Part 11

2.7K 161 1
                                    

.Di update ya hari ini jangan lupa baca okeh..😅😅😅
.
.

Meriana memperhatikan Ellina di sampingnya. " Tenang dia hanya butuh perawatan ringan " jawan Juna. Dave menganggukkan kepalanya sedangkan Meriana diam saja. Ellina tidak ingin semua orang tau akan penyakitnya itu, menurutnya itu adalah sebuah privasi baginya. " Oya Jun kenali dia adalah perjuanganku " Dave merangkul Meriana. " Iya iya tau, semoga kalian langgeng " jawab Juna pada Dave. Meriana tersipu malu seperti biasa. " Eumm.. ana.. dave aku mau ambil minum dulu.. permisi " Meriana melihat Ellina dengan pandangan menyelidik seperti ada yang disembunyikan oleh sahabatnya itu padanya. Juna ikut pamit dan mengikuti Ellina di belakangnya. Meriana tersenyum lembut semoga saja Ellina bisa membuka hatinya untuk laki-laki yang baru saja melenggang pergi dari hadapanya. " Mereka cocok ya " ujar Dave. " Iya " Meriana mengikuti langkah kaki Dave yang beranjak dari tempat mereka.

Disisi lain Ellina tidak jadi mengambil minum malah sebaliknya dia keluar dari tempat resepsi dan ke taman belakang. Tidak tau mengapa Ellina ingin menangis, air matanya jatuh secara tiba-tiba. " Mom ... Dad ... aku merindukan kalian " ucap Ellina sesekali dia mengusap air matanya yang jatuh. Sebuah tangan terulur didepan wajah Ellina. " Hapus air matamu, kau tak pantas menangis " Ellina seketika menghentikan tangisnya. Ellina tak kunjung mengambil sapu tangan yang disodorkan. Juna menghela nafasnya kemudian dia duduk di sisi lain Ellina. " Atau kau mau aku yang menghapusnya untukmu ?" Ellina langsung menghapus air matanya dengan sapu tangan yang diberikan Juna padanya. Ingin sekali Ellina menjauh dari laki-laki ini. Kaki kanan Ellina bergeser dan beranjak dari sana. " Maaf dokter aku mau sendiri, tolong tinggalkan aku " Juna terdiam dia sama sekali tidak bergerak dari tempat duduknya.

" Aku tidak bisa meninggalkan seorang perempuan yang menangis sendirian " ujar Juna. Ellina kembali duduk agak jauh dari Juna. " Kau ada masalah?" Tanya Juna perlahan. " Tidak, hanya ingin menangis saja " jawab Ellina jujur. Benar apa yang di ucapkan memang benar dia hanya ingin menangis saja. " Miss Wenner aku sarankan jangan menangis sendirian seperti sekarang. Kau akan dikira orang tidak jelas apalagi di taman yang sepi seperti ini dan lagi jika kau menangis terlihat menakutkan " Ellina reflek mencubit pinggang dokter Juna. " Auhh.. sakit Miss Wenner " Juna menggosok-nggosok pinggangnya. " Biarkan!! " Ellina menyunggingkan senyumnya. Sebenarnya dia tidak enak hati sehabis mencubit dokter Juna. " Apakah cubitanku sangat sakit?" Juna menganggukkan kepalanya.

" Kita teman " Juna menyodorkan tanganya didepan Ellina. Ellina hanya diam sanggupkah dia berteman dengan dokter Juna. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Ellina mengambil tangan tersebut. " Dokter? Kenapa anda sangat baik terhadapku?" Tanya Ellina. " Saya baik kepada semua orang Miss Wenner" jawab Juna. " Benar kau memang baik, he he kenapa ingin berteman denganku?" Tanya Ellina lagi. " Karena aku ingin berteman saja apa itu salah?" Jawab Juna lagi. " Lalu mengapa dokter ingin masuk dalam kehidupanku?" Juna tertawa " Apakah ada yang lucu denganku kenapa dokter tertawa?"

" Miss Wenner kenapa banyak sekali pertanyaanmu, Aku jelaskan supaya kamu mengerti. Pertama aku adalah seorang dokter dan kamu tau itu, aku ingin mengobati traumamu dan aku harus masuk kedalam kehidupanmu. Supaya aku tau mengapa trauma itu tidak bisa hilang sampai kau dewasa. Kapanpun kamu mau hubungi aku jangan pernah sungkan akan aku usahakan membantumu" Juna melepas jasnya dan memakaikannya pada Ellina. " Dokter sebaiknya dokter pakai saja disini dingin " Ellina mencoba melepaskan jas tersebut. Namun Juna menahanya. Wajah mereka bertemu dan Ellina bisa merasakan hembusan nafas dari dokter Juna. Juna segera menjauhkan wajahnya dari hadapan Ellina. Ellina tidak boleh memiliki perasaan pada dokter Juna tidak boleh, dia harus ingat jika dokter di sebelahnya ini sudah memiliki pasangan hidup dan sampai kapanpun Ellina tidak bisa berharap lebih.

" Ayo kita masuk disini dingin " Juna memegang pundak Ellina agar dia mendekat. Mereka berdua masuk kedalam dan menemukan Meriana yang berkacak pinggang menunggunya. " Ell kamu kemana ajah, Arjuna dia baik-baik sajakan? " Juna menganggukkan kepalanya. Apakah Dokter Juna mengenal sahabatnya itu. " Ana maafkan aku seharusnya aku tidak membuatmu khawatir " ucap Ellina tidak enak hati. " Ell apapun untukmu aku tidak apa-apa kau yang aku khawatirkan jadi jangan membuatku khawatir oke " Meriana menyunggingkan senyumnya. Dokter juna melenggang pergi dan mengambil beberapa kue yang di bawa seorang pelayan. Laki-laki itu kembali membawa piring yang berisi beberapa kue. " Ana kau berhutang penjelasan padaku " ujar Ellina. " Miss Wenner, kue untukmu, makanlah aku menemui Dave dulu " Ellina menerima piring tersebut. Sebenarnya dia ingin menolak tapi apa daya Juna sudah pergi duluan. " Ekhmmm... " gumam Meriana.

" Eh... Dasar pengantin baru " gurau Ellina. Mungkin mencari tempat yang pas untuk mereka mengobrol adalah hal baik. Tamu yang hadir juga tinggal kolega dari keluarga Dave jadi orang tua Dave menyuruh Meriana agar istirahat karena hari ini sudah cukup melelahkan bagi Meriana. " Jadi..." Ucap Ellina sebelum memakan kuenya. " Jadi... apa?" Meriana mencoba mengikuti gerakan Ellina. " Kamu mengenal dokter Juna ?" Meriana menyunggingkan senyumnya. " Ohh dokter Juna... " Ellina kembali memakan kuenya. " Iya kamu mengenalnya dari siapa Ana!!" Ellina mulai kesal dan menaruh piringnya di samping. " Baik-baik aku akan menjelaskanya. Aku mengenal Arjuna dari Dave, karena mereka memang sepupu. Kau tau El, dokter Juna itu bisa membaca pikiran dan dia sering sekali menggoda Dave dengan apa yang difikirkan. Tapi pada waktu aku meninggalkan Dave, Dokter Juna menemuiku dan bilang padaku Jika Dave merasa sangat kehilanganku. Awalnya aku tidak mendengarkanya tapi aku percaya Dave memang mencintaiku. Dia sangat berbakat Ellina, sebagai seorang dokter. Juna itu orang yang sangat profesional bahkan dia rela melakukan apapun untuk keluarganya termasuk pasienya. Memang aku tidak terlalu dekat denganya tapi dia orang yang baik kok. Bahkan aku tidak percaya jika dia adalah dokter yang menanganimu " jelas Meriana. Ellina tertegun jadi benar apa yang dikatakan sahabatnya itu.

Mungkin saja Ellina akan berusaha berteman dengan baik dengan dokter Juna. " Ana jika aku berteman dengan dokter Juna... apakah bisa?" Meriana memeluk Ellina, menurutnya sahabatnya itu sangat lugu apalagi menyangkut seorang laki-laki. " Tentu.. aku menjadi orang yang pertama kali mendukungmu untuk berteman denganya" Ellina tersenyum lembut. Hari semakin larut Ellina sudah mengganti pakaianya dengan baju santai. Cukup melelahkan hari ini menurutnya bahkan neneknya sudah tidur dari tadi. Sedangkan Kyla masih asik mendengarkan musik di sampingnya. " Kyla sudah malam sebaiknya kamu tidur, karena besok ada penerbangan pagi"

" Siap bu bos" Kyla membereskan laptopnya dan beranjak tidur. Ellina menatap langit-langit mendadak kelopak matanya tidak bisa terpejam. Dia terus memikirkan Dokter Juna. " Kak.. tadi itu sangat romantis, kakak sama dokter juna sangat serasi. Aku berharap kalian dipersatukan dalam ikatan cinta " Ellina tidak berkutik dan masih saja melihat langit-langit. " Kyla sekarang kamu tidur " Kyla menyunggingkan senyumnya. Dia yakin suatu saat kakaknya ini akan mendapatkan cinta yang sesungguhnya.

***

Sadarkah ucapanku memang benar
Aku ingin masuk dalam kehidupanya
Dan mencarinya yang sudah lama tenggelam
Akan rasa sakit, yang belum bisa hilang

HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang