34.2

101 15 1
                                    

"Mampus lo, Lum!" Gantian Luke yang menyoraki Calum.

Mereka memang udah capek main PS, tapi belum capek untuk main game android.

"HAHA KENA KAMBEK LO ROBERT!" Calum berseru.

Heran, main hago excited banget.

Gue memerhatikan jam dinding di ruang tengah Calum. Udah jam tujuh malam.

"Nggak lapar lo semua?" Tanya gue.

"Lapar lah!" Sahut mereka bertiga bersamaan.

Gue memutar bola mata, beranjak menuju dapur. Gue terkesima melihat betapa rapi dan kerennya dapur Calum, ditambah perabotan masaknya yang lengkap.

"Cal! Lo bisa masak?" Tanya gue sedikit berteriak dari dapur.

"Beginner aja!" Balasnya juga sedikit berteriak.

"Wah.. keren juga." Gue bergumam, mulai membuka-buka lemari kabinet.

"MIE AJA GIMANA?!"

"KITA DENGER ANJIR GAK USAH TERIAK!" Balas Calum juga berteriak.

Gue nyengir, berdiri di belakang pantry, menatap mereka yang sibuk pada HP.

"Masak gih, Cal."

"Mager, masak sono." Ujar Calum tak peduli. Gue mendengus.

"Gue gak bisa masak."

"Hahaha pantes dapetnya Calum." Sahut Luke, yang dihadiahi umpatan dari Calum.

Gue ikut mengumpat dalam hati.

"Yaudah mie juga kane." Balas Luna.

Gue mengangguk, membuka lemari yang berisi mie instan.

Tapi tiba-tiba gue merasa sakit perut. Walau gue belum makan, tapi emang sih, dari tadi pagi gue nggak ada buang air besar.

Gue segera masuk ke kamar mandi yang letaknya dekat dengan dapur.

Cukup lama gue menghabiskan waktu di kamar mandi.

Sampai saat gue keluar, sofa depan TV sudah kosong.

Mereka ngajak main petak umpet?

Gue celingak celinguk, kemudian menatap ke lantai atas. "CAL?!"

Enggak ada sahutan, tapi gue merasa dia di atas sana. Akhirnya, gue memutuskan naik ke lantai atas, menoleh kanan kiri ketika berada di lorong pertigaan.

Firasat gue, kamar Calum di sebelah kiri.

Gue menuju kamar di sebelah kiri. Dan benar.. dia terlihat sedang duduk di balkon.

Gue menyenderkan bahu di pintu. "Lo lupa masih punya tamu di rumah?"

Dia menoleh, tersenyum tanpa dosa. "Luke sama Luna pulang, mereka udah dari tengah hari soalnya."

Gue berjalan masuk ke kamarnya. Kamar Calum gede juga. Gue berhenti di ambang pintu balkon. Mengernyit ketika melihat asap keluar dari mulutnya.

"Tarik sini kursinya."

Gue bergeming.

Dia menoleh, menatap gue heran.

"Gue nggak suka asap rokok."

Dia mengangkat sebelah alisnya, tapi kemudian menatap depan kembali, seakan nggak peduli.

Gue masih diam di tempat.

Sampai gue mendengar helaan napas kasarnya, dan dia membuang batang rokok yang masih setengah itu.

Gue otomatis tersenyum miring.

Senior || C.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang