30 Berbeda

6.1K 650 320
                                    

Suara alarm ponsel untuk kesekian kali akhirnya berhasil membangunkan Angel dari tidur lelapnya. Sangat lelap, padahal baru pukul satu dini hari dia dapat memejamkan mata. Kegiatan Angel beberapa hari belakangan ini sebelum tidur adalah: melamun, seperti orang depresi yang membutuhkan bantuan. Angel merasa hampa dan semua aura negatif seakan terus mendekatinya sampai kerapkali dia bertanya kepada dirinya sendiri alasannya berada di dunia ini. Rasanya sangat buruk dan tak ada yang dapat membantu, meskipun dia membutuhkan bantuan.

Angel melotot melihat jam di dinding menunjukkan pukul lima lewat lima belas. Pesawat Ayaka lepas landas pukul tujuh dan ini sudah sangat terlambat, belum lagi perjalanan yang cukup jauh. Angel memutuskan hanya meraih jaket dan buru-buru melangkah meninggalkan apartemennya. Dia mengendarai mobil dengan kecepatan di atas biasanya.

Normalnya, butuh dua jam lebih mencapat bandara, tapi Angel bisa mencapai bandara dalam waktu kurang dari dua jam. Dia sangat bangga pada dirinya sendiri yang bisa secepat itu mengendarai mobil meskipun, beberapa kali dia hampir menabrak mobil di depannya dan diberi klakson karena menyalip.

Angel memarkirkan mobilnya cepat seraya melirik ponsel yang menunjukkan pukul enam tiga puluh. Dia bergegas menuju ke terminal yang Ayaka maksud dalam pesannya beberapa jam lalu. Angel seperti orang kesetanan yang berlarian di bandara mencari keberadaan Ayaka, mengabaikan omelan orang-orang yang hampir ditabraknya dan tatapan heran orang-orang padanya.

Namun langkah Angel melambat saat mendapati seseorang yang dia cari, tengah berada dalam dekapan seseorang yang....entahlah. Tanpa sadar, Angel mematung di sana, menatap pemandangan tersebut dengan air mata berlinang. Bahkan tubuhnya bergetar hebat dan lututnya melemas.

Ayaka dan Arsa melepas pelukan mereka untuk saling menatap satu sama lain dengan senyuman lebar. Mereka seakan mengucapkan sesuatu, masih dengan mata yang lekat menatap satu sama lain sebelum akhirnya, Ayaka menoleh dan tersenyum lebar melambai kepada Angel. Angel mengerjapkan mata dan memaksakan diri tersenyum. Dia melangkah gontai menghampiri Ayaka dan tanpa diduga, Ayaka berhambur memeluknya erat.

"Angel! I'm going to miss you again! Perasaan baru banget kita bareng-bareng lagi, huhu."

Ayaka melepaskan pelukannya dan terkejut melihat wajah basah Angel. "Loh, kok, lo nangis?"

Angel terkekeh dan buru-buru menyeka air matanya. "Habis gue sedih lo pergi lagi dari gue. Entar gue sama siapa, dong, kalau butuh teman curhat."

Ayaka tertawa. "Lebay, idih. Biasanya juga gak nangis. Harusnya lo senang, gak ada gue lagi yang sering gangguin hidup lo, hehe, walaupun nanti akan datang saatnya lagi dalam waktu dekat gue bakal gangguin lo lebih sering. Habis gue lulus."

Pengumuman pun terdengar yang menandakan Ayaka harus bergegas check in. Ayaka tersenyum lebar, menangkup wajah Angel. "Nanti jangan lupa video call gue harus lo jawab! Terus lo jangan kebanyakan begadang. Jangan lupa makan. Jangan kebanyakan stress. Jaga kesehatan."

Angel tertawa. "Same goes to you."

Ayaka melepaskan tangannya dari wajah Angel dan beralih kepada Arsa yang berdiri dengan tangan terlipat, tersenyum tipis kepada Ayaka. "Kamu juga, Sa. Ingat pesan-pesan aku tadi. Pokoknya, jangan bandel. Ngel, kalau Arsa bandel, bilang gue aja. Entar gue omelin jarak jauh."

Arsa menunjukkan rasa hormat. "Siap, Komandan."

Ayaka menarik kopernya. "See you both again. Jangan kangen berlebihan sama Ayaka, oke?" Ayaka melangkah menuju boarding room, meninggalkan Arsa dan Angel yang masih menatap punggung Ayaka, sebelum benar-benar hilang memasuki boarding room.

Beberapa saat setelah Ayaka menghilang dari pandangan, Arsa dan Angel masih terdiam di posisi sebelum Arsa menarik napas dan menghelanya perlahan. Dia menoleh menatap Angel, "Lo sendirian?"

MelodramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang