"Kelas yuk, dah bel nih" aku yang baru saja selesai makan langsung berdiri.
Rina memegang tanganku menahanku untuk pergi, sontak keningku mengerut heran kenapa dia menahan tanganku.
"Buru-buru amat Lan, santai napa. Hidup Lo tuh datar amat, sesekali jadi anak bandel dikit kek. Kita duduk dulu aja disini mager gue" Rina menarik tanganku sehingga aku kembali terduduk.
"Ck, nggak bisa, aku kan anak teladan. nggak kayak kamu yang udah biasa terlambat jangan ngajak-ngajak gue nanti kena hukum baru tau rasa" aku langsung berdiri dan bergegas pergi tak menghiraukan panggilan Rina yang terus memanggil namaku.
Pada jam ini aku belajar ekonomi yang membuatku bosan dengan pelajarannya, mataku terasa berat. Aku melipat kedua tanganku diatas meja menenggelamkan wajahku dilipatan tanganku perlahan aku mulai memejamkan mata.Bu Linda mengetuk mejaku hingga aku terbangun dari tidurku
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku
Setelah aku tersadar, seketika aku kaget mendapati Bu Linda yang sudah berdiri berkacak pinggang di depan mejaku."Eh, ada bu linda, ada apa Bu?" aku hanya nyengir kuda merasa tak bersalah
Roy yang duduk di sampingku Merasa aneh dengan tingkahku, dia tertawa kecil.
"Kamu masih bertanya ada apa?, Kamu sudah melakukan kesalahan, apa kamu tahu kesalahan kamu?" Bu Linda berusaha tenang menghadapi tingkahku.
"Aku hanya tidur Bu, habisnya mataku berat banget mau tidur" Jawabku seadanya
Bu Linda geleng-geleng kepala mendapati tanggapanku. Bagiku jawabanku tak salah, aku menjawab jujur pertanyaannya, apa itu salah?
"Namamu akan ibu tandai di buku kasus" ucap Bu Linda tegas
Aku hanya mengangkat bahu tidak peduli dan tak ambil pusing. Toh aku juga sering masuk buku kasus tapi tak sesering Rina yang hampir tiap hari masuk buku kasus. Aku masih bersyukur kasusku belum terlalu besar hingga aku belum sampai terpanggil ke ruang BK.
Rina yang duduk dibelakang ku terkikik geli.
"Katanya anak teladan, anak teladan kok masuk kasus" Rina menyindir dan mengejekku serta tertawa geli dibelakang mejaku.
Aku melemparkan tatapan tajam ke arahnya.
Seakan mengerti, tangannya membentuk huruf v dan wajahnya nyengir."Eh, Lo nggak takut terpanggil ke ruang BK" Roy menyikut lenganku menatapku heran, setahunya semua orang takut jika berurusan dengan guru BK tapi kenapa gadis disampingnya malah cuek tak peduli.
Aku melirik kesamping nya sesaat, kemudian kembali menatap lurus ke depan, lalu menggedikkan bahu tak acuh, berusaha tak peduli.
Roy berdecak sebal mendapati tanggapanku yang cuek. Kemudian dia kembali menatap lurus ke depan kembali memperhatikan bu Linda yang sibuk berceloteh menjelaskan materi pelajaran ekonomi yang membosankan.
Beberapa menit kemudian bel pulang yang ditunggu-tunggu semua siswa berbunyi nyaring, semua anak dikelas bersorak ria.
Satu persatu siswa pun meninggalkan kelas
"Lani, lo pulang bareng gue nggak, gue bawa motor nih, mumpung gue lagi baik" ajak Rina
"Hari ini gue piket, lo mau tungguin gue?" Jawabku
"Ogah mah kalau gitu, gue duluan aja ya, bye.., jangan kangen gue" Rina langsung bergegas pergi
Aku menatap kesal punggungnya yang mulai menjauh. Ingin rasanya ku berkata kasar.
"Woy Lani, ngapain berdiri" Roy menepuk pundak ku kenceng dari belakang membuat ku tersentak kaget. Masih beruntung jantung ku tidak copot. Aku menoleh kebelakang menatap tajam ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Special
Teen Fiction"You are special" aku bergumam pelan sambil terus menatap senyum nya yang manis. Tanpa sadar aku ikut tersenyum. Seketika senyumannya sirna begitu saja setelah mendengar gumaman ku. Berganti dengan senyum mengejek. Saat itulah aku sadar, omongan ku...