Prolog

364 33 8
                                    

"Lo bisa gak sih diam aja gak usah jadi pahlawan BP!?" Bentak seorang laki-laki berambut hitam yang menatap adik kelas laki-laki di hadapannya seperti mangsa.

"Kita juga gak ada urusan sama lo kan?" Tambah si rambut berwarna di sebelahnya.

Adik kelas itu menelan salivanya. "I-itu terpaksa karena teman gue."

"Kenapa lo mau aja bego!" Si rambut hitam menampol kepala adik kelas itu.

"Kasih 'hukuman' dah, Lum, kasian noh kalau kelamaan dibentak," ujar satu temannya lagi.

"Kasih apa nih, Mek? Ash?"

"Cuciin mobil gue," timpal yang bernama Ashton.

"Traktir aja nih, kane kayaknya," usul si rambut magenta yang ternyata bernama Michael itu.

"Wah, cemerlang."

"Uang lo!" Bentak si rambut hitam, yang sepertinya kapten dari mereka.

"Ga–gak ada, Kak."

"Bohong lo!" Michael menarik kerah seragam adik kelas itu.

"Makanya gak usah nyari masalah!" tambah Ashton.

"Uang lo, dari pada lo diginiin terus." Yang berambut pirang kecokelatan berkata lebih tenang.

"Tapi, Kak ... A-adanya segini." Adik kelas itu mengeluarkan uang sepuluh ribu.

Si kapten menatap tidak puas. "Masih ada itu, bohong kan lo?!"

"WOI!! LU LU PADA YANG LAGI NGE-BULLY!"

Sontak keempat cowok yang merasa dipanggil itu menoleh ke arah sumber teriakan. Sosok perempuan ber-rambut kecokelatan dengan tinggi 165 cm tengah menatap mereka dengan tatapan nyalang.

Wajah manisnya tidak senada dengan mata tajamnya.

"Itu temen gue gak usah di-bully!"
Dia mendekat dengan tanpa rasa takut.

Mereka berempat mengernyitkan kening, tidak menyangka ada perempuan yang seberani itu. Ashton menatap ketiga temannya. "Gue kenal dia perasaan."

Perempuan itu memukul tangan Michael yang masih setia di kerah baju temannya. Michael yang masih terpaku pun kaget, dan menatap perempuan itu tajam.

"Woi, siapa sih lu, berani bener!" ketus Michael.

"Manusia!" jawab perempuan itu asal, menarik si laki-laki ke sampingnya.

"Dasar kalian ya, bisanya bully-bully terus, coba kalian tau rasanya di-bully!" Si perempuan berseru ketus.

"Wah berani juga dia, Lum," kata Ashton.

"Heh, kita ini kakak kelas lo! Gak usah sok berani!"

Perempuan itu menatap badge nama laki-laki berambut hitam yang membentaknya,
Calum T.Hood.

"Kalo kakak-kakak sekalian gini, gue gak peduli status kalian, kalo kalian salah, ya udah, SALAH!" Sebelum perempuan itu pergi, dia menatap Ashton dan Michael dengan sudut matanya, seolah mengisyaratkan bahwa ia mengenal keduanya. Kemudian pergi bersama temannya.

Keempat cowok itu hanya memperhatikan punggungnya yang perlahan menghilang, kemudian saling tatap.

"Kok gue gak pernah liat dia ya?" tanya Calum.

"Mayan loh padahal, tapi garang," sahut Michael, yang membuat ia mendapat toyoran dari Calum.

"Adek kelas, kelas IPS kalo gak salah," kata Ashton.

"Iya, gue pernah liat juga kayaknya." Michael menimpali.

"Kenal namanya gak?" Calum bertanya lagi.

"Lupa, awalannya C kok," jawab Ashton.

"C? Sama kayak Calum ya," sahut Luke, si rambut pirang kecokelatan.

Calum tidak menggubrisnya, masih tidak menyangka ada adik kelas yang begitu berani, perempuan lagi, padahal korbannya aja laki-laki.

-----------
Calum Fan fiction
Yeeyyy!!

Aku tau ini ide pasaran, tapi aku gatel banget buat nulis ni cerita. Ya semoga aja bagus😄

Semoga sukaa.
Salam dari saia, selaku author🤭

Senior || C.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang