Di Balik Warna Pelangi

1.1K 8 0
                                    

Awan kelabu menyelimuti keindahan langit jingga di senja ini. Dedaunan di sekitarku masih basah, baru saja bermandikan air hujan. Beberapa saat kemudian, seekor kucing mungil dengan bulu orangenya melintas di depanku sambil mengibaskan bulu-bulunya. Aku terkejut dan dengan segera menghentikan laju mobilku.

"Push, kamu lucu sekali. Pulang ke rumahku, mau?" kataku sambil membawanya ke pangkuan tanganku, bulunya masih basah karena kehujanan. Tiba-tiba aku merasa ada kehangatan yang terpancar di seluruh tubuhku ketika aku mengusap bulunya. Aneh, pikirku. Aku tidak pernah merasakan hal yang seperti ini terhadap kucing-kucing lainnya.

"Meooonggg."

"Yuk, kita pulang. Aku akan mengenalkanmu pada teman-teman barumu."

Aku mengambil sebuah handuk putih kecil di dasbor mobil lalu meletakkannya di kursi penumpang di sebelahku. Aku mendudukkan kucil mungil itu di atasnya. Kembali kulajukan mobilku dengan kecepatan normal. Suasana jalanan yang sepi membuat pikiranku kosong. Kuputuskan untuk mendengarkan musik dari salah satu channel radio favoritku. Tak lama setelah itu, terngianglah sebuah lagu dari Efek Rumah Kaca yang berjudul Desember.

Aku tidak suka lagu ini. Lirik lagunya selalu mengingatkanku pada Pelangi. Pria yang telah resmi menjadi tunanganku, namun tidak sempat menikahiku karena menghamili wanita lain. Pikiranku kembali berputar pada kenangan setahun yang lalu. Sudah cukup lama, namun bekas lukanya masih betah di peraduannya.

"Meonggg Meongg Meongg." Suara kucing itu menyentak tubuhku. Aku mengembalikan fokusku pada kemudi mobil dan jalanan di hadapanku. Aku tersadar sedang berada di lintasan yang salah sampai akhirnya aku membawa badan mobil ke lintasan yang benar kemudian membawanya ke pinggir jalan. Jantungku berdegup dengan sangat kencang. Aku bersyukur jalanan sedang sepi, kalau saja ramai, aku mungkin sudah menabrak orang atau mungkin pengendara lainnya.

"Pushh, kamu baik-baik saja? Maaf ya aku ceroboh sekali. Untung ada kamu ya, kalau tidak mungkin aku sudah kecelakaan," kataku sambil mengelusnya. Mataku menangkap benda kecil yang tergantung di lehernya. Ada sebuah kalung bertali putih dengan liontin bola berwarna ... Pelangi? benakku berkecamuk. Untuk sesaat aku tercekat. Ini, apa maksud semua ini, tanyaku pada diri sendiri.

"Ta, kamu suka pelangi?" tanya Pelangi padaku beberapa saat sebelum ia menyatakan cintanya padaku.

"Suka sekali. Dibalik warnanya tersembunyi satu warna yang paling kusukai," jawabku sambil memandang hamparan langit biru.

"Warna apa?" tanyanya dengan nada becanda.

"Coba tebak!" aku bertanya balik.

" Tidak tahu." Jawabnya.

"Putar bola ini di lantai sana, kamu akan tahu jawabannya," kataku sambil menyerahkan liontin bola kecil berwarna pelangi. Kulihat ia berlari menuju lantai koridor terdekat. Wajahnya terlihat sangat serius saat melihat perputaran bola itu. Secarik senyum terlintas di wajahnya. Mengambil bola kecil itu lalu berlari kecil ke arahku. "Sudah tahu jawabannya?" tanyaku.

"Belum," jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Nanti kamu pasti tahu kok," jawabku seadanya lalu kembali menatap langit.

Kenangan bersama Pelangi berkecamuk di pikiranku. Ia berbohong padaku, ia selalu berbohong. Aku tahu ia mengetahui warna di balik pelangi itu. Aku tahu, sebab ia selalu membungkus setiap kado yang ia berikan padaku dengan bungkusan kado berwarna putih. Aku tahu. Kenapa sih kamu harus berbohong? Aku mendesah lalu melajukan mobilku dengan pelan.

===========================================================================

Aku tak tahu mengapa kamu berbohong. Aku tak tahu apa yang kamu pikirkan. Hanya saja, aku mungkin belum bisa melupakan kita.

- Jasmine

===========================
Halo guys, thanks for reading, I'm so happy and I'll be more happy if you vote my stories. Love you. Eh, rencananya sih ini mau dipanjangin ceritanya? Setuju? Komen dulu! Hhihihi.

Sepotong Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang