12 Cuma Teman

2.3K 512 58
                                    

Mata Angel yang semula terpejam tiba-tiba terbuka secara perlahan, napasnya cukup beraturan sampai akhirnya dia sedikit mendongakkan kepala untuk mendapati wajah tertidur dan dengkuran halus seorang Arsaka Nattaarion. Angel tidak terkejut, dia memilih untuk diam di posisinya. Berbaring tepat berhadapan dengan Arsa yang nampaknya masih tertidur.

Angel menghela napas dan tangannya bergerak, menyingkirkan rambut hitam legam Arsa yang jatuh di dahi pemuda itu, menempel lepek di sana akibat peluh. Angel masih menatapi wajah damai Arsa ketika tertidur.

Tadi pagi, Arsa menyiapkan sarapan untuk Angel berupa nasi dan telur ceplok mata sapi, kemudian Angel mendesak Arsa menceritakan masalah yang dihadapi pemuda itu. Cukup sulit meyakinkan Arsa sampai akhirnya, Angel menyerah dan memilih menjadi sandaran pemuda itu yang masih kekeuh untuk bungkam. Sungguh, Angel bisa mati penasaran karena ingin tahu apa masalah Arsa.

Bibir Angel mengerucut saat tiba-tiba, tangan besar Arsa menimpa pinggangnya dan menarik Angel mendekati tubuh Arsa yang padahal, sudah berjarak sangat dekat. Angel melotot dan memukul Arsa keras, meronta minta dilepaskan. Tak lama, terdengar kekehan Arsa yang membuat Angel bertambah kesal, Arsa nyengir dan matanya terbuka, meskipun masih tampak sayu.

Angel menarik diri, menjauh dari Arsa dan masih melotot menatap pemuda yang mencoba untuk duduk tersebut. Arsa merenggangkan otot-otot tubuhnya, lalu dengan santai berkata, "Nyaman juga, ya, tidur di sini. Tiap gak bisa tidur, gue numpang aja kali, ya, di sini?"

Sontak, Angel meraih bantal dan memukulkan ke wajah Arsa berulang kali. "Anjir, ya! Ini pertama dan terakhir kalinya gue izinin lo mendekam di ranjang gue! Setelahnya, jangan harap! Jangankan ranjang, apartemen gue pun haram buat lo!"

Angel beranjak dari ranjang dan menguap kecil, dia melirik jam tergantung di dinding dan melotot. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, berarti mereka berdua tertidur kurang lebih tiga sampai empat jam.

"Gawat! Gue pemotretan dua jam lagi! Bisa terlambat gue! Lo, sih!"

Tanpa membiarkan Arsa berkomentar, Angel melangkah meraih bathrobe menuju ke kamar mandi, meninggalkan Arsa yang hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan gadis itu. Arsa beranjak bangkit dari ranjang dengan senyuman tertahan di bibirnya.

Pemuda itu ke luar dari kamar sambil mencari ponsel yang ternyata tergeletak di atas meja, tempat di mana kotak yang masih berisikan roti bakar cokelat dan kacang masih berada di sana mengingat Arsa sudah menghabiskan roti bakar keju dan Angel menghabiskan nasi beserta telur ceplok mata sapinya. Arsa merapihkan bekas makanan tersebut, membuangnya ke tempat sampah dan menghela napas heran melihat penampakkan apartemen Angel yang sangat luar biasa. Mata Arsa berkeliling sampai pintu kamar terbuka dan Arsa cukup terkejut melihat Angel yang sudah mengenakan kaus putih dan celana jeans, tanpa make up dan rambut yang sepenuhnya basah.

"Duh, gue make up di mobil aja, deh! Udah sangat terlambat!" Dia bergumam sendiri seraya mencoba mengenakan heels yang semula ditentengnya. Mata Angel beralih menatap Arsa, menatapnya sinis, "Lo balik ke apartemen lo sono! Gara-gara lo, nih! Gue jadi lupa ada pemotretan!"

"Kok gara-gara gue?" Arsa bertanya heran.

Mata Angel masih melotot menatap galak Arsa. "Pokoknya gara-gara lo!" Angel beralih masuk ke dalam kamar dan Arsa mendengar suara barang berjatuhan sebelum akhirnya, gadis berponi rata itu muncul dengan wajah panik, "Ya Tuhan, gue naruh kunci mobil di mana lagi?! Giliran buru-buru gini, dia ilang!"

Arsa masih duduk tenang, memperhatikan bagaimana gadis itu sibuk mencari kunci mobil yang Arsa tahu terletak di mana. Tadi tergeletak di atas meja dan Arsa sudah memindahkan kunci mobil itu ke dalam vas bunga, niat ingin mengisengi Angel, tapi akhirnya, terpikirkan niat lain yang membuatnya menyeringai.

MelodramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang