13

23 2 0
                                    

Hari ini pelajaran berakhir lebih cepat. Aku bergegas pulang, karena angin sudah semakin kuat membawa awan hitam tepat menutupi kota.

Aku berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai dengan mereka yang terburu-buru, tak ingin terjebak hujan.

Perlahan, rintik hujan mulai turun. Aku semakin larut terbawa lamunanku. Kejadian kemarin, keributan yang terjadi antara Reza dengan Reifan dan keputusanku untuk mengaku kepada Reza bahwa Reifan adalah pacarku.

Sebenarnya, aku tak mau membohongi perasaanku sendiri. Aku merasa bersalah pada mereka berdua. Reza yang telah aku bohongi tentang aku dan Reifan. Dan juga Reifan yang telah aku akui sebagai pacarku. Aku takut Reifan tersinggung atas kata-kataku pada Reza.

Semakin aku larut dalam lamunanku, sampai aku tak tersadar bahwa ada seseorang yang mengikuti langkahku. Aku menoleh, melihat sosok yang mengikuti aku. Langkahnya terhenti ketika aku menatapnya.

"M-maaf Ca" ia membuka penutup kepalanya "Gue sengaja ngikutin lo, gue liat lo jalan sendirian, gue takut lo kenapa-napa" ucapnya

"Pan, hujan. Lebih baik lo pulang, daripada kehujanan gini"

"Tapi gue takut kalo ninggalin lo sendirian gini Ca" suaranya samar, tertutup oleh hujan yang semakin deras

"Yaudah, kita berteduh disana" aku menarik lengannya menuju sisi jalan. Kami berteduh didepan salah satu toko yang sedang tutup. Kami memandangi hujan yang semakin deras

"G-gila lo Ca" suaranya bergetar tanda kedinginan "Ngapain sih lo jalan sendirian ujan-ujanan gitu?" ia menatapku, nada bicaranya sedikit meninggi

"Salah sendiri, ngapain ngikutin gue? Keujanan juga kan lo jadinya" aku tak mempedulikan nada bicaranya

"Kalo lo sakit gimana?" ucapnya

"Ya ngga lah, hujan ga sejahat itu sampe bikin gue sakit. Lo sendiri yang bilang kalo hujan itu, ngga selamanya menyebalkan" aku tersenyum menatap hujan yang mengiringi datangnya senja sore itu

"Lagian, lo ngapain sih ujan-ujanan sendirian gitu? Ohh lagi ada hal yang bikin lo kepikiran ya?"

"Ngga kok, gaada apa-apa" aku menatap matanya

"Gausah bohong deh lo. Gaada apa-apa gimana? Hari ini tuh lo aneh tauga. Ga banyak ngomong, tiba-tiba kabur pas jam pulang, trus tau-tau lo jalan sendirian ditengah-tengah ujan gitu. Gamungkin lo ga kenapa-napa" Reifan kembali mengeluarkan keahliannya, berbicara dengan sangat cepat.

Aku menirukan caranya berbicara
"Udah selesai ngomongnya?" aku tertawa

"Udah ga deres hujannya, gue duluan ya" aku melangkah, melanjutkan perjalananku menuju ke rumah

"Nggak" Reifan menarik tanganku

"Kenapa Pan? Gausah khawatir, kan gue udah bilang, hujan gabakal bikin gue sakit"

"Iya, gapapa lo ujan-ujanan. Tapi gue gamau lo ujan-ujanan sendiri. Gue anter lo pulang, biar lo ga sendirian" ia menjulurkan tangannya memastikan hujan sudah tak begitu deras "Udah reda kan ya? Lo tunggu sini, jangan kemana-mana. Gue ambil motor dulu" Reifan berlari diantara hujan

Aku menunggu Reifan sendirian, ditemani gemercik hujan yang menyisakan genangan ditepi jalan. Awan hitam perlahan pergi, senja pun perlahan tenggelam. Namun pelangi enggan menampakkan wujudnya, sudah terlalu malam katanya.

Lampu-lampu kota mulai dinyalakan, kehidupan malam itu mulai terasa. Syukurlah malam ini menjadi malam yang indah bagi banyak orang, karena tak diganggu oleh hujan. Reifan tiba dengan sepeda motornya, malam itu, kami pulang bersama.

Bercengkrama sepanjang jalan, dihiasi dengan tawa. Kini, kami layaknya sepasang manusia paling bahagia.

~ ~ ~ ~

Biar Hujan Satukan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang