•d e a t h m a p•
Catat hari ini, saat dimana kesedihan dan kehilangan menancap sanubari ketiga orang itu. Tak pernah terlintas, bahkan dalam mimpi, untuk menyaksikan pemakaman sahabat mereka sendiri.
Tak ada yang bicara diantara mereka, karena kata tak ada gunanyaㅡmeraung, memprotes, marah, menjerit, tak mampu membuat takdir tersentuh untuk mengubah jalannya.
Hyunjin dan Jeno menggali tanah dengan batu seadanya sebagai tempat dimana Nancy akan tertidur, untuk selamanya.
Sementara itu, Jeon Somi mengalami guncangan hebat pada jiwanya.
Ia hanya menatap kosong pada jasad Nancy yang tak karuan itu, tangannya bergerak untuk membersihkan jasadnya.
Hal yang Somi inginkan hanya melihat Nancy terlihat cantik saat pemakamannyaㅡseperti aurora yang tertidur, bukan seperti manusia yang dimangsa iblis dimana dagingnya terkoyak dan mulut terobek.
Ia tersenyum, namun sorot matanya tak lagi memancarkan kehidupan. Somi benar-benar kosong. "Nancy cantik," kata Somi saat selesai mengepang rambut Nancy yang tercampur darah.
"Lebih cantik lagi saat Nancy membuka mata."
"Nancy selalu cantik saat tidur." Hyunjin mendekat, menatap Nancy dengan senyum sendu, tapi Somi tak menggubris. "Ah tidakㅡNancy selalu cantik, bagaimana pun."
Dari belakang, Jeno menepuk Hyunjin, memberi isyarat pada lelaki itu bahwa sudah saatnya Nancy menyatu dengan tanah.
"Selamat jalan, Nancy. Semoga kita bertemu kembali."
Dengan kalimat perpisahan itu, Hyunjin, Jeno, dan Somi telah mengantarkan Nancy pergi menuju dunia yang berbeda.
d e a t h m a p
Mereka kembali menjalankan rute, seperti biasanya, Hyunjin memimpin. Sesekali ia menengok ke belakang, pada Jeno yang merangkul Somi yang hanya diam seraya menatap kosong.
Hyunjin tentu sedih atas kematian Nancy, di sisi lain ia lega, gadis itu telah terbebas dari semua ketakutan.
Hyunjin merasa lebih terpukul saar Somi sekarang persis sepertiㅡhilang akal.
"Kita sampai pada rute berikutnya." Hyunjin menatap jauh di depannya, memberi tahu Jeno dan Somi bahwa akan ada hal lain yang menanti mereka.
"Gerbang ituㅡaku berpikir, seolah kita akan memasuki suatu portal atau apa." Jeno berkomentar saat melihat dua tiang besar seperti pada akropolis menjulang kokoh di depan.
Sungguh aneh melihat dua tiang besar itu di hutan. Memangnya siapa yang membuat?
Ketiga orang itu kembali melangkah, mereka mendongak saat lebih dekat pada tiang kokoh seperti pada akropolis itu.
Tangan Jeno dicengkeram Somi kuat saat mereka memasuki gerbang, sampai Jeno sedikit merasa perih, sepertinya kuku Somi menggores sedikit kulitnya.
"Ada apa, Somi?"
Somi tak menjawab, gadis itu malah berguman kata-kata aneh, sepertiㅡkita akan mati.
Tubuh gadis itu juga bergetar, Somi tak henti menggigiti kuku jarinya, dan matanya bergerak gelisah.
"Hwang, Somi berkata aneh. Aku rasa dia tahu sesuatu saat kerasukan tadi."
Tidak, bukan sesuatu, melainkan semuanya.
"Karenanya, kita berdua harus ekstra menjaga Somi. Aku tidak ingin kita kehilangan permata lagi."
Ya, Somi dan Nancy adalah permata di hidup Hwang Hyunjin dan Lee Jeno.
Tiba-tiba, kabut di sekitar mereka menebal, nyaris semuanya berubah menjadi putih. Hyunjin buru-buru menggandeng Somi bersama Jenoㅡmereka tak boleh terpisah.
Tak ada yang mereka lihat, bahkan pohon-pohon di dekat mereka pun tertutup kabut.
Hal itu tak berlangsung lama, karena setelahnya kabut tersebut perlahan hilang, namun mereka tak merasa lega karena di pada pohon-pohon di sekeliling, kini terdapat mayat-mayat menggantung yang bergerak pelan tertiup angin.
Kaki Hyunjin mendadak lemas. Ia berkata lirih, "Jadi, apa? Kenapa mayat-mayat yang tergantung itu persis seperti kamu, Jeno?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH MAP
Mystery / Thriller[lengkap] Peta yang menuntunmu menuju kematian ㅡ"Don't follow the map or you will die." ㅡ"I don't believe the shit that you said." highest rank : #46 in thriller aphroditesjung©2018