10

39 4 0
                                    

Gelap. Suram.

Kedua kata itu sudah cukup untuk menggambarkan hidupku
Yang sekarang.

Zenka Allios Hysto

***

Sesampainya didepan café yang disebut Shawn, Zenka pun memasuki café tersebut. Wangi aroma kopi menyeruak masuk ke indra penciuman Zenka, membuat dirinya menjadi sedikit lebih tenang.

Zenka mengedarkan pandangannya ke seluruh café. Café agak penuh. Suara-suara bergema dari setiap sudut. Hampir tidak ada bangku kosong.

Mata Zenka menangkap seorang pemuda berdiri melambai-lambaikan tangan. Ternyata itu Shawn, ia bermaksud memberitahu Zenka dimana ia berada. Zenka pun berjalan menuju tempatnya.

"Kenapa nyuruh gue ke sini?", tanya Zenka sesampai berdiri di depan Shawn.

"Jangan ngegas gitu dong. Santai.. duduk dulu."

Zenka pun duduk didepan Shawn. Jarak mereka dibatasi oleh meja kecil. Shawn terus tersenyum kepada Zenka. Ia tidak sadar, bahwa senyuman yang ia berikan kepada Zenka, membuat Zenka merasa risih.

"Gak usah senyum-senyum gak jelas gitu. Risih gue."

"Kenapa? Salting yah disenyumin sama cowok ganteng?"

Zenka menghela nafas. Sifat Shawn masih tetap sama. Memiliki kadar kepercayaan diri yang terlalu tinggi.

"Lo gak pesen minum?", tanya Shawn kepada Zenka. Zenka menggelengkan kepalanya. "Cepet mau ngomongin apa? Gue ada urusan penting lagi."

Zenka melihat Shawn dengan wajah datar dan mata dinginnya. Shawn menghela nafas. Ia tidak yakin harus menceritakan hal itu kepada Zenka.

"Gue disuruh sekolah di sini."

Zenka mengangguk, menandakan dirinya tau. Shawn semakin tidak bisa menatap Zenka dengan tenang.

"Di SMA Garuda School."

Mata Zenka membesar, terkejut mendengar berita itu. Dirinya terdiam. Ia merasa semuanya akan hancur. Jantung berdebar-debar, tangan berkeringat dingin, matanya menatap nanar kepada Shawn. Terkejut, gelisah, takut. Semua emosi itu bercampur aduk menjadi satu. Hanya satu pertanyaan yang terlintas dipikirannya.

"Kenapa?"

Shawn mengangkat kepalanya ragu-ragu. Akhirnya ia melihat Zenka yang sekarang menatap dirinya dengan mata kosong. Shawn semakin tidak tenang. Sungguh, dirinya tidak ingin merusak kehidupan sepupu kesayangannya ini.

"Gue gak tau pasti, tapi.. kayaknya ayah gue mau cari informasi tentang lo."

⚠⚠⚠

"Gue gak tau pasti, tapi kayaknya ayah gue mau cari informasi tentang lo."

"Kenapa lo mau?"

"Gue dipaksa."

"Kenapa lo gak tolak?"

Sesak. Itu yang dirasakan oleh Zenka. Dadanya naik turun, nafas pun menjadi susah, terlihat tangannya gemetar, panik melanda dirinya.

"Gue-"

"Kenapa lo nurut gitu aja?!"

Zenka terus mendesak Shawn dengan pertanyaan. Akhirnya ia berdiri, melihat Shawn dengan sorot mata penuh emosi. Tangannya bergetar hebat. Ingin ia berkata kasar.

Evil GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang