11 Telur Mata Sapi

2.3K 509 59
                                    

"Arsaka, wah, lo ke mana aja, Bro, baru muncul lagi di sini?"

Hanya senyuman lebar yang Arsa berikan tatkala dia memasuki sebuah kelab malam dan disambut oleh salah seorang pekerja di sana yang sudah mengenalnya. Arsa memang cukup sering pergi ke kelab malam yang menjadi tempat bekerja utama sahabat baiknya, Karel. Karel masih berada di Yogyakarta sekarang dan mala mini, Arsa punya keinginan kuat untuk minum, makanya dia menghubungi teman Karel bernama Aldo yang juga cukup dia kenal dengan baik, untuk menemaninya.

Aldo mengajak Arsa ke dekat meja bartender. Pria bertubuh tegap itu memberi isyarat kepada sang bartender untuk menyiapkan minuman yang menjadi kesukaan Arsa tiap pergi ke tempat ini. Arsa menyukai vodka, apalagi SKYY. Ah, dia sangat menyukai minuman yang satu itu dan sang bartender bahkan menghafal kesukaan Arsa tersebut.

"Lagi stress, ya, lo?" Aldo membuka percakapan dengan Arsa yang menatap ke lantai dansa sambil menunggu minumannya datang.

Arsa menggeleng. "Enggak. Cuma lagi banyak jadwal aja, makanya baru bisa mampir."

"Tumben lo mau ke sini tanpa Karel. Biasanya harus ada Karel."

Arsa menoleh menatap Aldo, tersenyum tipis. "Enggak juga. Kan, gue udah bilang tadi, gue lagi mau minum." Arsa menarik napas dan menghelanya perlahan. "Lo pastiin gak ada yang ambil gambar gue di sini, ya? Gue lagi butuh ketenangan sampai beberapa hari ke depan. Jangan gara-gara lo kecolongan, gue kena tegur lagi."

Aldo mengangguk dan di saat bersamaan, sebotol vodka dan gelas minumnya tiba di hadapan mereka. Arsa meraih botol tersebut, menuangkan isinya ke dalam gelas kecil dan meneguknya dengan cepat sementara, Aldo hanya bertugas memperhatikan, mengawasi jikalau Arsa melakukan hal berbahaya meskipun, Arsa tidak pernah melakukannya.

"Lo gak mau cerita apapun tentang masalah lo? Cuma ke sini buat minum?"

Arsa mengangguk. "Gue cuma butuh vodka dan...maybe a company? A girl company."

Aldo menahan napas dan mengangguk lagi menyanggupi permintaan Arsa. "Lo lagi mau cewek yang kayak gimana? Mau berapa lama?"

"I just need a company, not a sex partner." Arsa berujar gusar seraya meneguk kembali gelas kecil yang sudah dia isi kembali dengan vodka. "Yang gimana aja. Terserah. Asal wangi dan gak genit."

"Oke, gue siapin."

Aldo beranjak dari kursi, meninggalkan Arsa yang meneguk kembali vodka dan memesan dua botol lagi kepada bartender yang langsung mengiyakan. Setidaknya, hanya itulah yang bisa Arsa lakukan untuk menghilangkan kegelisahannya sedari tadi. Walaupun hanya bertahan sesaat.

🎬

Memang belum sebulan Angel mengenal Arsa lebih dekat, tapi dalam kurun waktu kurang dari sebulan, Angel sudah mengetahui jelas ada yang berbeda dengan ekspresi wajah pemuda itu saat berpapasan dengannya di depan elevator tadi. Arsa terlihat lebih murung, seperti gelisah dan jika digambarkan dengan anime, pasti di sekeliling tubuh pemuda itu ke luar asap hitam.

Ketidaktenangan Angel sedari tadi akhirnya, terjawab saat bel apartemennya berbunyi di pukul satu dini hari dan Angel memicing begitu membuka pintu apartemen, mendapati seseorang tengah membopong tubuh Arsa yang seperti setengah sadar.

Seorang pria yang menopang tubuh Arsa meminta maaf atas kesalahannya menekan bel, namun Angel menawarkan bantuan untuk membukakan pintu Arsa, memperkenalkan diri sebagai teman Arsa dan membantu menopang tubuh Arsa, melemparkan tubuh pemuda itu di ranjang kamar tidurnya. Angel menaikkan kaki Arsa, melepaskan sepatu yang pemuda itu kenakan dan melemparkan asal sebelum memperbaiki letak kepala Arsa. Angel menarik selimut untuk menyelimuti tubuh pemuda itu.

MelodramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang