t h e ㅡ o t h e r s

145 40 1
                                    

•d e a t h m a p•

Hyunjin dan Jeno sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kecuali menyaksikan bagaimana jasad yang tak hingga jumlahnya ini tergantung pada dahan-dahan pohon dengan tali yang menjerat leher mereka.

Beberapa diantaranya bergerak pelan tertiup angin.


Orang yang paling takut sekarang adalah Jeno. Bagaimana tidak, semua jasad yang tergantung itu adalah dirinya dalam keadaan yang berbeda-beda.





Jeno menajamkan matanya, ada yang lehernya terpelintir seratus delapan puluh derajat dengan mata yang mengucurkan darah,

ada yang bagian dadanya berlubang seperti jantungnya dicabut paksa,



pun ada jasad yang dikuliti habis sampai sekuruh dagingnya terlihat.







Jeno mendadak pusing, pandangannya memburam. Bagimana bisa ada begitu banyak dirinya yang tergantung dan mati seperti hewan begitu?

"Jeno, kamu akan baik-baik saja. Pasti mereka semua tidak nyata." Hyunjin berusaha menenangkan Jeno, cowok itu pasti terserang ketakutan yang hebat.

"Jeno, ingat, kamu pasti aman karena kita bertiga bersama-sama," kata Hyunjin lagi. Tapi, kata hanyalah sebatas kata.





Hwang kini harus ekstra waspada, dirinyalah yang harus melindungi Somi dan Jeno sekarang.

Yang ia coba lakukan sekarang adalah meyakinkan Jeno bahwa semua Jeno yang tergantung itu bukanlah dirinya, palsu.


Hyunjin menuntun mereka untuk berjalan dengan perlahan. Bagaimana juga, mereka tidak bisa berhenti disini.

Sayang, lagi-lagi langkah mereka terhambat oleh kabut yang semakin lama menebal. Perasaan Jeno semakin tidak enak, ketakutan mengalir bersama dalam darahnya.








Hyunjin yang menangkap raut tak tenang Jeno, memberi instruksi. "Jeno, tenanglah. Tetap pegang tangan Somi di sampingmu, dengan begitu kita tidak akan terpisah.

Jadi, posisi mereka adalah Jeno-Somi-Hyunjin, dengan tangan saling bertautan erat. Walaupun Jeno-lah orang yang sekarang sedang diincar, tapi dia tidak pernah membiarkan Somi berdiri di ujung.





Gadis itu, Somi, yang daritadi diam, sekarang mulai menggumamkan sesuatu. Dia masih sama, masih seperti kehilangan akalnya.

"Mati."



"Mati."





"Mati."






Hyunjin menunduk, memposisikan dirinya agar dapat menatap mata kosong Somi. Tangan Hyunjin bergerak menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah gadis itu.

"Somi, kamu bilang apa? Siapa yang mati?"




"Lee Jeno."





"Mati."







Tepat detik berikutnya, tubuh Hwang Hyunjin dan Jeon Somi tertarik oleh sesuatu tak terlihat.


"HWANG! SOMI!" Jeno berseru panik tatkala kedua temannya ditarik menjauh, terlebih ketika kabut mulai menelan sosok mereka.





Kini, hanya tinggal dirinya. Hening menyergap, dingin merayap. Jeno menarik nafasnya dalam. "Just breathe."


Jeno memperhatikan sekelilingnya, berusaha mencari apa saja yang bisa ia jadikan senjata seadanya.




"Grrr."


Jeno langsung memasang sikap defensif, ia mengambil dahan pohon dan menatap tajam pada sekitar.



"Grrrr."



Suara itu berasal dari belakangnya. Jeno perlahan membalikkan tubuhnya, dahan yang ia pegang refleks terjatuh.



Lehernya dicekik erat sampai tubuhnya terangkat, pun nafasnya tersendat. Jeno melihat dengan matanya sendiri, bahwa Jeno yang lain sedang mencoba membunuhnya.




Jadi, apa Lee Jeno akan menambah jumlah Jeno yang tergantung di pohon itu?

Dengan cara apa?


Kepala terpenggal? Anggota badang yang termutilasi? Atau tubuhnya yang tercacah hidup-hidup?






Jeno tak pernah mengira bahwa para jiwa terkutuk itu mengubah bentuk menjadi dirinya sendiri. Rasanya sungguh menakutkan, melihatmu kamu oleh dirimu sendiri kan? Itulah yang Jeno rasakan.

DEATH MAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang