Prolog

62 7 0
                                    

Suara langkah mendominasikan bahwa ia adalah orang yang berkuasa. Seorang gadis berjalan dengan tegap menuju kantin sekolah.

Sebagian orang yang sibuk memakan makanannya berhenti untuk melihat, sedangkan yang mengantri menunda acara 'antri-mengantri' menjadi acara 'dorong-mendorong' untuk berdiri di pinggir mempersilahkan gadis itu membeli makanan.

"Woi mundur!"

"Apaan sih?!"

"Mundur, nyet!"

Perkenalkan namanya Zenka Allios Hysto yang akrab dipanggil Zenka. Dia adalah cewek the most wanted di SMA Garuda School. Terkenal dengan wajahnya yang cantik dan sikapnya yang dingin, acuh tak acuh dengan sekelilingnya.

Setelah membeli makanannya, gadis ini membungkuk sebagai ucapan terima kasih dan mengambil duduk ditempat biasa ia makan.

Saat ia menyuapkan nasi goreng ke mulutnya, seseorang menepuk pundaknya dan duduk disampingnya.

"Tumben makan lo."

Zenka mendelik kepada cowok di sampingnya.

"Untung gue gak keselek! Dasar monyet!"

Zenka mengambil minum dan meminumnya. Orang yang diteriaki hanya tertawa.

"Monyet-monyet, enak aja lo! Ganteng gini disamain ama monyet."

"Dih... emang sama."

"Sabar...." gumam Rion.

Zenka hanya melihat Rion dengan sinis mendengar Rion bergumam untuk bersabar karna dirinya, lalu dia melanjutkan acara makannya yang tertunda.

"Mana si Dean?"

Orang yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Rion mendengus dan menengok ke seluruh kantin untuk mencari orang yang dimaksud.

Beberapa detik setelah mencari, akhirnya Rion menemukan Dean. Dean sedang berbicara dengan penjual bakso. Sepertinya ia sedang ada masalah, sebab wajahnya sudah memerah dengan alis bertaut kebawah.

"Zen."

Rion menyikut Zenka padahal Zenka sedang minum. Untung saja tidak tumpah. Kalau tumpah, maka makanan Zenka akan menjadi sup nasi goreng.

"Apa?!"

Dengan nada tinggi Zenka bertanya dan melihat Rion yang sedang mengarahkan pandangannya ke salah satu gerobak penjual bakso.

"Tuh si Dean. Napa dia marah-marah?" tunjuk Rion dengan alis naik. Bertanya-tanya kenapa temannya itu selalu marah tidak jelas.

"Mana gue tau!"

Rion mendelik ke arah cewek disebelahnya yang dengan tajam melihat dirinya, "Selow dong neng jawabnya."

"Serah gue."

Ingin sekali Rion mengambil panci untuk memukul kepala Zenka kalau saja dia tidak ingat Zenka itu seorang cewek.

Saat Rion balik lagi untuk melihat Dean, orangnya sudah ada didepannya duduk dengan diapit oleh dua saudara kembar. Luis dan Lois.

"Gila yah tuh penjual kagak mau ganti rugi apa?!"

Zenka mengernyit melihat Dean datang dengan baju yang ternodai saus tomat. Beberapa detik kemudian ia balik memakan nasi gorengnya.

"Yaudah kenapa emang kalo baju lo kena saus?"

Zenka makan sambil bertanya dengan Dean yang sekarang mengomel-ngomel entah apa.

"Tuh penjual kagak mau ganti rugi karna dia tumpahin sausnya ke baju gue!"

Tidak tahan dengan keluhan Dean, Zenka pun memutarkan bola matanya sambil menghelakan nafas, "Lo tinggal beli tisu trus lo lap tuh baju. Siap. Gak perlu dipermasalahin".

Luis dan Lois mengangguk setuju sedangkan Rion bergumam iya.

"Iya.. bener tuh Dean. Gak usah lo perpanjang. Tinggal lap doang elah."

Luis melempar bungkusan tisu kecil ke wajah Dean. Rion dan Lois tertawa melihat Dean yang terdiam, tidak melanjutkan omelannya lalu membersihkan saus dari bajunya sambil mencibir.

Tiba-tiba seseorang berdiri dan berjalan meninggalkan mereka, otomatis semua mata terpaku pada Zenka.

"Mau kemana lo?"

"Bukan urusan lo."

Zenka pergi meninggalkan mereka dengan tenang. Tidak merasa risih dengan tatapan semua orang.

⚠⚠⚠

Udara dingin menerpa wajah Zenka, kini ia berada di rooftop menutup mata dan menyandarkan punggungnya ke dinding.

Setetes air mengenai wajahnya, Zenka mengerjapkan matanya melihat ke atas langit. Zenka menghela nafas, merasa bahwa langit tidak berkerja sama dengan suasana hatinya sekarang. Padahal ia ingin melihat langit cerah, mungkin bukan keberuntungannya hari ini.

Nyatanya, sekarang langit berubah menjadi gelap karna tertutupi oleh awan-awan hitam yang kelam bagi Zenka.

"Jelek."

Kakinya melangkah dengan cepat menuju pintu, tangannya menarik pintu besi dan keluar meninggalkan pemandangan langit yang gelap.









Olaa:)

Ini cerita pertamaku. Sebenarnya sih cerita kedua hehe. Cerita pertama sebelumnya berjudul 'The Past and Amnesia' tapi karna merasa alurnya kabur dan enggak ada yang mau dimasukin ke cerita itu ku hapus dan buat cerita baru.

Kali ini aku lebih antusias buat cerita ini karna lebih keren dan lebih menantang. Hehe:v

Baca terus yah teman-teman.

Vote and comment yo

Oke. Thank you. Bye-bye~~

Evil GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang