PART THREE
***
"Terkadang, pada saat aku sedang berada ditengah-tengah keramaian, aku melihat mereka yang tertawa bahagia, atau melihat mereka yang memasang wajah kesal karena dijadikan bahan tawaan oleh teman-temannya, atau juga melihat salah satu dari mereka yang hanya diam menyaksikan tanpa mau ikut terlibat didalamnya, dia hanya tersenyum, menikmati pemandangan menyenangkan dihadapannya. Menyenangkan bukan karena melihat ada sesuatu yang lucu. Tetapi, menyenangkan karena ia bisa melihat orang lain bahagia dengan teman-temannya. Karena diantara mereka, hanya dirinya yang tidak pernah merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Dia selalu merasa sendiri dan tidak punya siapa-siapa selain Tuhan. Selalu merasa sendiri karena mungkin tidak ada satupun orang yang perduli terhadap dirinya. Padahal dirinya ingin sekali merasakan kebahagiaan dan diakui oleh setiap orang. Dan dirinya adalah aku."
Natasya akhirnya menutup buku diary yang berwarna merah muda tepat berada dihadapannya.
Menatap pemandangan diluar rumah, hari sudah gelap dan waktu menunjukkan pukul 10 malam. Tetapi, Natasya belum juga beranjak ke alam mimpinya. Waktu itu, Natasya sempat mempunyai kebiasaan begadang tiap malam, ketika dirinya menduduki bangku SMA kelas 10 tapi lama-kelamaan ia sadar bahwa itu tidak baik untuk kesehatannya maka dari itu sebelum kebiasaan begadangnya makin menjadi, akhirnya Natasya membiasakan diri kembali untuk tidur tepat jam 9 malam. Namun, entah mengapa malam ini rasanya Natasya belum ingin tidur juga.
"Mau ngapain ya, gue." ucapnya pada diri sendiri. Seingat Natasya, besok juga tidak ada tugas sekolah karna besok adalah hari Jum'at dan dihari Jum'at hanya dua mata pelajaran. Akhirnya, Natasya membuka kantung yang berisi novel—yang baru saja tadi sore ia beli di salah satu toko buku yang berada di pusat perbelanjaan dekat dengan rumahnya.
Natasya mengeluarkan satu persatu novel yang ia beli. Tadi ia membeli 3 buah novel sekaligus dan itu hasil dari uang yang ia kumpulkan selama ini, ia rela tidak jajan disekolah karna hanya untuk membeli novel yang sudah menjadi incarannya sejak lama.
Tapi, bosan juga kalau baca novel terus. Natasya jadi berpikir untuk keluar rumah, jalan-jalan sendiri menikmati dinginnya malam yang menusuk kulit.
Baru jam 10. Pikir Natasya ketika ia melihat jam yang bergantung di dinding kamarnya. Tanpa pikir panjang ia langsung beranjak dari kursi belajarnya dan mengambil jaketnya berwarna biru lalu tak lupa mengambil handphone dan memasukkan uang kedalam saku jaketnya.
Lalu, ia keluar rumah dengan sangat amat perlahan-lahan, karna Mama, Ayah, Kakak, dan Adiknya, Natasya yakin sudah pada tidur semua karna rumahnya terlihat sangat sepi.
*
"Terima kasih, Mba."
Ghani melipat kembali dompetnya kemudian ia taruh disaku celana jeansnya. Ghani pun memberi senyum sekilas kepada kasir minimarket sebelum ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari minimarket tersebut.
Ketika Ghani sudah berada diluar minimarket, langit yang berwarna gelap itu tiba-tiba meneteskan air matanya. Ia menghela napas sambil memasukkan satu tangannya ke saku celana.
Hujan. Ghani suka hujan, karena tandanya ia harus bersyukur masih bisa diberi kenikmatan dengan merasakan hawa dinginnya air yang menetes dari atas sana. Tetapi, karna hujan Ghani jadi harus menunggu reda terlebih dahulu untuk pulang ke rumahnya. Siap-siap saja Ghani akan kenal omel Bundanya lagi.
Akhirnya, Ghani diam diluar minimarket dan berteduh disana, lalu ia merogoh kantung plastik yang ia tenteng kemudian ia mengambil botol minum yang tadi dia beli, lalu meminumnya karena dia merasa tenggorokannya sedikit kering.
"Hah, asli, dingin banget ini minuman, kek sikapnya dia." celetuk Ghani ketika air dingin itu masuk melewati tenggorokannya.
Ghani hanya diam memperlihatkan sekitar, masih banyak kendaraan yang berlalu lalang dijalan raya. Padahal ini sudah menunjukkan pukul 10 malam. Mungkin beberapa dari mereka ada yang baru pulang kerja, atau pulang dari kampus atau bisa juga pulang dari mall, menghabiskan waktu dengan melihat rentetan baju-baju atau barang yang dijual disana. Atau bisa juga salah satu anak yang baru pulang main—seperti dirinya, dan juga anak perempuan yang sekarang sedang berdiri dihadapan Ghani.
Sebentar, dihadapan Ghani?
"Duh, basah lagi. Nyesel gue keluar rumah. Tau gitu mending dirumah aja." dumel cewek itu. Ghani hanya diam memperhatikan gerak-gerik cewek yang sedang berusaha untuk menghilangkan basah pada jaket birunya. Hingga Ghani rasa cewek itu belum sadar dengan kehadirannya.
Tak lama kemudian, akhirnya kepala cewek itu menoleh ke arah Ghani. Dia sedikit terkejut kemudian memberikan senyuman tipis kepada Ghani. Ghani yang dikasih senyum manis sama seorang cewek langsung berubah menjadi sok cool. Dia hanya mengangguk sedikit dan membalasnya dengan senyuman tipis.
Tiba-tiba anak perempuan itu, berjalan mendekati Ghani, lalu berkata, "Uhm. Mas, boleh minta tissue gak?"
"Tissue ya?" Ghani berpikir sebentar, dia tidak ada tissue. "Sebentar, Mba." Ghani pun langsung memasuki minimarket tadi dan secepat kilat, cowok itu langsung kembali dihadapan cewek berjaket biru tadi dengan membawa sebungkus tissue yang baru saja ia beli.
"Eh, Mas? Maaf ya jadi ngerepotin. Padahal kalo gak ada juga gak apa-apa kok." kata cewek itu sambil memasang wajah tak enak dan Ghani hanya tersenyum sambil berkata, "Gak apa-apa, Mba."
"Makasih ya, Mas." ucap cewek itu lalu mengambil tissue yang Ghani sodorkan dihadapannya.
"Lo cewek yang ditoko buku tadi bukan, sih?" Akhirnya Ghani membuka bicara setelah ia sadar bahwa ia mengenali cewek itu.
"Hah? Oh, iya. Lo cowok yang tadi ngomong sendiri, ketawa sendiri dan ngalangin jalan?!"
Ghani langsung terkejut akan jawaban dari cewek ini, lah, jadi pas ditoko buku tadi ketika ia sedang melihat buku yang cukup unik untuknya, diketahui sama cewek ini?
"Lah lo liat?"
"Iya, lah. Gue pengen ketawa cuma gue tahan aja." kata Natasya sambil tertawa kecil. Ghani jadi malu sendiri.
"Anjir, lah."
"Santai aja. Cuma gue kok yang liat." Natasya menenangkan Ghani yang ekspresinya terlihat sangat malu. Padahal saat ini ia ingin sekali tertawa kencang.
"Kalo mau ketawa ya ketawa aja, jangan ditahan." kata Ghani dengan wajah kesalnya. Gara-gara buku aneh itu, ia jadi tidak terlihat cool lagi didepan cewek ini. Payah.
Akhirnya tawa Natasya meledak dan Ghani hanya diam memperhatikan Natasya tertawa sambil memasang wajah kesalnya.
"Lagian muka lo lucu banget. Kesel gitu gara-gara ketahuan sifat konyol lo."
"Gue mang lucu kok, makasih."
"Hih, percaya diri banget!"
"Harus, lah."
"Biar apa?"
"Biar bisa menghadapi dunia yang keras ini."
"Ga jelas." Natasya kembali tertawa ketika mendengar celetukan Ghani yang ngasal itu. Ghani pun ikut terkekeh pelan.
"Gaje banget ya."
"Iya! Tapi tetep aja gue ketawa."
"Sama gak jelasnya berarti."
Natasya tertawa kecil sambil menanggukkan kepala mendengar perkataan Ghani. Entah kenapa selera humornya ini rendah sekali.
Tapi, baru kali ini Natasya kenal seorang cowok selain teman sekelasnya. Padahal kan, jika berada didekat cowok yang bukan temannya, Natasya akan merasa risih dan canggung. Tapi, sikap yang Ghani berikan kepadanya tidak seperti cowok-cowok lain yang hanya akan menatap Natasya angin lalu. Ketika disekolah, Natasya sadar mungkin karena dirinya bukan tipe cewek yang banyak omong dan mudah bergaul dengan orang yang tidak dekat dengannya atau mungkin karena Natasya tidak cantik.
Karena sebagian cowok disekolahnya, hanya akan berbicara dan merespon baik pada cewek-cewek yang cantik saja.
Menyakitkan memang.
***
29 Desember 2018. 10:13 am.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of A Girl
Teen FictionKetika kehidupan seorang Natasya Aulia menjadi lebih menarik dari sebelumnya. Copyright© 2018 by greysouhls. All Rights Reserved.