"BRUKK!"
Lois yang mendengar suara aneh dari toilet, berdiri dari posisi duduknya dan berjalan dengan langkah pelan menuju toilet. "Ngapain lo?", tanya Luis mengikuti saudaranya.
"Gue denger suara aneh dari sini," ucap Lois.
Sesampainya di depan pintu, Lois pun membuka pintunya. Apa yang ia lihat membuatnya terkejut dengan cepat ia menyuruh Luis memanggil Zenka.
"ZENKA! ADEK LO!", teriak Luis.
Teriakannya membuat Rion, Dean dan Zenka berlari kencang menghampiri mereka berdua.
"Kenapa adeknya?", tanya Rion sesampainya di depan toilet. Sedangkan Zenka, mendorong Luis yang menghalangi jalan.
Disana, Zenka melihat badan adiknya yang terkapar tak berdaya di lantai. Lois berusaha memompa jantung Lionel. Terlihat Lionel yang perlahan menyadarkan diri. Zenka berlari, menaiki tangga, menuju kamar adiknya, mengambil tabung oksigen berukuran sedang dekat meja belajar adiknya. Dengan langkah tergesa-gesa, Zenka menuruni tangga. Memberikan tabung oksigen kepada Lois, Lois pun memasangkan masker oksigen kepada Lionel.
Dean mengangkat tubuh Lionel menuju kamar tidur Lionel, sedangkan Zenka membantu membawakan tabung oksigen.
"Keknya dia denger obrolan kita," ucap Rion yang duduk di kursi kecil milik Lionel. Luis mengangguk. Semua mata melihat badan kecil Lionel terbaring lemah di atas kasur. Zenka mengelus kepala Lionel dengan lembut. Tatapan rasa bersalah terpampang di wajahnya.
"Zen, udah berapa lama lo gak ajak Lionel check up?"
Zenka menoleh melihat Lois, kemudian kembali lagi melihat Lionel, "sekitar 2 tahun." Mereka semua mengangguk. Mengerti keadaan Zenka sekarang, mereka tak bisa memaksanya melakukan check up setiap tahun.
"Jadi kapan lagi lo bisa temani Lionel check up? Keadaannya makin parah gue liat.", tanya Rion kepada Zenka. Zenka tertunduk, tangannya terus mengelus tangan adik kecilnya.
"This month."
⚠⚠⚠
"Bi. Kalau Lionel udah bangun, hubungi aku yah. Aku mau keluar bentar", pesan Zenka kepada Bi Ijah setelah keluar dari kamar adiknya.
"Baik, Non."
Sekarang Zenka dan teman-temannya mengendarai motor mereka, menuju markas kumpulan mereka. Saat Zenka melewati perempatan, tiba-tiba seseorang dari arah kiri Zenka menerobos lampu merah, melajukan kecepatan motornya di atas rata-rata. Dean yang berada dibelakang tak jauh dari Zenka, melihat motor tersebut, berteriak kepada Zenka.
"AWAS KIRI ZEN!"
Zenka pun melihat ke arah kirinya. Dengan cepat Zenka memberhentikan motornya. Sedetik setelah ia memberhentikan motornya, motor orang asing tersebut lewat didepan Zenka.
Walaupun orang asing tersebut sudah berlalu, Zenka terus memperhatikan motor orang asing itu. Dean memukul pundak Zenka, "Ayo jalan! Udah diklakson sama orang belakang." Mereka pun melajukan motornya kembali.
Sesampainya di dalam markas, Rion menghampiri Zenka, "kalian dari mana aja? Gue sama kembar curut udah sampe, kaliannya entah kemana."
Zenka meletakkan jaketnya di atas lengan sofa, kemudian duduk di lantai. Ikut bergabung dengan Wendy bermain game balap. Rion berdecak, "Woi! Orang tanya tuh di jawab."
"Tanya Dean."
Merasa ada yang menyebut namanya, Dean pun mengalihkan perhatiannya dari gadget didepannya, "apa?"
"Si Rion nanya tuh kenapa kita lambat. Gue malas cerita," jawab Zenka sambil melanjutkan permainan gamenya. Rion terus melihat Dean, tangannya ia lipat didepan dada, kakinya ia gerakkan mengetuk-ngetuk lantai, seolah ia sudah tidak sabar menunggu jawaban Dean.

KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Generation
Fiksi RemajaPasti kata 'geng' indentik dengan pemimpinnya seorang cowok, tapi tidak dengan geng yang satu ini. Geng yang bernama 'Born for Dead' dipimpin oleh seorang cewek berwajah cantik yang terkenal dengan kekejamannya. Lantas membuat semua orang takut kepa...