six - can i?

37 33 7
                                    

PART SIX

Natasya itu, terdiri dari 4 bersaudara. Dia mempunyai Kakak laki-laki dan perempuan, juga mempunyai Adik laki-laki yang sudah menduduki bangku SMA kelas 10.

Kakak laki-laki Natasya masih kuliah semester akhir, sedang menyelesaikan skripsinya, sedangkan Kakak perempuannya masih kuliah semester 5. Dan tahun depan, Natasya akan mengikuti jejak Kakaknya untuk kuliah disalah satu Universitas di Indonesia.

"Nat, temenin gue yuk. Makan diluar." Natasya menoleh ke arah Kakak perempuannya ketika melihat Kakaknya itu baru saja keluar dari kamar dan menampakkan diri diruang keluarga.

"Tumbenan lo, Kak." Karna Kakaknya ini jarang sekali mau diajak makan diluar. Katanya sih, males.

"Suntuk gue dirumah. Pusing sama tugas. Pengen gitu sekali-kali menghirup udara segar diluar." kata Karina sambil mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja dihadapan Natasya.

"Ayo, ah buru."

"Kasian banget ni mahasiswa, udah hampir pengen stress ya lo lama-lama." ledek Natasya sambil tertawa melihat ekspresi Karina yang berubah menyeramkan.

"Bocah! Malah ngehina gue lagi. Buru, Nat, ah. Nanti keburu kemaleman." Karina memukul lengan Natasya pelan dengan bantal sofa dan Natasya masih saja tertawa hingga ia beranjak dan masuk ke dalam kamarnya untuk ganti baju.

"Belom tau aja tu bocah gimana rasanya kuliah." Karina duduk disofa lalu mematikan televisi dan segera keluar rumah untuk mengeluarkan mobilnya dari garasi, sedangkan Natasya, baru saja keluar rumah dan tak lupa untuk mengunci pintu rumah karena Mama dan Ayahnya belum pulang dari rumah Pamannya yang berada di luar kota, sedangkan Adik dan Kakak laki-lakinya ikut kedua orang tua mereka untuk mengunjungi rumah pamannya. Natasya dan Karina, agak malas untuk pergi jauh-jauh.

"Eh, Nat. Gue mau nanya deh sama lo." Karina mulai membuka pembicaraan dengan masih fokus menyetir dan sesekali melirik Natasya yang duduk disampingnya. Suara penyiar radio menambah keramaian di dalam mobil.

Natasya mengecilkan volume radio lalu memusatkan perhatiannya pada Karina. "Apa?"

"Uhm, lo, kenapa gak pernah pacaran?" tanya Karina yang sukses membuat Natasya menghembuskan napas dengan berat lalu menyandarkan tubuhnya pada jok mobil dengan malas.

"Elah, kirain apaan."

"Yee, jawab dulu."

"Gue tuh, apa ya, Kak. Gue sebenernya males kalo soal pacar-pacaran gitu, karena gue mikir, masih banyak hal yang lebih penting yang harus gue lakuin selain pacaran. Kayak, mending gue fokus sama sekolah gue biar bisa masuk Universitas yang gue pengenin atau mungkin gue mau fokus nyari kegiatan yang bisa menghasilkan sesuatu. Karena gue juga paham, Kak. Hampir semua cowok itu bullshit diliat dari omongan mereka yang suka ngegodain cewek, terus janji I won't leave you or I can't live without you or any-bullshit-things yang nyatanya mereka nggak bisa nepatin janjinya dan pergi gitu aja ketika mereka udah nggak butuh. Cowok tuh cuma bisa bikin galau doang, kadang gue berpikir 'Ngapain harus suka sama cowok?' Kalo nyatanya suka sama cowok cuma bisa bikin sakit hati."

Karina sempet terpengarah akibat mendengar perkataan dari Adik perempuannya ini. Karina rasa, dia terlalu sibuk kuliah hingga dia tidak memperhatikan bahwa Adiknya ini mempunyai pemikiran yang dewasa.

"Hmm, kan emang udah kodratnya, Nat cewek itu dipasangkan sama cowok. Kita hidup emang udah ditakdirin buat berpasang-pasangan. Misalnya, kayak sendal aja. Dia aja ada pasangannya, masa kamu nggak?" Karina tertawa kecil mendengar perkataan terakhirnya begitu juga Natasya yang langsung memukul lengan Karina.

Story of A GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang