.
.
.Juna mengantar adiknya pulang, tentu saja di rumahnya. Karena hari sudah malam tidak mungkin jika dia menyuruh Emilly pulang ke Venicia malam-malam begini. Suasana rumah sakit juga sedikit sepi Ellina keluar dari ruangan dan duduk di depan. " Hmmm... kepalaku pusing " gumam Ellina perlahan. Kyla keluar dari ruangan menyusul Ellina kemudian fuduk di sebelah Ellina. " Kak? Kakak sakit?" Ellina menggelengkan kepalanya. " lebih baik kakak istirahat ajah didalam biar aku yang menjaga Imo " Ellina tersenyum, dia baik-baik saja kepalanya hanya sedikit pusing. Tak sengaja Dr. Juna melihat ke arah Ellina setelah dia mengunci ruanganya. Emilly melihat arah pandang kakaknya dan dia langsung tau siapa yang sedang dilihat kakaknya itu, pasti perempuan yang memberi kakaknya kue. Kyla memegang bahu Ellina " kak kita kedalam " Ellina mengganggukkan kepalanya. Kyla membantu Ellina bediri, belum masuk ruangan Ellina sudah terlebih dahulu ambruk. Kyla berteriak minta tolong. " Tolong... siapapun tolong "
Ellina membuka matanya perlahan dan dia merasa asing sekali. Ini bukan kamar neneknya dan juga ini bukan di rumah. Kepalanya masih pusing, sepertinya dia sangat kelelahan. Lebih baik dia istirahat saja. Ellina kembali menutup matanya. Meninggalkan kesunyian, Kyla kembali membawa bubur dan minum. Ellina masih belum sadar juga, Kyla mengeratkan selimut Ellina kemudian berlalu pergi. Emilly tidak jadi pulang dan masih setia didepan tv ruangan kakaknya. " Jadi, benar kakak itu yang memberi kakak kue dan tidak bisa membaca fikiranya?" Juna hanya diam, dia tengah memperhatikan Ellina yang tengah berbaring di kamar inapnya. Saat Juna mulai membaca fikiran Ellina pun, tidak ada apa-apa hanya ada siluet hitam. " Kak Juna ?" Tanya Emilly lagi. " Hmm... saat tidurpun kakak tidak bisa membacanya, hanya ada siluet hitam " Emilly tersenyum kikuk, adiknya itu berfikir mungkin saatnya kakak laki-lakinya ini melupakan cinta pertamanya.
Emilly yakin saat melihat tatapan kakaknya untuk gadis itu. Juna membuka pintu yang menghubungkan ruanganya dengan tempat dimana Ellina berbaring. " Kak, sepertinya kakak ini sangat kelelahan " sahut Emilly yang berada di belakang Juna. " Kamu benar, kakak ambilkan obat kamu jaga dia disini" Emilly mengamati Ellina yang masih tertidur. Tak lama kemudian Ellina terbangun dengan keringat yang bercucuran, air matanya menetes serta Ellina merasakan sesak yang amat pedih di dadanya. Emilly mencoba menenangkan Ellina. " Haaa... haa... haa... Mom.... Dad.... hahhh " Ellina terus saja menangis menahan sakit. Emilly berteriak memanggil kakaknya. Juna datang dengan buru-buru. " Ada apa Em??" Juna melihat ke arah Ellina. " Kak aku tidak tau ada apa dengan kakak ini, bantu dia kak " Juna mendekat ke arah Ellina. " Baik, Ellina tatap saya, Ellina tatap saya " intruksi Juna. Ellina melihat bukan lebih tepatnya menatap mata Juna. " Sekarang tarik nafas, dan keluarkan. Saya mohon ikuti intruksi saya " Ellina mengikuti intruksi apa yang dikatakan Juna. Perlahan nafasnya sudah mulai teratur. Juna memberikan air pada Ellina. Gadis itu menerimanya kemudian minum perlahan. " sekarang kamu baik-baik saja, coba ceritakan apa yang kamu lihat " Juna duduk disamping Ellina. Ellina menggelengkan kepalanya, dia paham akan dirinya Ellina tidak akan menceritakan masa lalunya pada dokter di depanya ini. " Maaf dokter tapi saya tidak bisa menceritakanya "
Pertama kali melihatnya secara langsung
Jantungku merasa biasa saja
Tidak ada yang aneh
Mungkin saja belum terjadiJuna menghela nafasnya, dia akan berusaha agar Ellina menceritakanya. " Saya tidak akan memaksa kamu, tapi sekarang kamu menjadi tanggung jawab saya " jawab Juna dengan antusias. Ellina membelalakkan matanya. " Mak..maksud dokter bicara seperti itu apa? " Ellina menundukkan kepalanya. " Emilly tolong ambilkan map hijau di atas meja kakak " Emilly pun meninggalkan keduanya. Juna masih memperhatikan Ellina yang ada di depanya. Emilly datang membawa map tersebut dan menyerahkanya pada Juna. Juna membuka map itu dan menandatangani surat pernyataan atas pemindahan pasien. Juna menyerahkannya pada Ellina. " Ini apa ?" Juna tetap menyodorkanya sampai Ellina mengambil map itu. Ellina membacanya dengan seksama. " Hmm, apakah saya bisa nyaman seperti dokter sebelum anda ?" Tanya Ellina. Juna tertawa renyah menampakkan rentetan giginya yang putih. " Tentu saja kamu bisa mendapatkanya " Ellina tersenyum lembut. Emilly terbatuk dan menyadarkan kakaknya. " Baiklah, sekarang kita mulai " Ellina terdiam sesaat kemudian menceritakan semuanya. Dari awal trauma yang dideritanya sampai sekarang. Juna mendengarkanya dengan seksama, serta tak lupa melihat ekspresi yang Ellina tunjukkan padanya. Emilly meninggalkkan kakaknya. Kyla tersenyum dibalik pintu.
" Sepertinya traumamu tidak terlalu parah hanya butuh relaksasi beberapa kali dan juga penerapan di tempat kejadian, saya akan membantumu sembuh " Juna bangkit dari tempat duduknya dan berlalu pergi dari hadapan Ellina. Hari semakin larut menyisakan suara yang diciptakan oleh hewan malam. Bintang nampak indah di atas sana. Serta bulan dengan setia menerangi bumi.
***
Ellina beranjak dari tempat duduknya, kejadian tempo hari tidak lepas darinya. Neneknya juga sudah pulang dari rumah sakit. Hari ini masih berlaku cutinya dan Ellina bisa menggunakan masa cuti yang terakhirnya untuk istirahat di rumah.Waktu berlalu begitu cepat, siang sudah berganti dengan malam. Ellina mengambil laptopnya dan mengechek E- mail yang masuk. Ternyata ada naskah yang baru saja di terimanya lagi. Sebenarnya tugas Ellina hanya melihat serta membaca naskah yang masuk. Memang tidak sulit namun cukup melelahkan baginya, terutama saat naskah yang di terimanya tidak sesuai dengan peraturan yang sudah dicantumkan.
Ellina mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Ross. Ellina ingin mencoba beberapa kue, untuk mengganjal perutnya sedikit. Yah meskipun tadinya dia sudah makan. Dua puluh menit berlalu akhirnya datang pesanan Ellina. Malamnya terasa begitu nikmat dengan adanya kue dan susu coklat disampinya. Mungkin ini sebagai teman untuk malam ini. Tok!!Tok!!Tok!!. " Masuk Imo, pintunya tidak dikunci" nenek Ellina masuk dan membawa sebuah box kecil yang di yakini Ellina jika itu adalah kue pesananya. Tentu saja dia akan mengambilnya. " imo dua muffin ini untuk imo dan ini untukku, imo harus coba deh ini enaaakkkkk banget, maniiiis banget kayak Eline wkwkwkwk" Wanita paruh baya itu tersenyum dan mencubit pipi cucunya itu. " Sekaran sudah malam, kamu harus tidur dan menyelesaikan tugasmu dengan tepat waktu mengerti!"
" Siap Ndan!! Kalau begitu Ellin kerja dulu, Imo harus tidur " Ellina mencium pipi neneknya setelah itu dia kembali ditempatnya semula. Ellina rela melakukan apapun untuk membahagiakan neneknya. Ellina membuka kotak kue tersebut dan menemukan sebuah note. Ellina membacanya dengan seksama dia sangat tau siapa pengirim note itu.
' Hai, bagaimana kabar kakak ? Apakah sudah membaik. Aku yakin setelah kakak mengenal kak Juna kakak akan sembuh. ' Ellina tersenyum kecut. Ellina tidak mungkin bisa dekat dengan dokter juna seperti apa yang diharapkan Emilly. Tidak seperti itu, hanya saja Ellina menganggap dokter Juna cuma sebagai Dokter dan Pasien saja tidak lebih. Tapi apa yang diinginkan Emilly tidak seperti itu, adik dari dokter Juna ini ingin Ellina dekat dengan dirinya bahkan mungkin lebih. Ellina merasa dekat dengan Emilly meskipun kemarin saja mereka bertemu.
Hanya tidak habis fikir saja jika ada pesan di kue miliknya, apalagi pengirimnya Emilly. Ellina menyimpan note tersebut kedalam laci miliknya, kemudian dia mulai memakan kue yang telah dipesanya.
***
Dikantor sudah disibukkan dengan acara yang akan diadakan akhir pekan. Dan Ellina tidak bisa menghandel setiap hari karena tiga hari sekali dia harus konsultasi. Sekarang fia harus ke ruang rapat, mungkin ada beberapa hal yang harus ditambah dalam eventnya. " Bu, saya ada rencana. Bagaimana jika kita memberikan voucher secara cuma-cuma? Tapi voucher yang diberikan itu khusus pembeli yang ada di bazar buku. Soalnya kita tahu sendiri tahun lalu bazar buku tidak terlalu ramai dan pendapatan mereka tidak sesuai yang diinginkan. Bagaimana??" Ellina menganggukkan kepalanya idenya cukup bagus. " Boleh kita ambil modal yang ada di penjualan tahun lalu untuk vouchernya " Ellina meninggalkan ruang rapat dan melihat persiapan pembuatan stan-stan. Semuanya nampak sibuk.
Ellina menyiapkan 50 stan untuk event. 25 untuk makanan dan minum, 25 lagi untuk bazar buku, pernak-pernik dan masih banyak lagi.
...
Aku hanya sampul buku sebagai penghias
Bukan permata yang indah dan semua orang menginginkanya
Inilah diriku wanita sederhana sebagai penghias.Maaf ya agak telat postnya soalnya habis UAS juga.
Jangan lupa comment ya dan vote. Karena dengan itu kalian menghargai karyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019
Romance(Sinopsis) Aku hanya bisa tertunduk dibawah pohon tanpa tentu arah, Ku mainkan jariku saat merasa takut mengingat pohon-pohon disekitarku dan saat orang tuaku meninggalkanku sendiri disana. Inginku menangis dengan keadaan yang ada, Imo bilang padak...