t h e ㅡ a r r i v a l

326 83 83
                                    

•d e a t h m a p•

Perjalanan mereka awali dengan rute kereta untuk mencapai stasiun kota dimana penginapan itu berada, disambung dengan menaiki bus antar distrik.

"Hwang, setelah ini kemana?" tanya Nancy yang baru saja kembali setelah mengambil kopernya.

"Kita sudah sampai pada distrik yang tertera di alamat. Seharusnya ada angkutan yang bisa kita naiki."

"Ayo kita cari tahu." Jeno yang sama bingungnya dengan Hyunjin, memutuskan untuk bertanya pada salah satu orang yang sepertinya tinggal di distrik itu.

"Ah, permisi. Boleh kami tanya sesuatu?"

Lelaki paruh baya yang Jeno panggil itu menoleh. "Ada apa?"

Jeno bersyukur lelaki itu sepertinya cukup ramah. "Bagaimana kami bisa menuju penginapan Wilted?"

Lelaki itu nampak terkejut. "Ada urusan apa kamu kesana, Nak?"

Jeno melirik Hyunjin yang juga menatap lelaki itu aneh. Perubahan raut wajah yang tadinya ramah menjadi tak bersahabat itu cukup aneh.

"Kami akan menginap di sana," jawab Jeno.

Lelaki itu menatap mereka penuh peringatan. "Lebih baik kalian cari penginapan lain, mana saja asalkan bukan di penginapan Wilted."

Somi berdecak. "Itu bukan urusanmu, Pak Tua. Katakan saja bagaimana cara kami sampai ke sana." Hyunjin memukul pelan mulut Somi yang tak bisa berhenti sarkas. "Hwang, kamu memukulku!"

Hyunjin mendesis. "Tunjukkan sopan santunmu, Jeon."



Lelaki itu agaknya sama sekali tidak tersinggung. Namun, raut wajahnya seakan memberi peringatan untuk menjauhi penginapan itu.

"Maaf, apa maksud Anda?" kembali Jeno bertanya.

"Aku tidak bisa mengatakannya. Patuhi saja kata-kataku."

"Cih, dasar orang tua sok ngatur!"

"Jeon Somi!"


Somi hanya mencebikkan bibir, begitu Hyunjin memperingatinya lagi.

"Kalau kalian tidak berubah keputusan, maka akan kutunjukkan sesuai keinginan."








d e a t h m a p








Empat remaja itu akhirnya sampai di penginapan Wilted, setelah diantar oleh Pak Shin.

Nancy keluar dari dapur dengan empat mangkuk mie instan hangat yang akan menjadi makan malam pertama mereka.

"Hei, ayo keluar isi perut kalian!"

Penginapan itu persis seperti rumah. Orchid Street memang dikhususkan untuk penginapan dengan suguhan hutan yang rindang.

Penginapan Wilted tersebar sepanjang Orchid Street. Mereka memutuskan untuk menempati rumah nomer 13.


Somi datang dengan rambutnya yang basah dan handuk yang masih bertengger di leher. Disusul oleh Hyunjin dan Jeno yang tampaknya juga baru membersihkan tubuh.

"Terima kasih, Nancy!" ucap Somi memeluk gadis itu.

Nancy tersenyum lebar. "Sama-sama."



Setelah menelan mienya, Jeno mengeluarkan pertanyaan yang mengganggu pikirannya sejak mereka sampai di sini.

"Aku merasa aneh. Untuk ukuran penginapan yang tersebar di sepanjang jalan, Wilted cukup sepi pengunjung."


"Aku bahkan tidak melihat penghuni lain selain kita." Nancy ikut berkomentar.

Somi mengerutkan dahi. "Kamu bercanda ya? Jelas aku melihat banyak orang menempati rumah lain. Mereka bahkan tersenyum padaku." Hyunjin, Nancy, dan Jeno menoleh kaget.

"Apa?" tanya Hyunjin.

Somi mengendikkan bahu. "Kalian memang buta ya?"



Mereka berempat memilih untuk cepat menghabiskan makan malam mereka dalam diam. Tapi tanpa yang lain tahu, Hyunjin diam-diam mengetikkan alamat penginapan Wilted di layanan maps pada ponselnya.


Wilted Village, 456 Orchid StreetㅡWilted, District 17th.




Location is not found.

DEATH MAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang