t h e ㅡ c a m p

526 110 90
                                    

•d e a t h m a p•

Suara bel pukul delapan malam berdentang menjadi lagu penutup semester kali ini. Libur panjang di mulai pekan depan, semua orang bersiap untuk itu.

Tak beda pula dengan siswa dengan name tag Hwang Hyunjin. Cowok itu menepuk punggung orang yang duduk di sampingnya.

"Jeno, ayo kita ke lab komputer sekarang."









d e a t h m a p








Di laboratorium komputer itu, sudah ada dua orang yang menunggu mereka. Dua orang yang juga akan terlibat dalam peristiwa yang sedang menanti.

"Sudah kubilang untuk tidak perlu piket."

Bahkan pintu belum terbuka sepenuhnya, namun sebuah suara sinis gadis itu sudah menggema.

Lee Jeno mengelak tuduhan gadis berwajah western itu, Jeon Somi. "Dan sudah kubilang juga kalau kami tidak piket." Suaranya setenang air rawa, berbalik dengan nada suara Somi yang tajam.


Hyunjin berjalan melewati Somi, kemudian berhenti di belakang Nancy. Matanya meneliti artikel yang sedang dibaca gadis itu.

"Sudah temukan yang cocok?"

Gadis yang dipanggil Nancy itu menggeleng. Ia merenggangkan punggungnya yang tegang, lantas bersandar pada kursi.

"Semuanya tidak sesuai budget. Aku berusaha keras mencari yang murah."


Tangan Nancy tidak berhenti menggulirkan kursor, mencari penginapan yang akan mereka tempati untuk menghabiskan waktu liburan.

Mata Hyunjin memicing, sesaat sebelum ia menyuruh Nancy menghentikan gerakannya. "Tunggu sebentar," ucap Hyunjin tanpa aba-aba.

Nancy menoleh bingung. "Ada apa, Hwang?"

Sementara itu Hyunjin terus membaca susunan kata di layar monitor.


"Aku menemukannya."

Entah sejak kapan, Jeno dan Nancy sudah ada di samping Hyunjin, ikut memperhatikan situs yang menunjukkan sebuah penginapan.

"Kamu serius? Kurasa tempatnya agak meragukan," komentar Jeno saat melihat foto bangunannya yang sudah tua. "Alamatnya menunjukkan tempatnya jauh dari pemukiman warga."

"Wilted Village, 456 Orchid StreetㅡWilted, District 17th." Jeno menggumamkan alamat penginapan itu.





"Aku bahkan heran mengapa penginapan tua seperti itu ada di situs travel terbesar ini. Dilihat dari segi manapun, itu lebih tepat disebut rumah peninggalan." Somi yang tampak sama ragunya, langsung menentang rencana Hyunjin.




"Kalau begitu, lebih baik keluarkan uangmu untuk membayar sebuah villa berbintang daripada membawa pulang parfum mahalmu itu," Hyunjin menjawab santai yang membuat Somi tersindir atas perkataan cowok bermarga Hwang itu.

"Jadi, kita berangkat pekan depan?" Hyunjin memastikan.


Awalnya, tiga orang itu cukup ragu. Jeno dan Nancy saling berpandangan, tapi akhirnya sebuah lengkungan sabit menghiasi wajah mereka.

Kemudian mereka tertawa dan merangkul satu sama lain.


"Jadi, kamu mau ikut?" tawar Hyunjin sekali lagi pada Somi yang tengah menimbang segala keputusan dalam pikirannya.




Somi mendengus. "Aku akan menghabisimu jika tidak ada sinyal disana!"


Hyunjin tersenyum dan menarik Somi agar ikut dalam rangkulan mereka.




"Holiday, we are coming!"

DEATH MAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang