20

41 4 0
                                    

Aku bersiap untuk menghadiri konser yang akan diselenggarakan oleh salahsatu universitas swasta di kota. Pukul 3 sore, aku pun berangkat untuk menghadirinya.

Cuaca sore itu tak begitu mendukung. Musim penghujan yang menyebabkan turunnya hujan disetiap hari. Sepanjang perjalanan, aku ditemani oleh awan hitam yang siap untuk menumpahkan muatan airnya dan mengguyur kota.

turun dari kereta, keluar stasiun dan akhirnya aku harus melanjutkan perjalanan menggunakan bis kota. Aku memilih kursi kosong dekat jendela. Di pemberhentian berikutnya, seorang perempuan duduk disampingku. Ia terlihat sedang memandang gps dan kebingungan.

"Mau kemana teh?" aku membuka percakapan

"Eh ini saya mau ke sini" ia menunjukan tiket yang sama seperti milikku "Mba tau ga ini lokasinya dimana?"

"Tau ko, kebetulan saya mau kesana juga. Kita bareng aja teh"

"Wah kebetulan banget yaa" ia tersenyum "Ohiya, mba sendirian aja?"

"Hehe iya nih saya sendirian aja"

"Oalahh"

Tak lama, kami tiba di pemberhentian yang kami tuju. Ini masih tiga puluh menit sebelum acara dimulai. Tetapi sudah sangat ramai dengan mereka yang ingin menyaksikan idolanya beraksi diatas panggung.

Ketika pintu masuk dibuka, seketika mereka berdesakan ingin menjadi yang lebih dulu masuk dan dapat posisi tepat didepan panggung. Akupun ikut berdesakan dengan mereka. Disitulah letak keseruan menonton konser.

Kami semua puas bernyanyi bersama, bersenang-senang, dan melupakan sejenak semua masalah yang sedang kami hadapi. Termasuk aku, seketika ak tak lagi memikirkan masalahku dengan Reifan dan Reza meskipun sebenarnya merekalaah yang selalu membuatku sulit untuk berkonsentrasi dengan segaala hal.

Perlahan, rintik hujan mulai turun. Semakin deras mengguyur para penonton konser. Kami memilih untuk tetap menikmati konser ditengah hujan.

Sang bintang tamu hadir diatas panggung. Salahsatu penyanyi indie yang sedang naik daun dan menjadi idola para remaja seusiaku.

"Jangan ada yang mengeluh karena datangnya hujan. Hujan tuh ga jahat, gabakal bikin kalian sakit kalau kalian bisa nerima hujan dengan baik"

Penonton bersorak menyebut nama sang bintang

"Tunggu aja, pasti ada sesuatu yang mau disampein sama hujan untuk kita. Sesuatu yang mungkin ga kita kira sebelumnya. Kejutan yang bakal dikasih"

Ditengah-tengah desakkan penonton lain, aku tersenyum dan berdoa. Semoga kali ini benar ada yang ingin disampaikan oleh hujan. Aku harap, seseorang yang akan menemuiku karena hujan kali ini adalah orang yang benar-benar tulus mencintaiku.

Satu-persatu dari kami mulai berhamburan keluar dari area pertunjukan. Aku melangkah seorang diri, berjalan diantara mereka yang sibuk menghindari hujan bersama dengan teman-temannya.

Aku hanya sibuk melamun, kembali memikirkan segala hal yang membuatku terus kepikiran. Aku melangkah menuju salahsatu hakte bus yang ada tak jauh dari tempat konser berlangsung.

Beberapa bus sudah melewati halte, tetapi aku memutuskan untuk tetap tidak naik. Karena keadaan bus yang sangat padat. Aku memilih untuk menunggu bus berikutnya yang tak terlalu ramai.

Bukannya reda, hujan nampak semakin deras. Tak terlihat bus berikutnya yang melewati halte tempatku menunggu. Aku semakin larut kedalam lamunanku.

Teringat saat-saat ketika aku dan Reifan sedang memandangi hujan. Perkataan penyanyi tadi membuatku teringat tentang hal ini. Ketika Reifan berkata bahwa hujan tidaklah jahat, hujan takkan membuatku sakit.

"Ya tuhan, aku mohon. Jika benar ada kejutan yangin kau berikan padaku lewat hujan kali ini, tunjukanlah. Dan aku harap kejutan itu adalah hal yang terbaik untukku" ucapku perlahan. Berdoa kala hujan, paling tidak ada sedikit harapan bahwa doaku akan terkabul

"Ngga ketemu, malah keujanan. Sialan" bentak seseorang pada dirinya sendiri. Aku hanya terdiam, berpura-pura tak mengetahui ada seseorang disana "Anj***. Bodoh banget si Za. Kalo cewe lo kenapa-napa gimana? Dasar gob***" ia terus membentak

Aku tetap terdiam. Tak ingin meredakan amarahnya, takut dibilang perempuan sok peduli. Tak lama, ia duduk disampingku. Menunggu hujan reda.

"Abis nonton konsernya ya teh? Selesainya udah dari tadi?" pertanyaan itu pasti diajukan padaku, karna tak ada seorangpun selain aku yang berada disana.

Aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaannya, tanpa mengalihkan pandangan.

"Kemana lagi ya tu anak, apa udah pulang ya. Yaampun bikin khawatir aja kerjaannya" sepetinya ia benar-benar sedang khawatir

"Nyari siapa emangnya-"

"Alisha? Kamu tuh ya, hobinya bikin khawatir aja! Aku jauh-jauh kesini buat nyamperin kamu. Kamu kemana aja gabisa dihubungin?"

"Reza? Aku kira kamu gabisa dateng"

"Gapenting. Kamu kenapa sendirian disini?"

"Kamu gamau nemenin aku nonton konsernya, jadinya aku sendirian deh

"Ngelamunin apa tadi?"

"Ngga, bukan apa-apa. Kamu kenapa kesini?"

"Tadi mendung gelap banget dirumah, jadi aku kesini. Niatnya mau jemput kamu, takutnya kamu kenapa-napa kalo pulang hujan-hujan sendirian"

"Doa ku terjawab" ucapku berbisik "Terima kasih ya tuhan"

"Apa? Kenapa?"

Aku menggeleng sambil tersenyum senang. Hujan pun berangsur reda.

"Kalau bukan karena hujan, kamu gabakal kesini kan?"

"Iya, kalo ga hujan, aku gabakal ketemu kamu. Mungkin untuk beberapa saat. Kamu kan lagi ngambek sama aku"

"Ngga ngambek tau"

"Tapi chat aku ga dibales-bales dari kemarin. Apa namanya kalo bukan ngambek?"

Kami tertawa, ditemani hujan yang mulai mereda dan lampu-lampu jalan yang mulai dinyalakan. Aku senang doa ku terkabul. Hujan mengirimkannya untuk bertemu denganku. Dan mungkin, ialah yang terbaik untukku.

Ingat, jika kau benar menyayangi seseorang. Jangan sekalipun kau mengecewakannya jika kau tak ingin kehilangannya untuk selamanya.

Perempuan memang mudah memaafkan, tetapi ia akan sulit untuk melupakan.

Biar Hujan Satukan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang