06 Tanda Merah

3K 560 77
                                    

Nita sang manajer Arsaka Nattaarion menghela napas pasrah menatap sang aktor yang dalam waktu kurang dari lima belas menit harus melakukan pemotretan untuk sebuah majalah yang terbit bulan depan. Biasanya, Nita tak pernah secemas ini memikirkan make up tiap Arsa akan melakukan pemotretan karena memang pria itu terlahir tampan tanpa perlu ada tambahan apapun. Tapi pengecualian untuk hari ini. Arsa masih tampan, namun...

"Gimana cara ngilangin tanda tangan di pipi kamu itu, Sa? Masih merah banget dan kentara."

Arsa menghela napas dan menatap pantulan wajahnya di cermin sambil memegangi pipi kirinya yang kemarin ditampar oleh Angel. Gila. Tamparan Angel padahal awalnya Arsa kira tidak begitu keras dan akan menghilang cepat, tapi faktanya hingga pagi ini, bekas cetakan tangan Angel masih menempel di pipi kiri Arsa. Berwarna merah merona.

"Ya, udah. Anggap aja blush on. Pakaiin blush on di pipi satunya lagi aja, Mbak."

Nita memutar bola matanya. "Sa! Masa blush on bentuk tangan manusia? Kamu mau aku blush on-in pipi kanan kamu pakai bentuk yang sama kayak pipi kiri biar seimbang?!" Nita gemas sendiri dengan Arsa. Tak mengerti apa yang ada di pikiran Arsa sehingga dia menampar dirinya sendiri dengan keras.

Menampar dirinya sendiri? Itu pengakuan yang Arsa haturkan kepada Nita tatkala Nita menjemputnya di apartemen dan melotot melihat bekas tangan di pipi kiri Arsa. Arsa mengaku, itu adalah bekas tamparannya sendiri ketika nyamuk datang dan mengganggu tidur lelap Arsa-Nita sebenarnya ragu untuk percaya, tapi dia tak punya pilihan lain untuk percaya.

Lagipula, jika Arsa mengaku tamparan itu berasal dari Angel yang marah karena Arsa menciumnya-atau menghentikan ciuman mereka?-harus ditaruh di mana wajah tampan Arsa? Sudah pasti, Nita akan ember ke siapapun dan Arsa akan menjadi bahan ledekan. Arsa benci menjadi bahan ledekan teman-temannya. Dia lebih senang meledek daripada diledek.

Well, jika Arsa memiliki warna kulit gelap, mungkin bekas itu tidak bermasalah dan tak terlihat. Tapi kulit Arsa benar-benar putih dan bekas itu sangat mengganggu wajah tampan Arsa tersebut. Bagaimana pemotretan dapat berlangsung dengan bekas kemerahan itu?

Lagi, Nita menghela napas. "Aku pakaiin kamu make up yang rada tebal buat nyamarin, ya, Sa. Kamu tahan, deh, selama pemotretan. Aku bakal minta mereka percepat. Habis pemotretan buru-buru cuci muka. Kamu tahu sendiri kulit kamu sensitif sama make up? Habis itu, biar kita kompres merahnya itu. Mudah-mudahan bisa hilang besok."

Arsa mengangguk pasrah dan membiarkan Nita mulai memainkan perlengkapan make up untuk memperbaiki wajah tampan Arsa yang pagi ini sedikit cacat karena bekas tamparan seseorang. Arsa memejamkan mata tak mau tahu bagaimana hasilnya saat Nita terus mencoba membuat wajah Arsa lebih pantas untuk pemotretan.

"Kamu kemarin makan bareng sama Angel?" Nita memecah keheningan antara Arsa dan dia.

Tanpa bergerak dari posisi awal dan masih dengan mata tertutup, Arsa menjawab, "Iya. Tadinya mau ajak makan ke luar buat ngomongin rencana publicity stunt, tapi gak jadi. Jadinya pesan KFC." Memang, Arsa sengaja memesan KFC dengan porsi banyak kemarin meskipun, tidak membawakan hasil apapun selain bekas tamparan di pipi kirinya.

Nita tersenyum tipis. "Tapi berhasil juga, ya, bikin orang penasaran. Pintar juga strategi kamu, Sa. Instastory Angel masuk ke akun Lambe Turah sama akun gosip lain dan udah banyak yang komentar kalau cowok yang di Instastory Angel itu kamu. Pro-kontra udah biasa, kan, ya. Tinggal pengumuman resmi aja yang perlu kalian buat."

"Iya."

Arsa menjawab sangat singkat meskipun, pikirannya ragu untuk melanjutkan publicity stunt dengan Angel. Baru permulaan saja, tamparan Angel bertahan hingga lebih dari sehari. Bayangkan, bagaimana rupa Arsa selama berpura-pura menjadi kekasih gadis itu selama enam bulan? Arsa tak bisa membayangkan, dia hanya dapat pasrah.

MelodramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang