-Sepuluh-
Naif
ㅡㅡSetelah acara double date dadakan itu, segalanya berubah total untuk pasangan Jungkook dan Kiya. Pemuda itu semakin sering mengunggah potret kekasihnya di instagram, entah mengapa ia ingin terus-terusan menunjukan bahwa dirinya memiliki kekasih. Tidak, sebenarnya untuk menekan rasa kacau yang ada di dalam dada. Bayangan tentang Jihan yang berciuman dengan Hoseok itu terus saja menghantui.
Berbeda dengan Jungkook, Kiya justru mulai mengabaikan. Tidak, bukan bermaksud ingin perlahan menjauh kemudian pergi, bukan. Gadis itu menyayangi kekasihnya. Ia hanya ingin memberikan ruang pada Jungkook. Tidak ada lagi spam chat dan panggilan yang diberikan jika Jungkook tidak merespon. Tidak ada lagi ngambek-ngambekan jika kekasihnya tidak membalas pesan atau menuruti keinginannya. Sayangnya, Jungkook tidak menyadari itu. Menyadari sih, sedikit. Tapi, ia hanya berpikir bahwa Kiya sudah berubah menjadi lebih baik karena tidak lagi betingkah seperti bocah.
"Jadi, gue harus kaya gini sampe kapan? Gue takut kalau ngasih ruang terlalu banyak, dianya malah lupa. Gue nggak mau, Taehyung. Gue nggak mau kehilangan Jungkook," keluh Kiya.
Kim Taehyung itu sahabat Jungkook juga teman satu jurusan Kiya. Dulu yang menjadi perantara dua sejoli itu adalah dirinya. Kiya begitu gencar mendekati Taehyung saat tahu pemuda itu bersahabat dekat dengan si Jeon, dan jadilah seperti sekarang. Pemuda Kim itu selalu dijadikan tempat berkeluh kesah oleh si gadis Choi.
"Denger, Ki. Kalau Jungkook emang sayang, dia nggak akan lupa. Justru dia pasti sadar sama perubahan sikap lo," ucap Taehyung lagi. Pemuda itu memang bisa menjadi pendengar yang sangat baik.
"Kan, gue udah bilang, dia udah sadar. Dia bilang kalau gue berubah, tapi dia suka karena gue nggak kaya bocah lagi. Tapi gue takutㅡgue takut dia terbiasa kaya gini, dan kehadiran gue bakal hilang dari pandangan dia."
Mendengar penuturan sahabatnya justru membuat Taehyung mendecak kecil sebelum berujar dengan nada rendah sembari menatap lekat manik hazel dihadapannya, "Lagian kenapa lo liat ke Jungkook terus sih? Padahal disamping lo itu ada gue."
🌻🌻🌻
Hari yang sangat dinantikan Jungkook akhirnya tiba juga. Keberangkatan menuju Surabaya bersama tiga rekan lainnya sudah di depan mata. Yang bersedia menjadi delegasi benar-benar hanya Jimin dan Eunwoo. Sedangkan si Jeon itu harus membujuk Jihan mati-matian agar ikut. Gadis itu menolak ikut dengan alasan mabuk perjalanan, sedangkan Jungkook hanya menganggap itu hanya akal-akalan saja padahal Jihan sudah berulang kali mengucap sumpah yang bukan bualan.
"Kalian beneran fit, kan, badannya? Kita baru sampe besok pagi soalnya." sekali lagi Jungkook memeriksa kondisi ketiga rekannya.
"Gue mah selalu siap siaga, bos." sahut Eunwoo dengan yakin.
"Gue juga, tenang aja, aman." Jimin mengacungkan jempol tanda siap.
"Jangan salahin gue kalau mabok. Gue udah bilang berkali-kali ya." kalau ini Jihan. Persiapannya lengkap sekali mulai dari obat anti mabuk sampai plastik hitam untuk menampung sesuatu yang menjijikan nantinya.
"Tenang aja, selama ada Jungkook tuh lo aman. Ya kan, Jek?" Jimin menaik turunkan alisnya nakal sembari tersenyum jahil. Sedangkan yang diperlakukan seperti itu hanya bisa mengerutkan dahi.
Tak lama setelah itu, bus yang akan mereka tumpangi datang. Jihan tentunya dipersilahkan untuk masuk terlebih dahulu mengingat gadis itu satu-satunya kaum hawa disini. Disusul Jimin, Eunwoo kemudian Jungkook paling akhir. Si tampan Eunwoo itu segera mengambil posisi disamping Jimin.
"Jadi, gue yang duduk sama Jihan?" Jungkook begitu mengetahui bangku di sebelah sekretarisnya kosong.
"Sok tanya gue yang duduk sama Jihan padahal itu mau lo dari awal, kan? Udahlah, Jek. Basa-basi lo tuh, basi." sepertinya mulut Jimin harus disumpal dengan kau kaki yang Jungkook kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematic
FanfictionKisah rumit Jeon Jungkook, Min Jihan, dan Jung Hoseok. Semakin hari semakin kusut. Semakin hari, semakin banyak kebohongan tercipta. Parahnya, mereka hanya pasrah mengikuti arus. Tak ada satupun yang mencoba melawan atau bergerak menepi. Januari, 20...