15 Tapi Bohong

2.3K 512 65
                                    

Angel memandangi pemuda tampan dengan wajah pucat yang tengah makan lahap di hadapannya. Gara-gara Arsa, Angel harus merasakan kepanasan selama kurang lebih hampir dua jam ketika Arsa tertidur dalam pelukannya. Jika saja Arsa tidak sakit, Angel akan memastikan Arsa mendapat balasan yang setimpal atas apa yang dilakukannya hingga membuat Angel menderita. Beruntung, dering ponsel Arsa terdengar dan menjadi alasan Angel untuk menarik diri dari pelukan Arsa. Arsa terbangun dan Angel yakin, Arsa tidak benar-benar tidur pulas tadi. Dia hanya memejamkan mata dan beristirahat, itu saja.

Panggilan masuk di ponsel Arsa adalah dari Karina, Angel dapat memastikan itu karena wajah cantik Karina menghiasi layar ponsel Arsa saat dia melakukan panggilan. Bukan hanya itu, Arsa yang masih lemas bahkan beranjak dari ranjang, melangkah menuju ke balkon hanya untuk mengangkat panggilan, seperti tak ingin Angel mendengar percakapannya.

"Lo belum pernah lihat cowok ganteng sarapan, ya, makanya gak ikut makan dan malah ngelihatin gue dari tadi?"

Angel tersadar dari lamunannya karena pertanyaan songong Arsa tersebut. Angel mendengus. "Enggak, elah. Gue lagi mikir, bukan ngelihatin lo. Gak penting juga, sih, ngelihatin lo."

"Bisa mikir? Emang punya otak?"

Jika tidak ingat Arsa sakit, mungkin saat ini piring beling yang masih terisi nasi goreng untuk Angel sudah melayang ke kepala Arsa yang terlewat menyebalkan. "Untung lo sakit, Ka. Jadi, gue maklumin."

Arsa nyengir. "Kalau gitu, gue sakit aja terus biar bisa dimanjain melulu."

Angel menatap sinis Arsa. "Eh, kalau lo sakit melulu, mending gue kasih racun tikus biar mati sekalian daripada harus manjain kelamaan!"

Bibir Arsa mengerucut. "Jahat amat."

Angel melipat tangannya di depan dada. "Habis lo jadi cowok nyeleneh banget! Masa lo mau terus-terusan sakit di saat orang lain yang sakit mau sembuh?"

Arsa menghela napas dan lanjut memakan nasi goreng buatan Karina yang baru dihangatkan oleh Angel. Angel tersenyum puas saat Arsa tak membalas omelannya sebelum ikut lanjut memakan nasi gorengnya.

"Lo ada pemotretan hari ini?" Arsa bertanya tiba-tiba, membuat Angel mengernyitkan dahi.

"Kenapa emangnya? Belum ada jadwal, sih. Eh, tapi entar coba gue tanya Deon dulu. Kemarin, dia ngajakin gue makan malam lagi di Hanamasa, hehe."

Mata Arsa memicingkan mata. "Gak. Gak boleh. Hari ini, lo gantian nemenin gue pemotretan, habis itu makan malam sama gue."

Angel menatap kosong pemuda yang lanjut memakan nasi gorengnya tersebut. "Lo siapa larang-larang gue jalan sama calon pacar gue? No means no, Ka. Lo boleh pacar bohongan gue, tapi calon pacar beneran gue tetap Deon seorang." Angel tersenyum sendiri seperti orang gila.

Arsa memutar bola matanya. "Apa bagusnya coba lo naksir sama itu orang? Udah pendek, muka lempeng bener, ngajak cewek kencan di Hanamasa melulu, gak kreatif. Sangat gak kreatif."

"Emang lo tahu Deon siapa?"

Arsa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya. "Ya, tahu, lah."

Angel menunjuk Arsa, menyelidik. "Lo stalk gue, ya, dan kepo sama gebetan gue?"

"Iya. Emang kenapa?"

Baiklah, jawaban Arsa cukup membuat Angel terkejut. Angel mengerjapkan mata berkali-kali, masih menatap Arsa yang masih dengan santainya makan. Angel menarik napas dan menghelanya perlahan, "Beneran lo stalk gue? Padahal, gue cuma bercanda nanyanya."

Arsa berhenti makan lagi dan Angel tak tahu apakah demam dapat mempengaruhi pola pikir seorang Arsaka Nattaarion yang mendadak sefrontal ini.

"Iya. Kenapa? Ada masalah?"

MelodramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang