12

25 2 0
                                    

Bel tanda waktu istirahat akhirnya dibunyikan. Kali ini, aku memilih untuk tetap didalam kelas. Kembali menyelesaikan novel yang sudah lama tak ku baca. Tak lama, seseorang datang menghampiri aku yang sedang sibuk dengan novelku.

Tidak, kali ini bukan Reifan. Dia bukan murid dari kelasku, sudah lama juga aku tak bertemu dengannya

“Hai, tumben ga keluar? Kenapa?” tanya laki-laki itu, lalu duduk disampingku

“Gapapa”

“Tadi gue nyari lo di kantin. Biasanya kan lo selalu ada di kantin, tapi gue cari ngga ada. Yaudah gue cari lo kesini”

“Trus ngapain kesini? Padahal udah lama lo ngilang”

“Iseng aja, kangen ngobrol sama lo. Oh iya, ini gue beli minuman buat lo. Sengaja gue beli, gue inget lo suka minum ini. Nih” ia menyodorkan sebotol minuman

Aku tak menanggapinya, suasana hatiku sedang tak ingin berinteraksi dengannya. Tak lama, beberapa temanku kembali kedalam kelas

“Sorry bro, bisa ga lo gausah duduk disini?” Reifan datang menegur Reza

“Lo siapanya Alisha? Sampe ngusir gue segala” Reza berdiri, mendorong tubuh Reifan

“Lah kok lo malah nyolot? Mau ribut?” Reifan mendekatkan tubuhnya pada Reza. Suaranya meninggi

“Reza! Lo apa-apaan sih. Kalo nyari ribut jangan disini!” teriakku melerai mereka

“Kok lo ngebela ni orang sih Sha? Emang dia siapa? Pacar lo?”

“Iya, dia pacar gue. Kenapa?” jawabku “Keluar lo dari kelas gue. Gausah deh lo deketin gue lagi” aku menunjuk kearah pintu

“Ohh jadi sekarang lo milih dia? Emangnya kurang baik apa gue sama lo Sha?”

“Iya, jelas lah gue milih dia. Dia gapernah bikin gue sakit hati. Dia gapernah yang namanya mainin perasaan cewe”

Reza terdiam, menatap aku dan Reifan bergantian. Lalu melangkah pergi dari ruang kelasku.

“Maaf ya Ca, gue hampir berantem tadi sama temen lo” ucap Reifan, ia menunduk merasa bersalah atas keributan yang ia perbuat

“Haha iyaa santai ajaa, maaf tadi temen gue bikin lo kesel. Emang suka begitu dia” aku dan Reifan kembali duduk

“Soal kata-kata lo tadi...”

Bel kembali berbunyi, ini tanda dimulainya pelajaran. Beberapa jam yang canggung, rasanya sama seperti kemarin. Jam pelajaran berlangsung hingga waktu pulang tiba.

“Emm.. Ica,”

“Iya, Kenapa Pan?” aku menatapnya

“Pulang bareng gue yuk, mau ga?” Reifan menggenggam tanganku

“Hmm..” aku menunduk “Boleh deh, yuk” aku tersenyum menatap wajah manisnya. Reifan balas tersenyum

Seperti biasa, ketika ia mengantarku pulang kerumah ia selalu mengambil jalan memutar. Agar bisa lebih lama bersamaku katanya.

Langit perlahan berubah menjadi semakin gelap. Seperti pertanda akan turunnya hujan lebat.

“Ca, kayanya mau hujan deh. Gimana nih? Rumah lo kan masih jauh” ucapnya

“Gapapa Pan, lanjut aja. Kalo kehujanan juga kan yang penting gue kehujanannya sama lo”

“Ngga, Ica gaboleh kehujanan. Tuh kan udah mulai gerimis, kita mampir kesana dulu ya” Reifan menepikan motornya menuju salah satu tenda makanan kaki lima “Sekalian makan dulu deh Ca, lo belom makan kan?”

“I-iya gapapa sekalian makan aja”

“Eh tapi gapapa kan makan dipinggir jalan gini? Enak kok makanannya, gue sering kesini”

“Iya Pan, gapapa.. asal sama lo, gue seneng kok” aku tersenyum

Kami menghabiskan waktu berdua, menunggu hujan yang tak kunjung reda. Udara semakin dingin, kini kami duduk semakin mendekat. Obrolan kami semakin hangat ditemani dengan segelas minuman yang kami pesan. Aku nyaman ada didekatnya.

~ ~ ~ ~

Aku terbangun dan bersiap untuk pergi kesekolah lebih pagi hari ini. Ketika aku sedang menunggu sarapan, ponselku berbunyi.

Repann : Udah rapih Ca? Mau gue jemput ga?

Me : Lo mau jemput gue? Masih pagi ini Pan

Repann : Bodo amat, wkwk. Udeh gue mau otw dulu, lo siap-siap ya

Me : Yaudah kalo gitu mah gapapa, lumayan hemat ongkos

Pukul setengah tujuh pagi, aku sudah menyelesaikan sarapanku dan bersiap untuk berangkat.

Ketika aku sedang sibuk dengan sepatuku, aku mendengar suara motor Reifan datang. Aku bergegas menghampirinya.

“Pagi neng, cakep amat si. Jadi suka nih abang sama eneng” Ia membuka helm yang ia kenakan, lalu menjulurkan tangannya. Aku membalas juluran tangannya.

“Cakep darimananya sii” aku tertawa

“Dari sana nya udah cakep kok eneng mah” Reifan tersenyum “Nih helm nya, yuk berangkat. Takut keburu siang, tau sendiri kan lo kalo terlambat urusannya sama siapa” Reifan mengenakan helmnya

“Mr. Dion lah, si ayah galak” aku dan Reifan tertawa. Lalu kami pergi berangkat.

Perjalanan kami sedikit terhambat karena padatnya jalan di pagi hari. Lika-liku jalan raya yang dipadati oleh para pekerja yang akan menuju ke kantornya, dan juga anak-anak sekolah yang bergegas menuju ke sekolah masing-masing.

Sesampainya kami disekolah, aku disambut oleh beberapa temanku. Termasuk Adelina.

“Lisa!” Adelin berlari menghampiri aku dan Reifan yang baru saja tiba

“Alisha, Del.. Alisha” aku tertawa

“Iya iyaaa Alisha” Adelin cemberut sambil merapihkan ikat rambutnya

“Buset pagi-pagi udeh ngambek aja lo! Haha”

“Yeu gajelas lo.. oh iya, btw” belum selesai Adelin berbicara, ia menepuk bahu Reifan dari belakang. Spontan, Reifan membalikkan badannya “Repan?! Ohh lo berdua.. wahh bole juga nih” ucap Adelin sambil menunjuk aku dan Reifan begantian

“Apa? Mau ngomong apa lo?” canda Reifan pada Adelin

“Ngga ngga, ngga ngomong apa-apaan gue”

“Dihh gajelas banget lo Del. Heh, kita udah satu sekola tapi baru sekarang ketemunya. Kemana aja dah lo?”

“Iya Del, kemana aja sih? Kayanya gue juga baru ketemu lo lagi deh” sambungku

“Gakemana-mana kok, justru karena gue gakemana-mana jadi lo lo pada ngga pernah ngeliat gue disekolah” jawabnya “Udah ah, gue masuk kelas dulu. Belom nyalin tugas. Bye Sha, Pan, masih pagi jangan pacaran” ia tertawa lalu melangkah meninggalkan kami berdua

“Bye Del” aku dan Reifan berucap bersamaan. Lalu kami saling tatap,

“Banyak banget yang ngira kita pacaran, kenapa sih?” aku bertanya

“Ntah, gangerti juga” Reifan menggaruk kepalanya

“Emang ya dunia, banyak banget netizen. Komentar cuma sesuai apa yang diliat”

“Emang kita keliatan kaya pacaran ya Ca?”

“Ya ngga lah, emangnya kita ngapain aja?”

“Gatau, lagian banyak banget yang ngira kita pacaran sih. Cocok kali ya kita” kata-katanya membuat aku melirik sinis padanya

“Lo gila? Cocok darimana coba?”

Biar Hujan Satukan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang