^Berhubung aku gemes banget sama cerita ini jadi aku buat ekstra partnya. Semoga kalian suka dan tak lupa aku ucapkan terimakasih karena kalian sudah menyempatkan diri untuk membaca ceritaku .... ☺☺☺☺😘😘^
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Catatan Ellina...
Kita tidak akan pernah tau pendamping kita yang sesungguhnya. Awalnya aku mengira akan berakhir bahagia dengan Dokter Juna, tapi tidak aku malah berakhir mencintai seorang berandal yang beberapa kali mengusik diriku dia adalah Arthur.
Laki-laki dengan segala kejahatanya, tapi aku tidak bisa mengusirnya dalam hidupku. Hanya butuh waktu sebentar aku bisa mengenalnya. Tidak ada hal yang romantis diantara aku dan Arthur dan aku sangat menginginkanya. Menginginkan hidup bersama di sisa hidupku.
Arthur....
Te quiero mucho, eres el hombre de hierro en la historia de mi vida.(aku sangat mencintaimu, kamu adalah iron man di kisah hidupku).
.
.
.
.
.
.
.
.
..
🔒Ektra Part 🔒" Abi, aku nggak mau makan. Kalau Aku nggak diajarin karate " Hazan mengecutkan bibirnya tak lupa dengan tampang marahnya. Arthur melihat bagaimana jagoan kecilnya marah seperti Ellina. Arthur mengusap rambut Hazan dengan sayang, tentu saja dia tidak marah tapi apakah Ellina mengizinkanya melatih Hazan untuk belajar karate rasanya itu mustahil.
Hazan sudah mengijak umur delapan tahun. Sudah waktunya dia belajar mandiri tanpa bantuan orang lain termasuk Ellina. Arthur tidak mau anaknya ini akan menjadi laki-laki manja. " Lalu abi harus apa? Bia nggak mengizinkan kamu latihan karate" Hazan terlihat murung kenapa Ibunya tidak mengizinkan dia belajar karate. " Tapi Hazan mau bi... hazan mau belajar karate, hazan akan melindungi keluarga ini dari orang-orang jahat "
Arthur mencium puncak kepala Hazan kemudian dia masuk kedalam rumah. Ellina duduk didepan box bayi sambil merenung. Terdengar suara pintu yang tergeser kemufian tertutup. Ellina menghembuskan nafasnya perlahan. Sebuah tangan bertengger manis di pundak Ellina. " Eum... apa Zahra sudah tidur?" Tanya Arthur. " Eumm... aku ...aku.. aku tidak mau anak kita celaka, kamu taukan bagaimana Hazan dia tidak mau mendengarku "
" Apa karena aku pernah celaka jadi kamu tidak mau mengabulkan permintaan sederhananya" Arthur mengambil tangan Ellina kemudian membawa Ellina duduk jauh dari Zahra. " Apa kamu tega membiarkanya terluka tidak bisa membela diri, setidaknya fikirkan hal positif dari hal ini " Ellina menatap mata Arthur kemudian kedua tanganya menangkup rahang Arthur.
Reflek Arthur memejamkan matanya merasakan sentuhan yang diberikan Ellina untuknya. " Kamu, sangat mengerti tentang semua yang aku fikirkan, maaf mungkin ini memang salahku. Aku belum bisa menjadi seorang ibu yang baik, maka dari itu bisakah kamu meyakinkanku " Arthur membuka matanya kemudian mengambil tangan Ellina tak lupa dengan kecupan di sana.
" Percayala Hazan akan baik-baik saja, dia masih anak-anak kamu harus lebih mengerti sifatnya dengan baik. Hazan sangat menghormatimu dia mencintaimu sayang " jelas Arthur. Ellina memeluk Arthur rasanya semua perasaan resahnya seolah meledak begitu saja dihadapan Arthur.
" Bi, dia memang seperti aku yang keras kepala dan semaunya. Aku hampir tidak percaya kalau sifatku dulu seperti itu " Arthur tersenyum. " jangan mengkhawatirkan hal yang tidak seharusnya kamu khawatirkan " Mereka berdua terhanyut dengan obrolan kecil.
***
Setelah selesai menunaikan ibadah Ellina menyiapkan seragam sekolah Hazan dan juga pakaian kerja Arthur. Kemudian membangunkan Arthur dan pekerjaan inilah yang lebih susah dari semua pekerjaan dirumah. Ellina menyibak selimut tidur kemudian mematikan ac yang ada di kamarnya. " Bi bangun mau adzan subuh... Bi" Ellina menepuk wajah Arthur. " Lima menit lagi.. aku baru saja tidur tadi" gumam Arthur khas orang mengantuk.
Ellina mendekatkan wajahnya didepan wajah Arthur kemudian mengucapkan sebaris kata. " Bi, bangun kalau tidak aku nggak akan abi tidur disini besok" Sontak sang empunya membuka mata lebar kemudian langsung menuju kamar mandi. Ellina tersenyum menang rasanya senang sekali menggoda Arthur. Rasanya sedikit keterlaluan memang tapi mau bagaimana lagi mau subuh juga.
Arthur baru tidur dua jam yang lalu karena Zahra menangis dan tentu saja Arthur yang menenangkanya. Itu adalah tugasnya sebagai seorang ayah dan Arthur juga tidak mau melihat Ellina yang sudah sangat lelah setiap hari merawat anaknya. Ellina tidak pernah memaksakan Arthur tapi laki-laki itu yang meminta dengan sendirinya.
" Sarungku mana Bia? " Ellina menepuk dahinya pelan, dia lupa jika sarungnya kemarin dicuci. Ellina masuk kedalam clote mengambil salah satu sarung diatas tumpukan kain yang tertata rapi. Mereka berdua selesai melaksanakan sholat subuh kemudian ada suara tangis disela Ellina melepaskan mukenahnya. Arthur berjalan ke box bayi kemudian mengambil alih Zahra.
Ditimang-timang Zahra hingga anak itu tertidur lagi. Ellina tersenyum lembut melihat hal yang selalu membuatnya terenyuh dengan semua kasih sayang yang diberikan Arthur untuk anaknya. " Bi, biar aku saja yang menggendong Zahra. Abi mandi atau nggak tidur saja nanti kalau jam enam aku bangunkan " Arthur tidak menggubris apa yang baru saja dikatakan Ellina.
Laki-laki itu menaruh Zahra di atas tempat tidurnya. Lihatlah bahkan Zahra membuka matanya lebar. " jadi lebih baik kita temani Zahra saja " Ellina terbahak kemudian merebahkan dirinya di samping Zahra diikuti juga dengan Arthur. " A...aaa..... ba...ba...baa" gumam Zahra sambil menaikkan kakinya khas seorang bayi.
Arthur menatap Ellina, tetu saja Ellina tau itu tapi dia hanya diam malah merengkuh Zahra dengan erat. " Cantik" gumam Arthur pelan. Ellina mengalihkan perhatianya ke arah Arthur " Jangan gombal deh " Ellina beranjak dari tidurnya kemudian menggendong Zahra. " Mau kemana? " tanya Arthur. " Mau masak, sama bangunin Hazan. Nanti kalau ada perlu sesuatu panggil aku " Arthur mengambil selimut.
" Iya, cherie... kalau gitu aku tidur nanti bangunkan aku " Ellina mengangguk tak lupa mencium kening Arthur setelah itu keluar dari kamar. Yah, seperti itulah kehidupan mereka penuh dengan keromantisan. Arthur belajar menjadi seorang laki-laki yang penuh dengan kasih sayang. Karena dia yakin Ellina membutuhkan itu. Membutuhkan kasih sayang lebih karena hanya itu yang hilang dari kehidupanya.
Semenjak Ellina ditinggalkan orang terdekatnya. Wanita itu kebanyakan murung tapi tidak sering hanya beberapa waktu saja. Tiba-tiba saja menangis terkadang menyalahkan dirinya sendiri. Arthur memberikan apa saja yang diinginkan Ellina termasuk dirinya. Cinta dan kasih sayang yang sangat kental tidak pernah di lalaikan Arthur hanya untuk wanita itu.
Dia adalah wanita sederhana dengan segala kehidupanya. Arthur tidak pernah bisa jauh dari keluarganya termasuk Ellina. Hingga anak-anak mereka besar mereka berdua akan selalu bersama selamanya.
Selamanya.....
Selamanya......
By.Arthur
Saat aku melihatnya melihat bunga, seperti itulah kepribadianya. Berbau harum, sangat cantik, indah dilihat dan sangat menawan ketika terkena sinar matahari.
Cinta tak butuh pengungkapan, tapi cinta membutuhkan kepercayaan dan keyakinan jika kau mencintainya.
Ketika kau melihat dia terpukul atas kesedihanya, peluk dan rengkuhlah dia kedalam dekapanmu dan berkata padanya bahwa semua akan baik-baik saja.
Dan saat terjadi kekacauan diantara kita aku berusaha menjadi seorang yang memahami dia. Dengan segala kemarahanku hanya untuk tidak membuat dia pergi dariku, meskipun itu adalah kesalahanya.
Sebagai penutup aku ingin berkata..
Jagalah segala cinta yang kau miliki sampai waktu itu tiba kau akan menemukan sebuah kebahagiaan yang abadi nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019
Romance(Sinopsis) Aku hanya bisa tertunduk dibawah pohon tanpa tentu arah, Ku mainkan jariku saat merasa takut mengingat pohon-pohon disekitarku dan saat orang tuaku meninggalkanku sendiri disana. Inginku menangis dengan keadaan yang ada, Imo bilang padak...