18.1

90 15 0
                                    

Gue berlari ke luar kamar, mengejar Bang Daniel yang udah siap ke luar rumah, mau ke rumah papa. Gue menuruni tangga dengan buru-buru.

"BANG DANIEL!" Teriak gue memanggil.

Bang Daniel yang udah tinggal megang gagang pintu dan narik pintunya, menoleh. Gue berjalan ke hadapannya.

"Bang, bisa gak anterin Chloe ke rumah Calum?" Tanya gue. Bang Daniel mengernyit heran.

"Calum? Ada urusan apa kesana?" Tanyanya.

"Ini.. flashdisk Calum, mau ngasihin ke dia." Gue mengeluarkan flashdisk putih itu.

"Ngembaliin itu aja?" Tanyanya lagi. gue mengangguk.

"Kenapa nggak dia yang kesini?" Lagi-lagi Bang Daniel melontarkan pertanyaan.

"Agak gak enak badan dia."

"Gak di sekolah aja gitu?" Ini orang kenapa nanya mulu sih? Emang gue tersangka apa ditanya-tanya terus.

"Kenapa sih nanya terus?! Flashdisknya penting katanya," seru gue udah mulai kesal.

Bang Daniel memutar bola matanya. "Modus aja itu, ya sudah ayo."

"Apanya yang modus coba?" Gue bergumam kesal saat Bang Daniel sudah keluar rumah, kemudian beranjak menyusulnya.

Flashdisk yang gue dapat kemarin ternyata memang benar punya Calum-ralat, punya kakaknya. Katanya isinya penting, dan kalau besok pas sekolah kakaknya bakalan udah balik kampus lagi. Katanya sih, isinya semacam tugas-tugas gitu.

Dan dia agak nggak enak badan, jadi.. gue dengan senang hati mau mengembalikan ini ke rumahnya.

Calum udah memberikan alamat rumahnya. Perjalanan ke sana memakan waktu sekitar sepuluh menit.

Bang Daniel dan gue melesat ke rumah Calum.

----------

"Gimana nih, Abang tunggu?" Tanya Bang Daniel. Gue berpikir sebentar, kalau cuma ngembaliin kan cepet ya.

"Tungguin aja dulu deh," pinta gue. Bang Daniel hanya mengangguk.

Gue memasuki pagar rumah Calum yang berwarna cokelat gelap. Di hadapan gue, berdiri rumah tingkat dua berwarna kuning pastel. Di kiri dan kanan jalan setapak menuju pintu rumah merupakan taman dengan beberapa jenis tanaman, ada lampu taman juga di bagian kanan.

Gue naik tangga kecil menuju teras rumah. Gue menelan ludah sebelum akhirnya jari telunjuk gue menekan bel rumah.

"Gede juga ya rumahnya," gumam gue, memperhatikan sekeliling.

Gue menunggu beberapa detik, tapi nggak kunjung dibuka juga. Gue menekan bel sekali lagi, sambil berteriak,

"CALUM INI CHLOE!"

Setelah itu gue berpikir, kalau ada orang tuanya, parah malu-maluin aja. Tapi tak lama, pintu terbuka, menampakkan sosok Calum dengan rambut berantakan, wajahnya kelihatan lelah.

"Uhm.. hai," sapa gue sedikit kaku.

"Hm, hai," sapanya balik. Dia mempersilahkan gue masuk.

"Gak usah deh, ngembaliin ini aja kok, lagian Bang Daniel nungguin." Gue menolak. Tangan gue merogoh saku celana dan mengeluarkan flashdisk putih.

Calum menatap flashdisknya, kemudian melihat ke arah gue lagi. "Makasih ya," ucapnya sambil mengambil flashdisk dari tangan gue.

"Yaudah deh, gue balik."

"Eh.. serius lo gak mau mampir dulu? Ajakin aja tuh Daniel-nya," ujar Calum. Gue menatap Bang Daniel yang lagi main HP di motor. Setelah itu balik menatap Calum lagi.

Senior || C.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang