-Satu-
Saling Melengkapi
ㅡㅡPagi ini Jungkook harus berangkat sangat awal akibat adanya kegiatan orientasi mahasiswa. Biasa, awal semester baru. Saat seperti ini yang sebenarnya sangat mengesalkan. Berangkat pagi, pulang malam, telat makan, juga kurang kasih sayang dari pacar. Saat seperti ini juga biasanya Jungkook jadi sering moody. Bisa marah-marah tak jelas seperti gadis sedang PMS. Apalagi saat pacar tak mau mengerti keadaan sama sekali.
"Jadi kamu nggak mau jemput aku, Jeon?" ini Kiya dari seberang sana. Sedangkan Jungkook sedang berkutat dengan roda kemudi, diburu waktu agar cepat sampai kampus.
"Bukan gitu, astaga. Gue ini ngurus anak propti, Kiya. Ini aja udah diburu-buru." untung sayang, kalau tidak, bisa dipastikan Jungkook sudah memutuskan panggilan sedari tadi. Karena bagaimanapun ia harus bisa membagi waktu sebaik mungkin.
"Ya kamu 'kan bisa jemput aku nanti jam 10. Pasti nganggur 'kan jam segitu?" Kiya dengan segala keegoisannya.
"Ojek banyak, Kiya. Minta jemput Taehyung kalau enggak, dia kan nganggur. Tolonglah enggak usah bikpal* pagi-pagi. Kerjaan gue itu banyak, enggak cuma ngurus lo doang. Udah, ya?" dan dengan sekali tekan tombol merah, Jungkook resmi terbebas dari kekasihnya yang rewel.
Bukannya tidak mau, biasanya juga Jungkook selalu antar jemput. Namun, kalau sekarang situasi sedang tidak mendukung. Persetan dengan urusan ngambek-mengambek nanti, yang penting urusan organisasi kelar dulu.
Baru saja Jungkook menambah kecepatan laju mobilnya, ponselnya sudah kembali bergetar. Si pemuda Jeon mendecak kesal karena mengira kekasihnya yang menghubungi hingga sengaja dibiarkan. Namun, ternyata sang penelfon tidak membiarkan begitu saja, ia mengulang panggilan kembali.
Kini dengan geram Jungkook terpaksa mengangkat panggilan tersebut dengan cepat, "Apalagiㅡ"
"Dimana, Pak? Anak-anak udah gupek** nih."
Ternyata itu suara lembut sekretarisnya. Jungkook jadi meringis, sedikit merasa bersalah.
"Lagi otw, bentar lagi sampe. Handle dulu ya, Han. Korlap udah dateng 'kan?" dan Jungkook yang marah-marah tadi berubah jadi lembut seketika.
"Puguh korlap gak bisa dihubungin. Ketuplak*** juga lagi tepar. Makanya anak-anak pada nyari lo yang udah khatam sama teknis."
Penjelasan sang sekretaris berhasil membuat Jungkook sedikit geram. Bagaimana bisa koordinator lapangan yang harusnya siap siaga mengatur segala teknis saat acara malah tidak ada di tempat? Ditambah lagi ketua pelaksana yang katanya tepar, merepotkan.
"Bajingan emang si Jimin. Lo suruh siapa kek ke kosannya. Masih molor pasti dia. Tolong ya, Han. Terus itu kalau bisa bangunin si Jaehyun. Udah enggak ada lagi acara manja-manjaan."
"Laksanakan, Pak!"
Dengan itu, mereka resmi mengakhiri panggilan. Jihan mencari orang yang bisa menjemput Jimin, sedangkan Jungkook terus menambah kecepatan laju mobilnya agar cepat sampai lokasi.
🌻🌻🌻
Jungkook sudah sampai, bahkan ia sampai lupa membawa serta jas almamater tercinta yang tergantung apik di mobil karena terburu. Begitu melihat presensi Jungkook, yang membutuhkan segera menghampiri.
"Pak, ini gimana nanti teknisnya waktu Rektor abis kasih sambutan dan buka acara?" ini Bambam, yang menjadi penanggung jawab saat acara pembukaan.
Tentu saja sang presiden mendecak kecil atas pertanyaan itu, padahal sudah berkali-kali dijelaskan saat rapat. Lagipula itu termasuk tugas yang paling mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematic
FanfictionKisah rumit Jeon Jungkook, Min Jihan, dan Jung Hoseok. Semakin hari semakin kusut. Semakin hari, semakin banyak kebohongan tercipta. Parahnya, mereka hanya pasrah mengikuti arus. Tak ada satupun yang mencoba melawan atau bergerak menepi. Januari, 20...