Part 33

1.8K 132 5
                                    

Nih yang sudah menunggu part 33 sudah di update yah, jangan lupa tetap vote dan setidaknya kasih komentar buat semangatin aku suapaya ceritanya lanjut...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

🔒  BACA PENGUMUMAN DIATAS YA!!!🔒
.
Ellina mendorong kursi roda Arthur hingga sampai di kamarnya kemudian dia mengambil tasnya tak lupa dengan kotak bekal yang dibawanya tadi. " Eum Arthur aku mau pamit pulang, terimakasih untuk hari ini. Maaf jika aku mengganggumu akhir-akhir ini " Arthur tersenyum singkat " Hmm ... bekerjalah dengan baik dan aku sarankan lebih baik kamu bekerja di tempat yang lebih aman " Ellina nyengir tak tau apa yang baru saja dibicarakan oleh Arthur. " Kalau begitu aku pamit, Bye" Ellina membalikkan badanya kemudian melangkah pergi dari sana dan hanya tertinggal bunga berwarna putih diatas tempat tidur Arthur. Tanpa sengaja Ellina berpapasan dengan dokter yang menangani Arthur, Ellina menyunggingkan senyum ramah kemudian keluar dari rumah sakit. Tugasnya sudah selesai menjaga Arthur semua selesai. Sekarang dia bisa hidup dengan tenang tanpa ada rasa bersalah lagi.

Setelah hari ini Ellina hanya berharap supaya tidak bertemu lagi dengan Arthur dimanapun juga. Yah meskipun mereka sudah saling kenal namun tepat saja Ellina masih enggan jika mereka harus berteman. Sepertinya jika ada permintaan itu Ellina akan berfikir berkali-kali untuk menerimanya. Untuk yang kedua kalinya dia tidak ingin ada hal yang menyangkutkan hatinya lagi. Ellina belum siap jika harus sakit karena cinta untuk yang kedua kalinya. Meskipun dalam hati ada sedikir rasa dan harapan jika dokter Juna akan kembali. Ah, dia tidak ingin memikirkanya dulu tentang hal itu karena cinta hanya bisa menyakitinya saja. Langkah demi langkah di tempuhnya tanpa tentu arah yang jelas. Hingga langkah itu berhenti di sebuah taman yang tidak begitu ramai pengunjung, Ellina duduk disana dan mengambil note kecil didalam tasnya. Tanganya yang licah menulis beberapa kalimat dan hanya Ellina saja yang tau. Kemudian dimasukkan lagi didalam tasnya. Matanya melihat kesegalah arah, terlihat anak-anak yang sedang bermain diatas bak pasir.

Kemudian matanya masih fokus menyusuri setiap sudut taman. Rasanya hidupnya sepi tak ada yang bisa menemaninya jalan ataupun sekedar mengobrol singkat. Sesungguhnya dia butuh seseorang yang sanggup menjadi sandaran menumpuh keluh kesahnya. " Huft... aku hanya berharap semoga hari-hariku menyenangkan seperti yang lainya "

***
Ku temuka dia di dalam bunga yang kusimpan
Suatu hari aku bisa membawanya kedalam sebuah kebahagiaan yang sanggup mengangkat kesedihanya.

Arthur melihat setangkai mawar dengan note kecil di batangnya. Didalam sana ada kata-kata kecil dari Ellina " Mentari akan bersinar dibalik cela-cela jari saat kau menatapnya"-Erina Wenner. Arthur tersenyum tipis, pintu kamar Arthur terbuka nampak seorang laki-laki dengan suster dibalakangnya siapa lagi jika bukan temanya itu. " Bagaimana keadaanmu?" Tanya dokter tersebut. " Baik, mungkin besok aku harus pulang masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan" Dokter itu menyuruh suster untuk keluar sebentar. " Ingat dude hati-hatilah jangan membuat ulah yang lebih lagi. Kau tau ibumu tadi menghubungiku dan sudah kesekian kalinya aku berkata bohong padanya. Oya apa kau sudah menyuruh wanita itu jauh-jauh darimu?" Tanya Abigail pada Arthur. " Sudah ternyata lebih sudah dari yang aku bayangkan. Tapi, dia wanita yang baik." Arthur mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana kemudian menaruhnya kesembarang tempat. " Jangan membuat masalah dengan wanita dude, kau tau dia itu bukan wanita sembarangan. " Abi menepuk pundah Arthur. " Tenang saja aku hanya hilang dia baik tidak lebih lagi pula wanita itu urusan paling akhir untukku. Dan juga nggak terfikir untukku untuk menikah bahkan menjalin hubungan sekalipun karena itu hanya merepotkan saja" jelas Arthursambil menatap bunga mawar putih diatas kasurnya.

" Aku tidak menyuruhmu untuk suka padanya atau wanita manapun tapi kau tau jika semakin kau membenci wanita maka semakin kamu menginginkanya. Buang jauh-jauh rasa sakitmu itu, suatu hari nanti aku yakin akan ada seorang wanita yang sangat ingin kau lindungi hingga hal apapun kau berikan asalkan dia bersamamu " Abi keluar ruangan dan memanggil suster setelah itu dia keluar dari ruangan Arthur dengan sebuah senyuman tak kentara. Abi tau siapa Arthur, jika sahabatnya itu sudah jatuh maka dia akan mati-matian mempertahankanya meskipun dengan nyawa sekalipun. Asalakan wanita itu bisa merobohkan besi dan baja didalam hatinya yang sangat keras.

Hari ini hari kepulangan Arthur dari rumah sakit dan adiknya sudah menjeputnya. " Kak Abi apakah keadaan Kak Arthur sudah benar-benar baik? " Abigail menganggukkan kepalanya. "Tenang saja dia sudah baik lukanya juga sudah mengering, jika ada apa-apa cepat hubungi aku "
Dea menatap Arthur dengan seksama, kemudian dia ingat. " Kak aku mau tanya, siapa ya perempuan yang dulu kesini jagain kak Arthur?" Tanya Dea. " Oh, dia namanya Erina. Perempuan yang sudah membawa Arthur ke rumah sakit" Dea mengganggukkan kepalanya. " Semoga saja mereka tidak dipertemukan dengan takdir" ujar Dea dwngan nada sedih. " Sudah, lagipula Arthur tidak tertarik dengan wanita itu. Kalau memang sudah digariskan kita bisa apa? Kakakmu itu harus berubah " jelas Abigail. Seolah tau apa yang akan terjadi kedepan jika kakaknya itu ditakdirkan dwngan wanita itu.

Dea masih dengn fikiranya sedangkan Arthur sudah siap dengan barang-barangnya. "Dea! Kita pulang ke Turki hari ini ada yang ingin aku sampaikan sama Mom " Dea mendekik terkejut dengan apa yang baru saja di ucapkan kakaknya itu. Tidak biasanya kakaknya mau pulang kerumah, apa ada hal penting yang ingin disampaikan kepada momynya. " Jangan berfikir aneh-aneh aku hanya ingin melihat Mom, setelah itu langsung kembali ke jerman" Dea menghembuskan nafasnya sejenak. " Kenapa tidak tinggal dua atau tiga hari sih, aku ingin lama-lama sama mom kak " Arthur terdiam, pasti adiknya itu sangat merindukan ibunya. " Baiklah hanya dua hari setelah itu kita pulang, lagipula kamu harus sekolah Dea.

Mata Dea berbinar, akhirnya setelah sekian lama tidak bertwmu dengan mom. Dea memang sendari Junior High School di bawa Arthur ke Jerman dan sekolah disana. Arthur hanya tidak mau jika Dea menjadi anak manja kepada kedua orang tuanya. Alhasil Dea mau bersama Arthur dan tinggal ber empat di Jerman. Tentu saja awal mereka tinggal tidak semudah itu banyak rintangan yang sudah mereka lalui hingga detik ini. Mulai dari Arthur yang selalu terkena masalah karena kakeknya dan yah, semua itu mereka lalui bersama. Dea tinggal bersama Arthur, dan dua orang yang tak lain adalah pengasuh dan juga supirnya. Jika Arthur keluar rumah Dea tidak merasa kesepian yang dia siapkan dirumah adalah perlengkapan Arthur mengapa karena setiap kakaknya itu pulang pasti babak belur atau paling parahnya masuk rumah sakit. Dea sudah terbiasa dengan semua itu.

HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang