9

24 1 0
                                    

Hari semakin sore. Perlahan rintik hujan mulai turun bersamaan dengan berakhirnya jam pembelajaran hari itu.

Teman-temanku bergegas pulang. Tetapi hujan semakin deras, membuatku harus menunggunya reda sebelum kembali ke rumah.

Aku memilih untuk duduk di koridor sekolah sambil menunggu hujan reda.

"Bt ya?" seseorang menghampiriku

"Kenapa bisa nebak begitu?"

"Dari tadi kamu nunggu hujan reda, tapi hujan malah makin deras"

"Terkadang, hujan memang suka bikin kesal"

"Kalau kamu sadar bahwa kali ini hujan mengizinkan kita untuk bersama, masih mau bilang kalau hujan suka bikin kesal?"

Aku terdiam, berusaha untuk mencerna perkataannya, "Aku ngga ngerti"

Yoga hanya tersenyum "Pulang bareng yuk?"

"Hujan" jawabku ragu untuk meng-iyakan tawarannya

"Biar kamu faham apa maksudku"

Sore itu kami menghabiskan waktu bersama. Ditemani rintik hujan yang membasahi seisi kota. Hanya berdua, namun aku rasa aku sudah cukup bahagia.

"Gimana? Masih kesal karena hujan?"

"Ngga"

"Kenapa bisa berubah pikiran gitu?"

"Karena saat ini, aku sudah cukup bahagia"

"Jadi, sudah faham apa maksudku?"

"Hujan tak selamanya menyebalkan. Terkadang, hujan juga bisa membuat kita bahagia. Contohnya saat ini, aku bahagia ketika bisa bersama denganmu ditengah-tengah hujan. Itu tandanya, hujan memang mengizinkan kita untuk bersama" aku tersenyum

"Aku senang ketika kau juga merasakannya"

"Mengapa kau begitu suka dengan hujan?"

"Karena bagiku, hujan selalu membawa kebahagiaan" Yoga terdiam, kemudian tertawa "Kenapa ngomongnya jadi baku banget gini sih Sha?"

"Eh iya juga ya kenapa jadi baku banget" Aku ikut tertawa "Lo sih Yog, gue jadi ikut-ikut baku gitu kan ngomongnya"

"Jangan manggil Yoga, gaenak. Panggil gue pake nama depan gue, Reifan"

"Ah itu juga gaenak, susah nyebutnya"

"Yaudah iya, dibikin gampang aja. Repan"

~ ~ ~ ~

Hari itu adalah hari termalas yang aku rasa. Tak ada semangat untuk melakukan apapun. Pagi itu aku menghabiskan waktu kurang-lebih satu jam hanyak untuk berkonsentrasi mengumpulkan tenaga untuk bangkit dari tempat tidurku. konsentrasiku terganggu ketika ponselku berbunyi.

Adelin : Alisha! Bangun lo! Hari minggu jangan molor mulu!

Me : Iya iya.. ini udah bangun

Me : Emangnya mau ngajak gue kemana si?

Me : Masih pagi, gue udh dibangunin_-

Adelin : Udah cepetan mandi sono,

Adelin : Gue tunggu ditempat yang gue bilang kemaren, okay?

Me : Okay, 1jam lgi gue otw

Hari ini Adelina berniat pergi dengan teman-temannya, tetapi diantara teman-temannya hanya dia satu-satunya perempuan yang ikut.Maka dari itu, Adelina mangajakku untuk menemaninya.

Kami berencana untuk pergi ke salah satu tempat wisata yang berada tak jauh dari kota tempat tinggal kami. Untuk sampai disana, kami hanya memerlukan setengah jam perjalanan menggunakan sepeda motor.

Sebelum berangkat menuju tempat tujuan, kami berkumpul disalah satu restoran cepat saji yang berada dekat dengan sekolah kami. Sebut saja tempat itu dengan sebutan McD.

Sesampainya aku di titik kumpul, Adelina sudah menunggu disana dengan beberapa temannya.

"Nice, Alisha udah dateng" ucap Adelin

"Sorry gue rada telat" aku bersalaman dengan Adelin dan teman-temannya

"Gapapa Sha, kita masih nunggu satu orang temen kita ko" Adelin membuka ponselnya, berusaha menghubungi temannya yang sedang ditunggu "Ah elah, lama bat si ni orang satu. Keburu siang kita nanti"

"Santai Del, jangan ngamuk dulu" salah satu dari mereka berusaha menenangkan Adelin. Tak lama, terdengar suara knalpot bising "Apa gue bilang, jangan ngamuk dulu. Tuh dateng si bocil"

Terlihat seseorang mengendarai motor sport melambaikan tangan kepada kami, "Langsung cabut, gausah nungguin dia turun" ucap Adelin kepada teman-temannya

"Del, gue sama siapa?" aku bertanya ketika aku tersadar bahwa saat itu Adelin tidak mengendarai motornya sendiri

"Astaga gue lupa, sorry ya Sha" Adelin memperhatikan motor teman-temannya "Sha, lo sama si bocil aja. Yang lain gabisa bawa boncengers. Single seat semua"

"Yang mana?" aku tak tau mana teman Adelin yang biasa dipanggil 'si bocil' itu.

Salah satu dari mereka mendekat padaku "Ayo naik. Kasian yang lain, keburu siang nanti. Panas" ucap salah satu teman Adelin, aku rasa dia lah yang biasa dipanggil bocil. Tetapi aku tak dapat mengenali wajahnya, karena helm yang dipakainya.

Perjalanan yang kami tempuh tak terasa lama, karena jalanan hari itu terbilang cukup lengang. Sesampainya ditempat tujuan, aku memilih untuk bergegas berjalan menyusul Adelina. Belum sempat aku berjalan, langkahku terhenti

"Tungguin gue. Bareng-bareng jalannya" ucap si bocil, teman Adelina yang aku tumpangi motornya. "Santai aja kali, gausah buru-buru" ucapnya sambil merapihkan sarungtangannya

Aku memperhatikan caranya berbicara, sepertinya aku tak asing dengan suara ini.

Aku membuka maskerku ketika ia juga membuka helmnya. Kami sama-sama terkejut

"Repan?"

"Alisha?"

"Lo ngapain disini?"

"Lahh harusnya gue yang nanya begitu sama lo. Lo ngapain disini?"

"Gue disuruh Adelin buat nemenin dia jalan sama temen-temennya. Lo ngapain?"

"Ya gue kan temennya Adel"

Ketidaksengajaan kembali membuat kami bertemu. Dulu aku berfikir bahwa aku tak akan bertemu lagi dengan Reifan. Tapi nyatanya, tuhan telah mengizinkanku untuk mengenalnya lebih dekat dan selalu mempertemukanku dengannya.

Biar Hujan Satukan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang