasi paru –paru seperti terbakar seperti tenggelam, tapi bukan berarti hal itu tidak terpikirkan sama sekali di benak David.
Tehnik Elistisasi lebih sering diguankan David karena pengalamannya selama ini meberikan bukti bahwa seringnya kejiwaan para tahanan sangat rapuh sehingga sangat mudah dipengaruhi dengan ilusi “Membangun hubungan persahabatan yang dalam” dengan interogrator.
“Kenapa kalian membawaku ke tempat ini ? apa salahku ?”
Dmitry menjawab dengan logat britihsnya, berpura – pura seolah dia seorang turis yang sedang khawatir dan bingung tentang apa yang terjadi.
David tergelak, “Ayolah Christ ... atau siapapun sebenarnya nama aslimu, apakah kamu yakin kita perlu bermain sandiwara seperti ini ?”, kemudian raut mukanya berubah menjadi serius.
“Jika tujuanmu hanya menjadi turis yang membeli teh di Indonesia, tentu kami tidak perlu repot mengirimkan pasukan SWAT untuk membawamu ke sini”.
Dmitry memalingkan wajah dan tersenyum geli, “Oke, tidak perlu drama, apa yang kamu inginkan dariku ?".
“Aku ingin kamu mengembalikan semua data Proyek Borneo yang sudah kalian curi dan memastikan bahwa data itu belum kamu sebarkan kepada pihak lain atau siapapun yang menyuruhmu”, David berkata dengan tenang.
“David, kamu juga pasti faham jika urusan ini lebih besar dari sekedar permintaanmu dan tentu saja kami sudah mengantisipasi jika tertangkap seperti ini”, Dmitry menjawab dengan tidak kalah santai.
“Christ, apakah kamu pernah mendengar CIA memiliki beberapa tehnik penyiksaan sehingga membuat orang dengan senang hati membuka rahasia mereka daripada disiksa ?”, wajah David kini mulai serius.
“Mengingat hanya aku tawanan yang kamu punya, aku rasa terlalu beresiko bagimu untuk menyiksaku, tapi .. jangan salah sangka dulu, bukan berarti aku takut dengan ancamanmu, hanya saja kamu akan rugi besar jika terjadi sesuatu terhadapku bukan ? Aku satu – satunya yang kamu punya untuk mendapatkan data itu.”, Dmitry tersenyum sinis.
Sejenak David terdiam menatap wajah tawanannya itu, kemudian dia berdiri dari kursinya, dia tahu pembicaraan ini hanya akan membuang waktu, orang yang sedang dia interogasi bukanlah orang awam yang mudah untuk dipaksa mengaku dengan cara dirangkul ataupun ditakuti dengan sedikit ancaman, barter kepentingan, mungkin itu yang akan membuat tawanan ini bicara.
“Baiklah Christopher, aku akan segera menemuimu lagi setelah beberpa cangkir kopi”.
David kemudian beranjak dari kursinya dan mengedipkan sebelah matanya kepada Dmitry tanda bahwa dia yakin akan segera membuat tahanannya itu berbicara lebih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 I N T E L I J E N
Science FictionFiksi Politik Militer "Serangan Rudal dari Kapal Perang RI ke Gedung DPR RI" Intelijen Indonesia, Amerika, Rusia https://my.w.tt/mKMp9785XS