4

161 14 0
                                    

PRITT ...

Semua langsung berhenti dengan aktivitasnya dan berkumpul di depan pelatih. Gue, yang tadinya bermain bebas pun ikut berlari ke depan pelatih. Nggak ada yang mau repot-repot peduli dengan bola voli yang ditinggal.

"Itu bolanya ambil dulu!" perintah Kak Regan, pelatih voli kami.

Gue dan Anna yang berada di barisan belakang lantas disuruh oleh yang lain untuk mengambil bola voli yang sudah bergerak menjauh dari lapangan voli.

Akhirnya, gue mengejar bola yang menggelinding ke lapangan utama dan berhasil menangkapnya. Gue mendongak, dan beberapa meter tepat di hadapan gue, berdiri seorang Calum Hood di dalam barisan yang sedang berlatih basket.

Calum menoleh, membuat gue sedikit tersentak kaget.

Dia tersenyum sinis, dan mengacak rambutnya sok ganteng.

Gue berdecih dan segera kembali ke barisan voli. Bayangkan, ternyata gue memiliki jam ekskul yang sama dengan dia. Gue voli, dan dia basket. Keduanya berlatih di Sabtu sore. Gue semakin susah buat nggak ketemu sama dia.

"Duduk aja," ujar Kak Regan. Kami mengikuti arahannya.

"Berhubung kita sepakat mau ikut lomba di SMA Althair, jadi ... besok kita latihan ya."

Ada yang mengeluh tertahan, ada pula yang mengangguk nggak keberatan. Gue, sih, diem aja.

"Besok kita seleksi tim inti buat lomba, tapi kapten udah otomatis pasti ikut, Lexi sama Dylan." Kak Regan kembali berujar.

"Yang nggak turun, otomatis nggak ikut."

Gue melengos, gue yakin gue belum waktunya kepilih. Karena kelas 11 itu hebat-hebat, dan kemungkinan besar mereka yang ngambil andil buat lomba. Gue aja baru mau di-upgrade jadi tosser. Kemungkinan kelas 10 Dara yang ikut.

Gue mengelap keringat dan menatap ke arah anak basket. Mereka lagi istirahat dan tempat istirahat mereka itu tribun. Sedangkan kita disini, istirahat ya di lantai lapangan aja, lebih asoy lagi.

Gue mendelik, melihat Andrew melambaikan tangannya ke arah gue dan nyengir lebar. Gue hanya membalasnya dengan hormat dua jari yang gue lemparkan padanya, kemudian langsung kembali menoleh menatap Kak Regan, takut kalau ketahuan nggak memperhatikan.

Andrew itu anak basket, dan gue curiga dia yang ngasih ID dan Insta gue ke Calum. Tapi dia nggak mau ngaku. Dasar memang Andrew sudah dimanipulasi sama Calum supaya berpihak ke dia.

Tak lama, gue merasakan tetesan air dari langit. Langitnya nangis apa kencing, nih?

Tetesan yang turun semakin banyak. Kak Regan membubarkan barisan dan kami berlari ke koridor depan kelas IPA, koridor terdekat dengan lapangan voli.

Gerimis pun berubah menjadi hujan dalam beberapa detik. Kak Regan memutuskan menyudahi latihan hari ini. Selesai berdoa, gue dan yang lain langsung menuju ruang olahraga untuk mengambil tas.

"Klo, aku duluan ya, mamaku udah jemput ternyata."

Gue mengacungkan jempol, menatap punggung Anna yang berlari ke arah parkiran. Punggung Anna menghilang, tergantikan oleh Calum yang disambut oleh Vanya ketika dia keluar dari ruang olahraga laki-laki.

Gue menghela napas pelan, memilih duduk di bangku depan kelas 10 IPA 1.

Ternyata, hujan nggak berlangsung lama, karena baru beberapa menit gue duduk di bangku ini, hujan sudah kembali menjadi gerimis. Gue mendekat ke perbatasan koridor dan lapangan voli, menengadahkan tangan, merasakan rintik hujan yang kian berkurang.

Senior || C.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang