Perasaan sakit dapat merubah diri seseorang.
Tinggal ia pilih,
Berubah menjadi lebih baik atau menjadi buruk.Zenka Allios Hysto
***
"Panggilan kepada Zenka Allios Hysto untuk segera ke ruang kepala sekolah. Saya ulangi. Panggilan ke-"
Suara mikrofon dari ruangan kepala sekolah memanggil Zenka membuyarkan konsentrasi semua murid pada saat jam pelajaran. Semua murid dikelas dan juga guru yang sedang menerangkan berhenti sejenak untuk mendengar pengumuman dari kepala sekolah.
Mendengar namanya disebut. Zenka berdiri dan berjalan keluar kelas sambil memasukkan tangannya ke dalam saku jaket jeansnya. Bu Sasmi dan semua murid dikelas Zenka, melihatnya dengan diam. Bu Sasmi ingin bertanya ada apa, tapi ia rasa Zenka juga tidak tahu maka ia putuskan untuk diam saja.
"Permisi buk.", kata Zenka sambil berlalu dari Bu Sasmi. Guru yang dimaksud hanya mengangguk dan tersenyum.
Zenka berjalan melewati kelas-kelas menuju ruangan kepala sekolah. Dia tahu, saat ia berjalan banyak yang melihatnya dari balik jendela. Zenka berjalan melewati kelasnya Lois. Bertepatan ia berada didepan pintu kelas Luis, Luis sedang melangkah keluar dari kelas, hanya berniat untuk membuang sampah. Melihat Zenka yang berada didepan kelasnya membuat dirinya ingin bertanya.
"Kenapa lagi lo?", tanya Luis. Zenka hanya mengendikkan bahunya dan kembali lagi melanjutkan langkah kakinya. Luis menghela nafas, lalu melempar sampahnya ke dalam tong.
⚠⚠⚠
"Duduk Zenka."
Zenka akhirnya duduk disalah satu kursi yang disiapkan.
"Ada apa Pak?", tanya Zenka dengan nada yang sopan tetapi masih memasang wajah datar. Tidak menampilkan senyum.
"Kamu. Saya diskors 3 hari.", tegas Pak Jody. Zenka mengangguk, merasa terbiasa dengan hukuman itu. Pak Jody menghela nafas melihat reaksi murid ini.
"Kamu tau kenapa kamu disini?", tanya Pak Jody sambil melipat tangannya diatas meja. Zenka hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Karna kamu menghajar Ryan anak kelas 12 IPA 5 di kantin. Membuat semua murid merasa terganggu.", ucap Pak Jody menjelaskan mengapa Zenka diberi hukuman diskors.
Zenka menghela nafas. Padahal kemarin sudah ia peringati kepada semua orang yang melihat dirinya berkelahi dengan Ryan untuk diam, tapi bagaimana lagi. Tidak semua orang menutup mulutnya dengan rapi jadinya Zenka tidak heran lagi jika dia dipanggil menghadap kepala sekolah.
"Baiklah. Itu aja kan Pak? Saya balik. Permisi.", ucap Zenka sembari berdiri dari duduknya, berjalan menuju pintu. Perkataan Pak Jody menghentikan dirinya membuka pintu.
"Kamu kalau seperti ini lagi. Saya keluarkan kamu dari sekolah ini. Saya kasih kamu kesempatan terakhir. Gunakan kesempatan ini baik-baik, berubah lah. Jangan buat Ayah kecewa lagi, Nak.", kata Pak Jody. Menegaskan bahwa ia ingin Zenka berubah. Hati Zenka dipanasi oleh api kemarahan.
Zenka berdecak, muak mendengar kata terakhir yang dikatakan oleh Pak Jody, "Baik, tapi saya juga ingin memperingati bapak. Jangan pernah menyebut saya sebagai anak anda. Jangan pernah menyebut Lionel sebagai anak anda. Anda tidak pantas menyebut kami anak.", kata Zenka dengan sangat dingin, melihat itu Pak Jody terdiam. Sakit melanda hati seorang ayah saat mendengar putri kandungnya sendiri melarang dirinya menganggap kedua anaknya sebagai anak. Pak Jody melihat Zenka dengan sorot mata kecewa, dapat Zenka lihat air mata Pak Jody sedikit menggenang dipelupuk matanya.
Setelah berkata seperti itu, Zenka akhirnya cepat-cepat keluar dari kantor Pak Jody dengan kesakitan dan kemarahan memenuhi hatinya.
⚠⚠⚠
Lionel sedang bermain game kesukaannya. Matanya fokus menatap kedepan, berusaha menjalankan mobil dengan kecepatan penuh agar cepat sampai ke garis kotak-kotak hitam dan putih. Setelah menyelesaikan permainan balapnya, Lionel berlari menuju dapur dan melihat Bi Ijah yang sedang mencuci piring.
"Bi! Lio bantu yah!", ucap Lionel dengan semangat. Bi Ijah tersenyum melihat anak kedua dari majikannya. Lionel mengangkat piring dengan semangat, lalu mencucinya dengan sabun yang banyak sehingga mengeluarkan banyak busa, membuat Lionel susah mengambil piring-piring kotor lainnya.
"Aduh, Dek. Pakai sabunnya yang dikit aja, jangan banyak-banyak.", kata Bi Ijah sembari membuka keran air, menunjuk ke arah busa yang menumpuk. "Tuh jadi banyak busanya."
Lionel menunduk. Seingatnya, kata orang jika mencuci piring dengan banyak busa, maka piring itu akan semakin bersih. "Lionel enggak tau, Bi. Kata orang, makin banyak busa makin bersih."
Bi Ijah menggeleng lalu tertawa. Lionel melihat Bi Ijah tertawa menjadi semakin bingung. Apa ada yang lucu dari perkataannya, perasaan tidak ada.
"Kemakan iklan kamu Dek.", kata Bi Ijah ketika sudah berhenti tertawa. Alis Lionel menaik. Dia semakin bingung dibuat Bibinya. Kalau dia dimakan iklan, seharusnya dia sudah tidak ada disini lagi malah sudah berada di dalam TV.
'Brum..'
Suara motor besar memenuhi indra pendengaran Lionel menandakan bahwa Kakaknya sudah pulang. Lionel berlari sekencang-kencangnya menuju pintu pemisah ruang keluarga dengan garasi. Dia memalingkan wajahnya ke arah jam dinding. Tidak biasanya Zenka pulang pukul 2 siang, biasanya dia akan pulang lama seperti pukul 7 atau pukul 8 malam.
Didepannya Kakaknya meletakkan helm diatas meja yang disediakan di garasi dan berjalan menaiki tangga menuju teras rumah. Lionel berkata, "tumben Kakak cepet pulang."
Zenka hanya tersenyum tipis, lalu berjalan melewati adiknya. Saat berlalu dengan Lionel, Lionel melihat sorot mata Zenka yang penuh amarah dan juga Lionel bisa merasakan suasana hati Kakaknya. Karena perasaan itu, Lionel jadi khawatir kepada Kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Generation
Fiksi RemajaPasti kata 'geng' indentik dengan pemimpinnya seorang cowok, tapi tidak dengan geng yang satu ini. Geng yang bernama 'Born for Dead' dipimpin oleh seorang cewek berwajah cantik yang terkenal dengan kekejamannya. Lantas membuat semua orang takut kepa...