Maaf ya sudah menunggu lama, hari ini aku update spesial buat kalian... selamat bersenang-senang...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Ellina tengah memasak di dapur sedangkan Meriana tengah sibuk dengan benang rajutnya. Sudah hampir tiga bulan lamanya semenjak Meriana pergi dari rumah. Terakhir kali Dave datang seorang diri untuk menjemput Meriana karena usulan dari Ellina tapi Meriana belum bisa luluh, wanita itu ingin saat Dave menjemputnya Dave benar-benar ikhlas dan kembali seperti dulu tidak dengan keadaanya yang sekarang. Jika suatu hari nanti Meriana harus berpisah dia benar-benar siap. Karena sudah beberapa bulan Dave tidak lagi tinggal denganya. Sekarang usia kehamilanya sudah memasuki bulan kesembilan, tinggal menunggu lahiran saja.
Meriana harus menjaga pola makan serta aktivitasnya, kalaupun nanti saat melahirkan Dave tak ada di sampingnya. Meriana tidak akan menyesalinya sedikitpun. Dia sangat yakin jika dia bisa melakukanya sendirian tanpa bantuan Dave. Ellina sebenarnya tidak tega melihat Meriana tapi apa daya jika memang sudah ditaktirkan seperti itu. Meriana mengaitkan benangnya satu persatu hingga terbentuk topi kecil yang sangat lucu. Tiba-tiba saja perut Meriana berkontraksi, rasanya sakit hingga dia tidak kuat menahanya. Ellina langsung mematikan kompornya saat mendengar jeritan Meriana ruang tamu.
"Ell,... aku mau melahirkan... to..tolong .. hubungi... am..ambulan " suara Meriana. Ellina langsung menghubungi ambulan dan membawa Meriana ke rumah sakit. Ellina mondar-mandir dia sangat gugup,karena dokter tak kunjung datang. Ellina juga sudah mencoba menghubungi Dave tapi ponsel laki-laki itu tidak aktif. "Oek...oekkk...." Terdengar suara bayi yang sangat kencang dengan tangisanya. Ellina bersyukur Meriana sudah melahirkan. Kemudian dokter keluar dari ruangan.
" Alhamdulillah... bayinya laki-laki dan keadaanya sehat" Ellina terharu segera dia masuk kedalam dan melihat Meriana sedang diberi infus. " Sus kenapa Meriana di infus?" Tanya Ellina. " Keadaan pasien sedang tidak stabil kami harus memberikan penanganan padanya dan untuk beberapa hari pasien akan rawat inap disini " jawab suster tersebut. " Nggak apa apa Ell... doakan saja aku baik-baik saja, oya jaga anakku ya aku yakin Dave akan datang menjemputnya. Ellina aku harap kamu bisa mencintai anakku dengan baik hingga dia besar, dan berikan nama yang tanpan seperti ayahnya... terimakasih kamu selama ini menjagaku dengan baik" ujar Meriana sebelum dipindahkan keruang ICU.
Ellian melihat bayi laki-laki yang sangat tampan, matanya terpejam, nafasnya berderu perlahan. Ellina mencoba menggendongnya saat suster menyuruh Ellina mencobanya. " Assalamualaikum, tampan... " Ellina mencoba berfikir nama yang bagus untuk bayi Meriana. Akhirnya terlintas sebuah nama di benak Ellina. " Bhumi Alano " ucap Ellina. Tiba-tiba bayi yang ada digendonganya menyunggingkan senyumnya sangat manis. Ellina tersenyum lembut melihat bayi itu, ada rasa sayang didalam hatinya. Meskipun bukan dia yang melahirkan tapi Ellina bisa merasakan ikatan batin dengan Bhumi.
Akhirnya Bhumi dipindahkan didalam ruang bayi, setelah Ellina mengurus berkas-berkas yang dibutuhkan untuk administrasi. Ellina duduk didepan ICU yang didalamnya ada Meriana. Dokter menjelaskan jika sahabatnya itu butuh perawatan intensif. Ellina juga sudah menghubungi keluarga Meriana yang ada di italia. Mungkin besok pagi mereka akan datang. Meriana berdoa dalam hatinya supaya sahabatnya itu baik-baik saja. Derap langkah mengintrupsi Ellina, seorang laki-laki berlari kearah Ellina dengan nafas yang memburu kemudian reflek memeluk Ellina. " Aku... aku mengkhawatirkanmu Erina... kau baik-baik saja" ucap laki-laki itu dengan nafas terengah.
***
Seolah waktu berhenti begitu saja
Tanpa aturan dia melakukan sesuatu padaku
Waktu, aku mohon jangan berjalan lebih cepat
Terimakasih sudah mengkhawatirkanku..Dave mengacak rambutnya, didalam mobil tidak hentinya dia merutuki dirinya sendiri. Kenapa dia bisa bodoh sekali membiarkan Meriana melahirkan sendiri tanpa dia disampingnya. " Bisa lebih cepat sedikit? Istriku sedang melahirkan " runtuk Dave pada supir yang ada didepanya. " Baik pak..." jawab supir tersebut. Kemudian melajukan mobilnya dengan sangat kencang.
Dave sangat khawatir setelah mendengar kabar dari Ellina jika Meriana melahirkan. Langsung hari itu juga dia terbang ke Jerman. Saat ini Dave tengah duduk didalam ICU menggenggam tangan Meriana. Laki-laki itu menitihkan air matanya, seandainya semuanya tidak seberat ini Dave akan lebih memilih Meriana. Tak henti-hantinya Dave mencium tangan Meriana. Memanjatkan sepenggal doa agar wanitanya itu bangun lagi. Untuk saat ini dia hanya ingin menjaga Meriana, dia tidak ingin diganggu dengan orang-orang yang mengganggunya akhir-akhir ini.
Sedangkan Ellina tengah menjaga Bhumi diluar ruangan bayi bersama dengan Arthur. " Arthur, kamu nggak pulang?" Tanya Ellina perlahan, suapa tidak terkesan dia mengusir. " Nggak aku mau menunggu disini bersamamu Erina " Ellina tersipu malu. Kemudian dia mengalihkan pandanganya dari Arthur. " Kamu lapar? " tanya Arthur memecah keheningan " Eum.. sedikit" ucap Ellina jujur. Arthur bangkit dari duduknya seraya mengacak kerudung Ellina. " Ihs.. Arthur, berantakan tau... " kemudian laki-laki itu melesat pergi dari hadapan Ellina.
Lima belas menit kemudian Arthur kembali membawa makanan dan juga minuman cepat saji untuk Ellina. " Ya Allah, aku merepotkanmu " ucap Ellina merasa bersalah. " Tidak, aku tadi yang meminta padamu. Sudah makan saja kamu harus sehat, lagi pula kita juga butuh energi untuk menjaga Bhumi " jelas Arthur. Ellina memakan makananya dengan lahap, terlihat jelas saat Arthur melihat Ellina makan. Wanita itu lapar, pasti saat membawa Meriana kerumah sakit Ellina tidak sempat makan.
Dave keluar dari ICu dan berjalan kearah ruang bayi mencari Ellina. " Ell, ... bisa bicara sebentar " ujar Dave setelah Ellina selesai makan. Ellina menyanggupinya, setelah itu Ellina pamit pada Arthur dan berjalan mengekor Dave. Mereka berdua sampai disebuah taman rumah sakit." Sebelumnya maafkan aku, karena aku menitipkan Meriana padamu dan banyak merepotkanmu. Aku menyesal karena kejadian waktu itu, asal kau tau Ell aku sangat mencintai Meriana sangat.. bahkan saat aku pergi dengan wanita lain pun aku masih saja memikirkanya. Sungguh aku tidak tega berbuat jahat bahkan mengecewakanya waktu itu. Tapi ini harus kulakukan supaya wanita itu benar-benar pergi dariku. Aku sangat menyesalinya karena tidak bisa menggenggam tanganya saat dia melahirkan. Ell sekali lagi aku ucapkan terimakasih banya. Kamu memang sahabat yang sangat baik. " tutup Dave.
" Didunia ini nggak ada manusia yang sempurna bahkan laki-laki sempurna sekalipun. Semua memiliki batasan dan kekurangan, Dave setidaknya kamu masih berusaha menjaga Meriana aku bisa mengerti itu tapi jangan pernah meninggalkan Meriana. Walaupun dia terlihat kuat tapi setiap malam hampir aku mendengarnya menangis didalam kamar. Dia benar-benar membutuhkanmu disampinya. Aku harap dengan adanya Bhumi kalian berdua bisa bersama kembali.. aku kembali kedalam dulu " Ellina beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke ruang bayi.
Arthur mendekat ke arah kaca melihat Bhumi yang sedang tidur dengan pulasnya. " Hey, ... " Ellina menepuk pundah Arthur pelan. " Lihat, dia sangat tampan Erina. Jadi ingin memiliki anak " cercah Arthur tanpa sengaja. " Menikah saja belum " ujar Ellina, kemudian dia sadar dengan ucapanya dan menutup mulutnya. Arthur membalikkan badanya pada Ellina. " Mau menikah denganku Ellina?" Ucap Arthur dengan serius. Ellina tadi salah ucap, astaga Arthur terlihat serius. Apakah ini sebuah lamaran?.
" Ellina Wenner ... " ucap Arthur lagi. Ellina hanya tidak berani melihat wajah Arthur. Tiba-tiba Ellina teringat saat dokter Juna melamarnya dan meninggalkanya setelah itu. Air matanya tiba-tiba sajah jatuh tanpa diminta. Seketika Arthur menangkupkan tanganya dibelakang kepala Ellina dan menariknya dalam dekapan. " Maaf, aku pasti membuatmu tertekan ya. Maaf.. " ucap Arthur sekali lagi. Dia merasa bersalah karena ucapanya dan membuat Ellina menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019
Romantizm(Sinopsis) Aku hanya bisa tertunduk dibawah pohon tanpa tentu arah, Ku mainkan jariku saat merasa takut mengingat pohon-pohon disekitarku dan saat orang tuaku meninggalkanku sendiri disana. Inginku menangis dengan keadaan yang ada, Imo bilang padak...