2

42 5 0
                                    

"Setelah lo berurusan sama gue, nggak ada kata 'baik-baik aja'."

Zenka Allios Hysto

Vote and comment yo :)

***

"Kak Zenka."

Baru saja ia hendak pergi menuju ke kantin, sudah ada yang memanggilnya.

'Bisa gak sih sehari aja nggak manggil gue?!'

Batin Zenka sambil mengepalkan tangannya lalu berbalik melihat dengan datar siapa yang memanggilnya.

Dihadapannya ada seorang gadis terlihat gelisah, matanya bergerak-gerak tak tentu arah. Gadis itu berdeham, "Ka-kakak dipanggil sa-sama B-bu Ajeng."

Tanpa banyak tanya, Zenka langsung berjalan dengan cepat melewati siswi, yang ia kirakan seorang adik kelas, diutus oleh Bu Ajeng untuk memanggilnya.

Sekilas, Zenka dapat melihat nama gadis itu dari nametag-nya. Zenka meletakkan uang ditangan Izy sambil berbisik.

"Kantin. Roti cappucino sama air mineral. Lapangan basket. Kembalian untuk lo."

Dengan singkat Zenka berbisik, dia berharap Izy mengerti maksudnya. Namun ia tahu bahwa Izy mengerti karena Izy tidak bertanya lebih dan langsung berjalan menuruni tangga.

Zenka berbalik, berjalan melewati kelas-kelas menuju ruangan Bu Ajeng. Guru BK sekolahnya yang terkenal dengan taat peraturan dan kedisiplinan.

Langkah kakinya berhenti tepat didepan ruangan Bu Ajeng dan tangannya mengetok pintu.

"Iya. Silahkan masuk."

Mendengar sautan dari dalam, Zenka membuka pintu dan tepat didepannya Bu Ajeng sedang membuka dokumen-dokumen murid.

"Silahkan duduk."

Zenka berjalan menuju kursi dan duduk.

"Kamu melamun dikelas?"

Bu Ajeng bertanya sambil melepaskan kacamatanya. Zenka hanya mengangguk. Bu Ajeng menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya.

"Kamu mau lulus?"

Zenka mengangkat bahunya tandanya ia tidak terlalu peduli. Melihat itu, Bu Ajeng memijat pelipisnya, heran dengan siswi yang satu ini. Gadis berumur 17 tahun memiliki catatan buruk yang tinggi.

"Zenka, kamu punya banyak catatan buruk disini dan kamu sebentar lagi akan lulus. Kamu walaupun nilainya tinggi tapi kalau sikap kamu begini. Susah, nak."

Bu Ajeng melihat Zenka dengan serius sedangkan Zenka memalingkan wajahnya ke arah jendela. Berpikir langit tidak mendukungnya dan ia dibawa ke ruang BK hanya karna masalah sepele. Apakah ini hari sialnya? Ah.. tidak. Ia pernah lebih sial daripada ini.

"Zenka.."

"Zenka!"

Lamunannya buyar karna Bu Ajeng meninggikan suaranya dan itu membuat Zenka terkejut. Sedikit.

"Kamu mengerti apa yang saya maksud?"

Zenka mengangguk. Bu Ajeng menghela nafas. Zenka tidak pernah berubah. Sikapnya sama saja seperti pertama kali masuk SMA. Nakal, tidak pernah menaati peraturan, melawan guru. Ulahnya semakin tidak bisa diatur sejak kejadian tawuran dua tahun silam sehingga guru-guru lelah dengan ulah yang diperbuat oleh Zenka, tapi tidak semua guru. Bu Ajeng lah guru yang paling bersabar menghadapi Zenka. Tidak menyerah untuk mengubah Zenka menjadi gadis pada umumnya.

"Kamu dengar apa yang saya katakan?"

Zenka melihat Bu Ajeng. Mengira-ngira apa hukuman yang diberikan setelah pembicaraan ini.

"Sedikit."

Bu Ajeng menghela nafas dan ingin mengucapkan sesuatu, tapi terhenti karna Zenka yang tiba-tiba berdiri, berjalan menuju pintu.

"Bersihkan lapangan sama toilet, benerkan buk?"

"Saya be-"

Ucapan Bu Ajeng terpotong karna Zenka keluar dari ruangan Bu Ajeng tanpa melihat ataupun mendengar jawaban Bu Ajeng.

Zenka menghela nafas. Mungkin saja ada orang yang mau membantunya membersihkan lapangan.

'Toilet gak usah ah. Ntar juga CS yang bersihin.'

⚠⚠⚠

Ingin sekali, ia menendang sesuatu. Zenka mendengus, makanan yang ia pesan kepada adik kelas tadi belum juga diletakkan di atas kursi.

Ia sangat haus sekarang. Keringat membasahi bajunya, sungguh Zenka tidak tahan dengan cuaca yang panas diluar lapangan tadi.

Kini, ia duduk disalah satu kursi lapangan basket indoor. Ia melihat sekeliling tidak ada penampakan bahwa adanya orang sempat masuk kedalam lapangan ini.

Zenka berdiri dan melihat bola basket ditengah lapangan. Ia berjalan menuju bola dan mengambilnya. Zenka men-dribble bola basket sambil berlari.

Saat ia sudah sampai ditempat untuk mencetak three-point, Zenka melempar bola basket menuju ring dan..

'Hop!'

Masuk.

Zenka kembali mengambil bola dan mulai men-shoot bola lagi. Bertepatan dengan masuknya bola ke ring, pintu ruangan basket terbuka memperlihatkan seorang siswi yang menengok kiri kanan dan berjalan menuju salah satu kursi yang tadinya diduduki oleh Zenka.

"Woi!"

Tubuh gadis itu menegang. Zenka berteriak memanggil Izy. Dengan perlahan-lahan dan ragu, Izy memutar kepalanya melihat Zenka yang sedang memegang bola basket berjalan menuju dirinya.

"So-sorry, Kak. Aku lama yah. Hehe."

Izy menyengir. Melihat itu, Zenka mengernyit dan dalam sekejap Zenka melihat Izy dengan tajam.

"Kenapa?"

"Ha?"

Zenka menghela nafas dan menunjuk ke arah kursi basket. Seolah baru mengerti, Izy menjentikkan jarinya dan tertawa dengan wajah yang bodoh bagi Zenka.

"O-oh.. itu. Ehm, aku dicegat sama kakak kelas di kantin. Ja-jadi, ak-aku lama. So-sorry yah, Kak."

"Ck! Lawan aja!"

"Y-ya kan. Aku adik kelas gak boleh ngelawan senior."

Mendengar jawaban yang menurut Zenka bodoh itu, otomatis Zenka menjitak kepala Izy sedangkan Izy mengaduh dan mengusap kepalanya.

"Siapa?"

"Maksudnya?"

"Ck! Siapa yang ganggu lo?!"

Izy melihat Zenka yang sorot matanya semakin menajam. Izy takut kalau Zenka akan menghajar kakak kelas yang menganggunya.

"Lama! Ikut gue!"

Izy hampir memekik karna tangannya tiba-tiba ditarik kuat oleh Zenka. Dari belakang, Izy bisa merasakan aura seram yang dikeluarkan oleh Zenka.

Dengan susah payah, Izy menyamakan kecepatan langkahnya dengan Zenka. Langkah kaki Zenka sangat lebar didukung oleh kakinya yang panjang, sedangkan kaki Izy tidak lah sama.

Keringat dingin bercucuran diwajah Izy. Ia sekarang hanya bisa berdoa agar semua baik-baik saja nantinya.

"Setelah lo berurusan sama gue, nggak ada kata 'baik-baik aja'." ucap kakak kelas didepan Izy seolah mampu membaca pikiran.

'Deg!'

Pupus sudah doa yang baru saja Izy panjatkan. 'Belum 3 detik, udah dijawab. Bodoh juga gue kenapa diem pas dicegat ama kakak kelas.'

Evil GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang