XXIII

2.4K 217 15
                                    

Jisung benar-benar meninggalkan hana disana sendirian.Jisung segera berlari keluar untuk menyusul yang lain.Noda-noda darah masih menempel diujung-ujung jarinya.

Didepan,taeyong,chenle,dan yang lain tengah menunggu kedatangan jisung. Dan benar saja saat jisung datang mereka merasa lega namun juga beriring dengan rasa merinding melihat jari-jari jisung yang berlumuran darah

"j-jis...hana lo apain?"tanya chenle

"udah biarin,"kata jisung cuek"ntar gue yang tanggung jawab.sekarang kita harus nyusul ruhi"

Semua setuju dengan jisung,mereka semua segera menunggu beberapa taksi untuk mengantar mereka menuju rumah sakit untuk menemui ruhi yang belum diketahui keadaannya.

Lima belas menit berlalu,mereka semua segera turun sedangkan jisung langsung berlari saking takutnya akan keadaan ruhi.

Ia segera mendatangi pusat informasi dan menyebutkan nama ruhi dan sang suster segera memberi tahu diruang berapa ruhi berada dan jisung segera berlari menuju kesana.

Pikirannya tengah kacau,namun ada satu hal yang benar-benar ia fokuskan. Hal itu adalah melihat ruhi dengan mata terbuka lalu memeluknya dengan erat. Hanya itu yang ia pikirkan dan ia harapkan.

Dak!dentuman itu keluar saat jisung membuka pintu kamar dengan kasar.  Saat ia datang ia langsung berlari menuju kedalam dan mendorong dua orang yang menutupi sosok ruhi itu agar menjauh.

Tidak satupun dari impiannya terwujud. Ruhi tengah terpejam diatas ranjang rumah sakit dengan begitu banyak selang dan kabel-kabel yang keluar dari bajunya.Monitor yang menampakkan detak jantungnya,beserta monitor lain penuh dengan data-data yang tak dipahami jisung.

Air matanya tak dapat terbendung lagi,ia menangis sungguh menyesal dengan perbuatannya.Kata-kata kasar yang ia lontarkan padanya.Fitnah-fitnah yang ia percaya.

Kenapa aku tak mendengarkannya waktu itu?

Perlahan jisung berjongkok dan mengangkat tengkuk ruhi degan gemetar,ia memeluknya perlahan dengan lembut dan isak tangis yang terus berlanjut.

Jisung menenggelamkan kepala ruhi dalam pelukannya.dengan hangat ia mencium ubun-ubun ruhi sembari terisak merasakan sakit hati yang luar biasa.

Saat itu,sedikit dari kecemasannya hilang.sedikit lega karena masih bisa melihat ruhi bernafas,walau dalam keadaan seperti ini.

Ia merasa aman sekarang.Namun ia masih merasa bersalah juga dihianati. Andai dia tahu penyakit ruhi yang sebenarnya.Dia bersumpah untuk seumur hidupnya menjaga ruhi selamanya.

Merasa sudah lega,dan isaknya mulai hilang.Jisung meletakkan kepala ruhi kembali untuk beristirahat dan jisung kembali berdiri tegap dan menghapus sisa air matanya.

"sudah?"tanya renjun ketus"sekarang lo tau kan apa yang dirasain ruhi selama ini?"

Jisung mengangguk pelan"gue nyesel..." ia kemudian menggenggam tangan ruhi halus

"tangan lo kenapa?"nara ikut bertanya

"ah.. Ini....?"jisung melihat tangannya sendiri yang masih berlumuran darah
"...punya hana"

"lo gila?!"renjun tersentak,begitupun dengan nara

"tenang...gak parah kok.Ntar gue obatin sendiri"

"hmmm..."renjun mengangguk-angguk "terus,habis ini lo mau ngapain?"

"polisi,penghakiman,penjara"ucap jisung singkat tanpa memberi penjelasan lain namun cukup jelas untuk dipahami

"lo yakin?"kata nara

stay [park jisung nct]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang