18 Bubur Mang Jali

1.9K 460 37
                                    

"Gosh, kenapa Angel gak pernah bilang tetangganya seganteng ini?!"

Arsa terkekeh dan melangkah maju menghampiri gadis yang...sangat cantik dan manis. Dia terlihat lebih pendek dari Angel, dengan rambut belah tengah berwarna hitam legam. Yang cukup menarik adalah bentuk bibirnya yang seakan membentuk hati, dipoles dengan warna merah muda terang. Arsa tak begitu asing dengan wajahnya.

"Kita pernah ketemu, ya?"

Gadis itu mengerjap dan memaksakan diri tersenyum. Dia mengangguk. "Pernah papasan, kemarin."

Arsa tersenyum santai dan mengulurkan tangan di hadapan gadis itu. "Gue Arsaka. Dari ekspresi lo, kayaknya lo gak kenal gue jadi, gue perlu memperkenalkan diri."

"Ya, iyalah, gak kenal. Kan, emang baru kemarin sama sekarang ketemu." Gadis itu menjawab kikuk, meraih tangan Arsa dan menjabatnya, "Ayaka."

Tautan tangan mereka terlepas. "Ayaka. Oh, lo keturunan Jepang yang tinggal di Jepang dan lagi main di Indonesia? Tapi bahasa Indonesia lo bagus juga, ya?"

Ayaka menggeleng cepat. "Enggak. Aku orang Indonesia. Namaku ada unsur Jepangnya karena Mama-Papa emang suka Jepang," Ayaka tersenyum dipaksakan. Tatapan elang Arsa benar-benar membuatnya gugup. "Aku udah beberapa tahun belakangan kuliah di Jepang jadinya, banyak ketinggalan berita."

Arsa mangut-mangut. "Oh, gitu. Pantas lo gak kenal gue." Arsa tersenyum tipis, "By the way, lo temannya Angel? Mau ketemu Angel atau gimana?"

Ayaka mengangguk. "Bukan cuma teman, aku sepupunya Angel juga. Niatnya mau kasih surprise bawain dia bubur Mang Jali kesukaan dia, tapi dianya udah berangkat sarapan sama yang lain."

Satu alis Arsa terangkat. "Angel? Udah bangun dia?"

Ayaka lagi-lagi mengangguk. "Iya, udahan. Katanya diajak sarapan sama Deon, sebentar lagi balik. Aku diminta nunggu."

Arsa menghela napas mendengar penjelasan Ayaka. Kalau saja dia bangun lebih awal untuk mengajak Angel sarapan bersama.

"Lo bawa dua bubur dong jadinya? Gue bayarin satu, deh? Makan di apartemen gue aja, yuk? Daripada lo makan di sini. Sekalian nunggu teman lo itu balik."

Mata Ayaka mengejap beberapa kali. "Eh, seriusan?"

Arsa mengangguk. "Serius. Daripada lo di sini, nunggu teman lo yang suka lupa waktu kalau lagi berdua sama gebetannya, mending nunggu di apartemen gue sambil nonton TV atau apa, kek, gitu. Suka-suka lo, gue gak larang dan gak akan ganggu."

"Beneran gak apa-apa? Kamu gak bakal macem-macem, kan?"

Arsa terkekeh. "Seriusan, gak apa-apa." Arsa berbalik dan membuka lagi pintu apartemennya sambil lanjut berkata, "Gak macem-macem, kok, gue. Paling satu atau dua macem doang, hehe."

Ayaka yakin seratus persen, walaupun baru mengenal Arsa, pemuda itu pasti dapat dia percaya. Jadi, dia menurut dan mengikuti langkah Arsa menuju ke dalam apartemennya.

🎬

Angel mengerjapkan mata menatap pemuda tampan yang duduk berhadapan dengannya. Pemuda tampan yang masih mempertahankan senyuman manisnya untuk Angel, tak mengalihkan sedikitpun tatapan matanya dari Angel.

"Seriusan, Kak? Gak apa-apa kalau aku datang?"

Deon mengangguk, tangannya terlipat di atas meja. "Gak apa-apa, Ngel. Aku malah senang kamu mau datang. Kan, aku juga yang undang kamus secara langsung buat datang." Deon menghela napas. "Premier nanti malam, jam tujuh bersamaan dengan rilis lagu dan video klip. Semuanya bakal terasa lebih mudah kalau kamu datang, Ngel. Kamu gak ada jadwal, kan?"

MelodramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang