XXVII

1.6K 388 96
                                    

-Dua Puluh Tujuh-
Kembalinya Jihan
ㅡㅡ

Jihan sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Sudah mengikuti kelas dengan cukup baik meski harus mendapat beberapa kali teguran dari dosen yang bersangkutan. Tidak dipungkiri, nama Hoseok masih memenuhi sebagian besar pikirannya. Tidak semudah itu melupakan. Pagi buta tadi juga dirinya sudah kembali ke radio yang berujung mendapat omelan panjang dari Seokjin. Tapi gadis itu hanya diam, mengangguk, bahkan tidak mengerti inti pembicaraannya dengan si Kim tampan itu. Panjang sekali, pusing.

Saat ini, ia kembali ke sekret dimana aktivitas yang lain sudah menanti. Organisasi yang sebentar lagi juga akan ditinggalkan karena masa jabatan sudah hampir selesai. Ah, Jihan tidak sabar untuk demisioner.

"Weits, ibu negara kemana aja beberapa hari nggak nongol?" ini jelas Jimin yang setia menyapa Jihan.

"Tau, bikin bapak negara jadi nggak fokus kerja. Sebentar-sebentar ditinggal, kacau nih hati—eh, negara hahaha." Ini Eunwoo yang tak kalah jahil.

"Bangsat emang." Jungkook terkekeh di sudut ruangan padahal atensinya masih jatuh sepenuhnya pada game. "Jangan ganggu ibu negara gue, lagi sensi dia."

Kekehan kecil itu menular pada Jihan sebelum dirinya melangkah mendekati sumber tawa kecilnya sore ini. "Ngapain, Jung?"

"Ha?" si Jeon itu tersentak, bahkan ponsel yang sedang dalam genggaman hampir jatuh karena sapaan mendadak dan aroma manis strawberry yang menyapa penghidu. Bahkan pemuda itu menegakkan tubuh. Padahal awalnya setengah berbaring dengan kaki kanan yang ditumpukan pada kaki yang lain.

"Lagi ngapain? Serius banget?" tanya Jihan lagi lengkap dengan senyum tipisnya.

Manis, sial.

"O-oh, ini, mabar hehe." Jungkook salah tingkah sendiri. Bahkan sampai lupa cara menyerang lawan.

"Ehm, naik satu level, ehm, pdktnya. Aduh mulut gua—eh tenggorokan gua gatel sial, EHM." siapa lagi kalau bukan Jimin yang luar biasa jahil.

Alhasil Jihan kembali terkekeh. Bahkan berhasil menyingkirkan sejenak rasa sakitnya. Seharusnya ia datang kesini sejak kemarin agar tidak terus menangis. Tapi yang dirasakan Jungkook jelas berbeda, ia merasa semakin salah tingkah saat Jimin mengganggu mereka. Sesuatu dalam dadanya berulah tak terkendali.

"Baru selesai kelas?" pemuda Jeon itu berusaha menghilangkan gugupnya.

Yang ditanya hanya mengangguk tanpa berniat melontar kata.

"Udah makan?" sial. Bahkan jantungnya semakin berdegub tak karuan saat memberikan perhatian kecil.

Jihan kembali mengangguk, masih tanpa suara. Senyumnya tertarik semakin lebar kala menemukan Jimin dan Eunwoo yang terkekeh geli di sudut lain. Namun tanpa diduga, pemuda Park itu melangkah menghampiri.

"Jek?"

"Hm?"

"Udah makan?"

"Bangsaaaaat."

Sungguh, pipi dan telinga Jungkook kini memerah samar. Malu sekali. Jimin sialan. Sedangkan Jihan benar-benar dibuat tertawa sampai mengeluarkan sedikit air mata. Rekannya yang satu itu memang kelewat jahil.

Saat Jimin menyingkir, sebuah ide jahil terlintas begitu saja pada pikiran Jihan.

"Jim?" Panggil gadis itu.

Pemuda Park itu berbalik dengan kening yang berkerut.

"Udah makan?"

Kini tawa Jimin menyembur lebih keras, bahkan sampai jatuh berlutut akibat memegangi perut yang terasa kaku. Si gadis Min juga ikut tertawa lepas, dan Jungkook bersyukur untuk itu. Setidaknya Jihan tidak lagi terpuruk seperti saat itu meski binar matanya belum sepenuhnya kembali.

ProblematicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang