Chapter 8 🌛

50 11 4
                                    


Setelah selesai solat mereka pun keluar dari musolla sekolah. Natira langsung memakai sepatunya yang dari tadi ia letakkan di rak sepatu.

Hembusan angin sore membuat senyum Natira makin terpancar. Angin yang menerpa wajahnya yang sedari tadi berlalu lalang mengenai wajah mulusnya. Membuat kenyamanan tersendiri baginya

Tak lama kemudian Alif datang dan duduk disamping Natira

"Katanya mau ada yang diomongin, omongin aja disini" kata Alif

"Maaf sebelumnya,  gue cukup prihatin setelah denger cerita lo. Apa mungkin Nadhia itu mirip banget sama gue?" tanya Natira to the point. Karena Natira nggak suka basa-basi

"Ia mirip banget sama lo"

"Masa sih? Setau gue, gue nggak pernah punya kembaran"

"Tapi wajah lo sama wajah dia mirip banget, tapi bedanya dia pake kerudung untuk tutupin rambutnya sedangkan lo--"

"Udah jangan dilanjutin gue udah jawaban lo kok" Canda Natira

"hehehe" tawa geli Alif sehingga membuat wanita disebelahnya ikut tertawa juga

"Kenapa dia ninggalin lo ya? Apa jangan-jangan lo punya selingkuhan kali" Canda Natira supaya ceritanya nggak formal banget, takutnya salah omong sehingga membuat hati pria disebelahnya luka untuk kesekian kalinya

Suatu ketukan dikepalanya mendarat dengan mulus

"Apaan sih? Kan... Kan mulai isengnya"

"Ya, nggak lah, secara kan gue orang yang paling setia. Meskipun dia ninggalin gue, pasti ada alasan yang nggak bisa dia omongin hingga ninggalin gue, dan gue rasa itu bisa gue terima"

"Kayaknya lo sayang banget sama dia ya"

"Ya, pasti lah. Gue bukan sayang aja tapi gue nyaman kalau ada disampingnya. Dan wajahnya kalau dilihatin bikin adem. Nggak sama kayak disamping gue nih jangan kan disampingnya bikin aden lihat wajahnya aja bikin muntah gue" nyindir Alif

Sementara orang yang disampingnya berubah wajahnya secara drastis

"Lo ngambek ya?"

Tiada kata yang dikeluarkan dari mulut Natira ia hanya membuang muka

"Gue minta maaf ya.. Lo cantik sumpah!!!" cara Alif untuk membuat Natira nggak ngambek lagi.

Sementara nggak ada jawaban  dari Natira, Alif langsung mendekatkan tubuhnya ke arah Natira sampai-sampai farfum Alif tercium hingga ke hidungnya yang membuat hati Natira makin luluh

"Iiih apaan sih"

"Jangan ngabek dong"

"Nggak" jawab Natira santai

Beberapa menit telah berlalu namun tiada yang memberanikan untuk berbicara terlebih dahulu

"Maaf ya Nat, selama ini gue sering gangguin lo dan gue tau lo risih kan kalau gue gangguin. Gue berharap Nadhia bareng gue lagi Nat."

"Udah lah Al, santai aja, anggap aja gue ini Nadhia. Gue bersedia kok"

"Ha? Setrius? Kenapa lo manis gini sama gue atau mungkin lo merasa iba ya?. Cowok kayak gue nggak perlu lo iba in. Karna gue nggak pantes nerimanya"

"Gue tau kesedihan lo, gue harap dengan kehadiran gue. Lo bisa mengusik segala kerinduan lo sama pacar lo. Gue bantuin lo karna gue ikhalas kok nggak ada niat yang lain" ucap Natira sambil menghibur Alif dengan menghelus pundaknya

"Makasih Nat"

"Sama-sama, gue senaneng bantuin lo"

"Hari udah mulai gelap, gue anterin lo pulang ya"

Volume CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang