Part 7

3.7K 219 3
                                    


Jangan lupa comentar ya atau kalian beri masukan buat ceritaku juga gpp. Makasih buat dukungan kalian semoga tetap jadi penyemangat.
.
.
.
Meriana sangat senang, hatinya berbunga-bunga. Dave masi setia menggenggam tangan Meriana. " Dave? Sudah sore pasti Alice mencariku " Dave sebenarnya belum ingin mengantar pulang Meriana. Tapi dia tidak boleh egois masih ada Alice yang sudah menunggu Meriana. Dave melepaskan tangan Meriana dan mengambil kunci mobil serta jaketnya. " Dave aku mau pulang sendiri saja, lagian kamu masih sakit lebih baik kamu istirahat " ucap Meriana. Tentu saja Dave tidak menyetujui ucapan gadisnya itu. " Tidak aku mau mengantarmu " Meriana memutar kedua bola matanya. Yah Meriana tidak bisa menolak permintaan Dave jika laki-laki didepanya ini sudah kekeuh.

Sesampainya di rumah Meriana duduk di sofa, hari ini cukup melelahkan baginya. Dave memperhatikan raut wajah Meriana. " Kak Dave!!" Ucap Alice. Gadis SMA itu berlari dan memeluk Dave, dia sangat rindu dengan Dave. Sudah lama juga tidak bertemu langsung. " Alice" jawab Dave. Meriana menggelengkan kepalanya dan meninggalkan adiknya bersama Dave. Meri membuat minum di dapur setelah itu dia kembali membawa minum untuk Dave. " Meriana tidak perlu merepotkan diri, aku tidak haus "

" Apanya yang repot ini tidak merepotkan lebih baik kamu minum " Meriana melepas tas selempanganya. Meriana mulai merebahkan dirinya di sofa. Alice meninggalkan mereka berdua ada yang lebih penting yaitu mengerjakan tugas sekolahnya. Dave memainkan ponselnya. Meriana sudah terlelap disana, Dave tersenyum lembut pasti hari ini sangat melelahkan bagi Meriana. Dave menggendong Meriana kemudian berjalan kearah kamar tidur Meriana. Setelah itu Dave keluar dari kamar Meriana. Dave tidak pulang dia menuju kamar tamu dan beristirahat disana. Tidak tau kenapa Dave ingin berlama-lama di rumah Meriana untuk sementara waktu.

***

Ellina menata pie apelnya kemudian di taruh di keranjang kecil dan tak lupa ditutup dengan serbet kain yang bersih. Ellina keluar rumah dan pergi ke tokoh Ross untuk membeli beberapa donat. Ellina harus segera pulang har sudah semakin larut. Sesampainya di rumah Ellina menuju kamarnya dan tidur disana. " El kamu sudah tidur sayang?" Nenek Ellina membuka pintu kamar dan menemukan Ellina yang sudah terlelap. Imo masuk dan mengeratkan selimut Ellina kemudian dia pergi. Pagi harinya Ellina sudah siap dengan pakaian kantornya. Dia harus cepat karena hari ini ada rapat yang harus dihadirinya. Ellina pamit kepada neneknya dan membawa donat yang sudah dibelinya kemarin.

Dikantor Ellina sibuk dengan berkas-berkasnya. Sampai lupa jika hari ini dia harus ke rumah sakit untuk konsultasi. Ellina melihat jamnya dan dia terlambat satu jam, dia menepuk jidatnya. Berkasnya diserahkan pada asisten Ellina. Ellina juga meminjam mobil asistennya, karena dia tidak memakai mobil. Jalan nampak macet dan sudah telamabat nambah macet juga. Ellina mengirim pesan pada dokter Juna, namun tidak ada balasan sama sekali. Pasti dokter Juna sedang sibuk. Juna menatap Ellina didepanya, sudah 2 jam Ellina telat dan Juna tidak bisa hanya menunggu pasiennya sudah menumpuk. " Saya sudah menunggu anda selama dua jam dan sekarang saya tidak bisa, jika masih mau konsultasi saya baru ada waktu jam 7 malam nanti. Lebih baik anda pulang " Ellina merasa bersalah seandainya dia tidak telat tadi pasti tidak akan terjadi hal seperti ini.

" Maafkan saya dokter, saya lupa jika sudah ada janji " Ellina menundukkan kepalanya. " Jika mau menunggu kamu bisa menunggu di ruang kerja saya " Dokter Juna mengambil jas kerjanya kemudian keluar dari sana. Ellina menghubungi asistennya agar semua pekerjaanya dihandle sementara waktu. Mungkin konsultasi tidak terlalu penting tapi menurutnya kesembuhanya penting. Banyak yang harus dilakukanya selain mengurus diri seperti ini. Karena orang tuanyalah dia bisa merasakan phobia ini. Ellina bukan wanita yang tangguh tapi dia adalah wanita kuat yang sanggup melawan apapun termasuk cinta.

Tidak tau kenapa kata itu mengingatkan dia akan orang tuanya. Sudah sangat lama dan Ellina masih merasakan itu. Merasakan dekapan keduanya merasakan cinta yang diberikanya, sungguh tidak ada waktu sekecilpun untuk melupakanya. Ellina bosan, akhirnya dia melihat kesekiling ruangan dokter Juna. Ada beberapa bingkai foto disana, Ellina mengamatinya dengan seksama. Sampai ada yang menarik disalah satu foto tersebut. Disana terlihat ada seorang pemuda yang dia ketahui adalah dokter Juna dan seorang wanita cantik berambut panjang tersenyum bahagia dengan mengenakan setelan baju pertunangan. Ellina membaca note kecil yang ada di bawah foto. 'Saat cinta kita bersatu tak akan ada yang bisa memisahkan kita, Aku mencintaimu Jasmine ' -Arjuna .Ellina tersenyum setelah membaca note itu.

Ternyata dokter juna sudah memiliki pasangan. Untung saja dia tidak kepedean jika dokter Juna menyukainya. Ellina kembali duduk di sana dan masih ada waktu tiga puluh menit lagi untuk menunggunya. Sebenarnya pekerjaan di kantor tadi tidak boleh ditinggal apalagi banyak berkas yang penting. Ponselnya berdering ada panggilan masuk." Hallo" jawab Ellina. " Mbak El saya sudah menemukan identitas pembunuh kedua orang tua mbak. Besok saya akan memberikanya ke mbak. "

" Iya pak, terimakasih saya juga minta tolong cari pelaku yang sebenarnya saya mohon pak"

" Masih dalam proses penyidikan saya akan berusaha "

" Kalau begitu saya tutup dulu pak " Ellina mengakhiri panggilanya. Sudah tiga puluh menit tapi dokter Juna belum juga kembali. Hingga satu jam lewat, akhirnya Ellina memilih pulang saja tepi sebelum itu dia menuliskan pesan di note kecil miliknya. 'Maaf saya harus pulang, maaf jika sudah mengganggu kesibukan dokter " setelah itu ditempel di tempat pulpen dan Ellina pulang. Hari sudah larut mungkin sekarang sudah pukul delapan malam. Ellina mengayuh sepedanya hingga sampai rumah, seperti biasa dia melakukan rutinitasnya sebelum tidur.

♡_♡

Juna membuka pintu ruanganya dan tidak menemukan Ellina. Juna menghela nafasnya pasti sudah terlalu lama Ellina menunggu sehingga gadis itu pulang. Juna duduk di ruang kerjanya kemudian dia menemukan note kecil, Juna mengambilnya bibirnya tersenyum lembut. " Maafkan aku " gumam Juna. Sebenarnya pekerjaanya sudah selesai dari tadi tapi ada beberapa pasien yang harus ditanganani Juna. Namun lebih tepatnya pasien dokter Carlote. Juna mengambil ponselnya dan mengetikkan beberapa pesan untuk Ellina. Juna meninggalkan ruang kerjanya sepertinya dia harus pulang. Saat akan menutup pintu ada salah seorang suster yang menghampirinya. " Maaf dokter ada pasien yang baru saja kecelakaan, bisakah anda menggantikan dokter Raihan untuk sementara waktu, beliau sedang keluar " Juna menghela nafasnya. Tentu saja dia kembali lagi dan mengganti pakaiannya, kemudian dia menangani pasien tersebut. Setelah pekerjaanya selesai Juna kembali ke ruanganya, sepertinya dia harus menginap hari ini besok baru dia pulang.

Juna tergesah mengambil jas serta kacamatanya. Hari ini akan ada rapat di lantai lima rumah sakit dan Juna sudah terlambat lima menit. Karena ada pemberitahuan mendadak dari asistenya tadi. Sesampainya di ruang rapat Juna meminta maaf atas kesalahanya, semua mata tertuju padanya. Juna duduk di samping dokter Raihan. "Kau terlambat lima menit dude" Juna menyunggingkan senyumnya. " Yah, aku jadi bahan tontonan kali ini memalukan sekali " guman dokter Juna. Raihan tertawa renyah, rapat dimulai dengan khitmad. Selesai rapat Juna kembali mengambil data pasien yang akan di periksanya.

Dokter Raihan menepuk punggung dokter Juna. "Ada apa ?" Tanya dokter Juna. " Ada yang menunggumu " Dokter Raihan menunjuk arah bangku yang di sana sudah ada seorang wanita yang menunggunya. Dokter Juna menyerahkanan data yang dipeganya ke dokter Raihan. " Tolong tangani pasienku sebentar aku ada janji " Dokter Raihan ingin membatah tapi temanya itu sudah melesat pergi. Juna merapikan pakaiannya dan berjalan ke arah wanita itu. " Pagi Ellina! " sapa dokter Juna. Ellina mendongakkan kepalanya, kemudian " Pagi dokter, maaf menggangu anda "

***
Pagi yang indah
Seperti manik matamu
Saat kau menatap ke arahku
Dengan senyum manismu.

HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang