Yuhuuuu part 40 sudah di update, gimana nih masih seru apa udah biasa ajah ceritaku?? Semoga ceritaku bisa menginspirasi kalian 😌😌😌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Meriana masuk kedalam sebuah ruangan kecil tapi cukup membuatnya takjub. Didalam ruangan itu ada tempat tidur,sofa dan sebuah taman kecil. Meriana bisa melihat pemandangan yang sangat indah karena ruangan itu menghubungkanya dengan taman dibelakang rumah. Dia mau bersembunyi selama apapun asalkan disini. Meriana membawa beberapa buku dan juga laptop untuknya menonton film dan juga sedikit camilan supaya tidak bosan. Hari-harinya digunakan untuk menonton film dan memasak setelah Ellina pulang dan selebihnya Meriana memilih untuk dikamar ini. Tak banyak memang yang dilakukan wanita itu hanya berusaha melupakan apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan Dave. Seandainya Dave mau meminta maaf pada Meriana pasti semuanya tidak akan begini dan lagi kenapa harus ada masa lalunya Dave. Meriana belum siap untuk menderita seperti apa yang sudah terjadi pada Ellina tapi sekarang apa Dave benar-benar berhasil membuatnya seperti ini.Meriana tersenyum melihat adegan romantis didepan laptop tanpa sadar pipinya merona setelah itu dia sadar itu hanya sebuah potongan film bukan kisah nyata. Sebenarnya Meriana tidak marah pada Dave dia hanya kecewa dengan sikap laki-laki itu karena hanya mementingkan masa lalunya. Ponsel Meriana berdering ada panggilan masuk dari nomer tidak dikenal. Meriana langsung merijectnya kemudian membalikkan ponselnya. Kemudian kembali ponselnya berdering, alhasil Meriana menyerah dan mengangkatnya. "Meriana!! Hallo hallo...." tidak ada jawaban dari Meriana dia hanya diam saja. " Baiklah, dengarkan aku. Pulanglah sayang... aku merindukanmu sangat. ..." banyak yang dikatakan oleh laki-laki disebrang tapi Meriana tidak menggubrisnya dan masih fokus dengan drama yang ditontonya menggunakan earphone. Sampai panggilan itu berakhir. Panggilan dari Dave berakhir.
***
Setelah di fikir-fikir sepertinya Ellina harus membantu Dave lagi. Ellina hanya tidak ingin suatu hari nanti Meriana menyesal dan lebih memilih membesarkan anaknya seorang diri seperti yang ada di drama-drama. Ellina juga tidak mau jika nantinya keadaanya sama dengan apa yang dialami oleh Ellina. Saat ini Ellina berjalan keluar kantor dia tidak membawa sepedanya soalnya bannya tiba-tiba saja kempes. Jadilah dia pulang jalan kaki. Dipersimpangan jalan Ellina melihat banyak polisi dan juga orang-orang yang berkerumun. Sepertinya ada masalah disana, Ellina melangkah mendekat. Dia melihat sekurumunan orang-orang berbadan kekar di borgol dan dibawa polisi. "Maaf, itu ada apa ya miss kok ramai sekali?" Tanya Ellina pada salah satu orang disana. " Oh itu, segerombolan orang itu baru saja menghancurkan toko baju yang ada disebrang, sepertinya mereka merampok disana" jelas wanita itu. Ellina menganggukkan kepalanya dan masih memperhatikan sekitar.Tiba-tiba dari samping Ellina ditarik dengan paksa oleh seseorang. Sontak Ellina terkejut dan akan menjerit tapi tertahan karena yang baru saja menariknya adalah orang yang dikenalnya. " Ssst..." Ellina mengikuti arah lari Arthur sampai mereka berdua sampai di sebuah tempat yang Ellina sendiri tidak tahu. Arthur membuka hoddie serta maskernya. Ellina bisa melihat luka yang baru saja diterima laki-laki itu. Wajahnya lebam dan ada darah yang mengalir di pelipisnya serta bibir yang terluka. " Wah, kamu habis berantem lagi?" Ellina menyingkirkan rambut Arthur yang menutupi lukanya. " ishh, pasti sakit " ucap Ellina lagi. " Tidak, aku sudah terbiasa. Tadi kenapa kesana itu sangat berbahaya" jelas Arthur. " Tadinya mau pulang terus lihat ramai-ramai akhirnya aku kesana. Sebaiknya lukamu di obati, ayo ikut aku kebetulan rumahku dekat sini" ajak Ellina.
Mereka berdua jalan beriringan, tak ada perasaan diantara mereka berdua. Karena Ellina hanya menganggap Arthur sebagai teman tidak lebih. Sesampainya di rumah Ellina menyuruhnya masuk. "Sebentar aku ambilkan obat " Ellina beranjak dari ruang tamu. Meriana baru saja membuka pintu rahasia dan menemukan Ellina sibuk mengambil kotak P3k. "Ada apa Ellina? Sepertinya kamu terburu-buru" Ellina terlonjak, dia sangat terkejut. " Ana, .. kamu selalu mengejutkanku aku sedang mengambil kotak ini. Ada temanku yang terluka didepan " Meriana menganggukkan kepalanya. Ellina membawa kompresan dan juga kotak p3k ke ruang tamu. Disana Arthur mengusap darahnya menggunakan tisu. " Arthur!! Kamu tidak bisa ya tidak membuat orang khawatir. Bagaimana nanti jika adikmu melihat astaga... " Ellina membuka p3k dan kemudian mengompres luka Arthur. " jadi kamu khawatir ya!!... " Ellina menekan luka yang ada di dahi Arthur. " Argkk sakit tau gak ..." Ellina terkekeh.
" Mangkanya jangan menggodaku, astaga... diam atau aku gosok lukamu dengan sapu tangan ini " Arthur terdiam sambil melihat Ellina yang sedang serius mengobati lukanya. Sedikit terpesona, bahkan pertemuan mereka tidak semanis kelihatanya. Arthur bisa melihat ketulusan Ellina saat wanita itu mengobatinya untuk ke dua kali. Arthur pernah dekat wanita tapi tidak seperti saat dia dekat dengan Ellina. Tidak tau kenapa dia merasa nyaman jika berada didekat Ellina.
Ada rasa ingin tau yang tinggi bagaimana kehidupan Ellina. Arthur ingin masuk kedalam kehidupan wanita yang ada di hadapanya itu. Jika diberi kesempatan apakah Ellina mengizinkannya. "Manis..!??" Gumam Arthur pelan, Ellina bisa mendengar apa yang baru saja diucapkan Arthur padanya. " Hmm, maaf " ucap Arthur perlahan. Ellina nampak biasa saja dan dia sangat gugup sekarang. Di balik tembok Meriana mengintip dan Ellina bersama seorang laki- laki. Ternyata sahabatnya itu sudah menemukan pengganti dari Dokter Juna. Kemudian Meriana datang membawa minum dan menaruhnya di atas meja.
"Terimakasih, Ana" ucap Ellina mengalihkan kegugupanya. " Dia temanmu?" Tanya Meriana. " iya namanya Arthur, eh Arthur kenalkan dia saudaraku namanya Meriana" jelas Ellina. Arthur tersenyum kemudian menerima uluran tangan Meriana. " Arthur" "Meriana" Setelah itu mereka bertiga terlarut dalam obrolan mereka. Setelah Arthur pulang tinggallah Ellina dan Meriana. " Ehhhh, ada gebetan baru nih... " ejek Meriana. " Nggak kita hanya temen kok lagi pula Arthur itu nggak pantas untukku " Meriana menepuk pundah Ellina. " lagi-lagi itu jawaban yang kamu berikan padaku, Ellina asal kamu tau semua laki-laki nggak semuanya nyakitin hati loh. Siapa tau ajah Arthur memang seseorang yang dikirimkan Tuhan kepadamu" Ellina tersenyum, benar hanya senyuman yang bisa diberinya untuk jawaban Meriana.
***
Tak ada yang tau isi hatiku...
Bahkan aku sendiripun seperti itu...
Belajar untuk berharap lagi?
Aku akan memikirkanya...Arthur mengeratkan jaketnya hingga sampai dirumahnya kemudian dia mencoba melupakan kejadian yang dialaminya tadi. Senyumnya sedikit mengembang tatkala saat Erina mencoba mengobatinya dan mengomel dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Sudah sekian lama dia tidak dekat dengan seorang perempuan kecuali adik perempuanya dan juga Momynya. " Kak aku pulang..!!" Dea merebahkan tubuhnya di samping Arthur. Gadis itu bingung melihat ekspresi kakaknya yang sedang senyum-senyum sendiri.
Dean menggoyang-nggoyangkan tanganya kearah wajah Arthur tapi kakaknya itu sama sekali tidak terusik. " Hmm... lagi ngelamunin apa sih sampai nggak tau aku pulang" celetuk Dea begitu saja. " Ah, Dia sangat manis..." gumam Arthur tanpa sengaja. " Siapa kak??" Tanya Dea kemudian, sepertinya kakaknya itu sedang melamunkan seorang wanita " Er...Eh Dea suadah pulang ya" Baru saja Arthur mau menjawab dengan nama Erina namun dengan spontan dia langsung mengalihkanya.
" Er?? Wah kak Erina ya .. ha ha ha " Dea spontan tertawa kecil didepan Arthur. " Dea, Ssttt... kamu apaan deh ... Erina apanya? "
"Halah, nggak usah boong gitu kali kak, aku tau kok kalau kakak suka sama kak Erina, ngaku ajah deh... nggak usah sok ngambek gitu .." Dea menyenggol lengan Arthur dengan sengaja sambil meledek kakaknya. Arthur hanya diam saja tanpa membalas apapun. Kemudian Dea tersadar melihat pelipis dan bibir kakaknya yang terluka. " Habis berantem sama siapa lagi kak!! Yaampun yang kemarin belum kering lukanya sekarang luka lagi " Dea memegang rahang Arthur dan melihat sisi kanan serta kirinya. " Siapa yang mengobatinya?" Tanya Dea.
" Abigail... udah kakak mau istirahat nanti bangunin pas udah dhuhur " Dea menggelengkan kepalanya sambil melihat kepergian Arthur.
Selamat menikmati part ini ya readers..
KAMU SEDANG MEMBACA
HYLOPHOBIA (TAMAT) #wattys2019
Romance(Sinopsis) Aku hanya bisa tertunduk dibawah pohon tanpa tentu arah, Ku mainkan jariku saat merasa takut mengingat pohon-pohon disekitarku dan saat orang tuaku meninggalkanku sendiri disana. Inginku menangis dengan keadaan yang ada, Imo bilang padak...