Bagian-12

2.2K 83 1
                                    

Entah kenapa hari ini rasanya malas sekali bangun dari nyamannya tempat tidur. Arvin sudah bolak-balik membangunkan Rain tapi rasanya berat meninggalkan tempat super nyaman itu "sayang ayok bangun! Udah siang loh" di balik selimut hangatnya Rain hanya melengguh saja "bangunin dong" mengulurkan kedua tangannya.
"Manjanya istriku ini untung cantik" Arvin menarik tangan Rain hingga Rain sudah duduk di tempat tidur sembari mengucek mamanya.

"Aku udah siapin sarapan,makan dulu sana kasian dede bayinya belum makan"

"Aku mau mandi dulu" Rain pergi ke kamar mandi,sedangkan Arvin merapikan tempat tidur yang seharusnya Rain lakukan tapi karena alasan hamilnya Arvin melarang Rain melakukan pekerjaan rumah.

Arvin sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua "sayang ayok sarapan aku udah masak makanan kesukaan kamu loh" Rain turun dengan pakaian santai. Entah dari sejak kapan ia suka memakai daster ala-ala ibu rumahan.

Rain mengambil kan nasi untuk Arvin kini gilirannya yang melayani suaminya "aku mau ke rumah papa boleh gak?" Rain meminta izin untuk pergi ke rumah mertuanya.

"Boleh aja sayang,nanti aku anterin yah oh iya ko tumben ke rumah papa?"

"Aku pengen ketemu papa aja,lagian kan aku udah lama gak kesana"

"Jangan lupa minum vitamin kamu"
.
.
.
.
"Bi tolong buatin saya teh manis dong" papa menyuruh pembantunya membuatkan teh.

Suara klakson mobil dari luar rumah membuat papa bangkit dari duduknya untuk melihat siapa yang datang "Assalamualaikum papa ini Rain"

"Waalaikumsalam menantu papa,apa kabar sayang?"

"Rain baik pa, oh iya ini Rain bawain blackforest buatan Rain cobain yah pa"

"Wah makasih yah kamu emang pengertian"

"Pa aku titip Rain yah,soalnya aku harus ke kantor sekarang Assalamualaikum"

"Hati-hati yah"

Rain dan papa mertuanya masuk ke rumah.

"Papa denger kamu lagi hamil yah Rain?"

"Iyah pa,Rain lagi hamil anak Arvin"

"Jagain terus cucu papa yah Rain"
.
.
.
.
Sudah dari tadi Arvin menunggu kliennya yang tak kunjung datang  "wan mana nih klien udah lama gak muncul-muncul"

"Nah! Itu pal klien bapak"

Klien Arvin seorang wanita cantik yang begitu indah saat di pandang. Tubuh tinggi semampai,hidung mancung, wajah blasteran, kulit putih mulus dan tubuh yang sensual.

"Agatha,maaf telat maklum macet" mereka berjabat tangan "oh tidak apa-apa, apa bisa di mulai meetingnya?"

Meeting berjalan lancar dari tadi Agatha terus memperhatikan wajah tampan Arvin yang sangat terlihat serasi dengannya, Bagaimana pun caranya Agatha harus mendapatkan laki-laki itu.

"Saya permisi harus kembali ke kantor" Arvin pamit untuk kembali lebih. Arvin sudah pergi dari coffe itu.

"Bagaimana pun aku harus mendapatkan Arvin" Agatha begitu terobsesi akan Arvin yang mampu membuat hatinya luluh seketika dengan sentuhan tangan saja.
.
.
.
.
"Huoeekkk...huoeekkk...huoeekkk" Rain terus memuntah kan cairan bening wajahnya sangat pucat tubuhnya sangat lemas bahkan untuk berdiri pun sudah tidak kuat lagi, rasa mualnya kembali terasa ia pun terduduk di lantai kamar mandi dengan menyandarkan tubuhnya di dinding kamar mandi. Ia mengambil handphonenya untuk menghubungi Arvin.

"Hallo vin?" suara Rain begitu lemah membuat Arvin sangat khawatir.

"Ada apa Rain? Kamu kenapa?" ia begitu panik.

"Vin aku gak kuat vin" suara Rain semakin melemah membuat Arvin gelisah

"Rain? Sayang aku pulang sekarang juga kamu tunggu di rumah papa yah sayang" ia mematikan sambungannya lalu pergi untuk melihat Rain.
.
.
.
.
Rain begitu lemas,dengan setengah sadar Rain mengelus perutnya sembari mengajak anaknya mengobrol " dede bayi anak mama gimana kabarnya?" tapi tiba-tiba kesadarannya hilang tubuhnya tergeletak di lantai kamar mandi.

Suara langkah kaki dengan tempo cepat yang menaiki anak tangga rumah orang tuanya dengan perasaan khawatir akan keadaan istrinya. "Rain?kamu dimana sayang?" Ia terus mencari istrinya di sudut kamar kamar yang cukup luas itu "sayang kamu di dalam?" tidak ada jawaban pintu kamar mandinya tidak terkunci. Ketika melihat istrinya ia langsung menggendongnya ala bridal style lalu di bawa ke rumah sakit.
.
.
.
.
Arvin menemani Rain di ruang rawat. Rain terpaksa di rawat karena kondisinya yang begitu lemah.

"Arvin,bisa ikut Bunda ke ruangan bunda?"

Arvin dan Diana pergi ke ruangannya.
"Ada apa bun?apa yang terjadi sama Rain?"

LOVE RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang