Detik berganti menit.
Menit berganti jam.
Jam berganti hari.
Hari berganti bulan.Sudah 5 bulan Rain di rumah sakit tidak ada kemajuan sama sekali bahkan dokter menyerah "kita terpaksa harus melepaskan alat-alat itu karena tidak ada kemajuan sama sekali. Operasi pun sudah kami lakukan tapi dia masih saja seperti ini"
"Saya mohon jangan dok biarkan dulu beri kami kesempatan satu bulan lagi jika dia masih belum ada kemajuan kami ikhlas jika alat-alat itu di lepaskan" Matthew memohon agar mereka tak melepaskan alat-alat itu di tubuhnya Rain.
.
.
.
.
"Sebaiknya kamu menikah lagi vin, percuma kamu tunggu Rain sebentar lagi dia mati""Jaga bicara anda tentang istri saya" Arvin menunjuk wajah ibu tirinya itu
"Jangan munafik Arvin mama tau kamu butuh seseorang untuk mengurus kamu. Biar kan dia Arvin"
"Saya tidak akan meninggalkannya sampai kapanpun"
"Ingat Arvin jika kamu menolak apa yang akan terjadi pada Rain istri tercinta mu itu"
Arvin mengepalkan tangannya.
"Jangan pernah berani sentuh istri saya jika itu sampai terjadi saya akan lakukan yang lebih"
Arvin pergi ke rumah sakit untuk melihat Rain.
Mama Deswita menghubungi seseorang "lakukan sekarang juga"
.
.
.
.
Seseorang masuk kedalam ruangannya secara diam-diam lalu menyuntikan sesuatu setelah selesai ia pun pergi dari ruangannya.Bunyi monitor begitu nyaring para dokter masuk ke dalam ruangan Rain dan memeriksa keadaannya.
"Alat pengejut jantung" mereka begitu panik akan keadaan Rain.
"Rainnn" Diana menangis di balik kaca pemisah itu "bunda tenang Rain pasti baik-baik aja bun" Chalondra menenangkan sang Bunda.
Tidak ada reaksi apapun dari Rain, detak jantungnya berhenti,denyut nadinya pun tidak ada bahkan Rain tidak bernafas sama sekali. Dokter menggelengkan kepalanya.
Dokter keluar untuk memberi tau kabar duka ini "bagaimana dok?" wajah cemas Diana dengan keadaan Rain. Dokter itu menunjukan wajah sedih lalu menggelengkan kepalanya "maksud anda apa dok?"
"Rain sudah meninggal"
Karena syok Diana pingsan di pelukan Matthew dan yang lain merasa sedih akan kepergian Rain yang begitu cepat terutama Arvin wanita yang ia nikahi beberapa bulan yang lalu harus pergi meninggalkannya untuk selamanya.
"Rainnnnn" Arvin mengguncang tubuh Rain yang sudah tidak bernyawa "aku mohon bangun Rain, please Rain demi Bunda kamu Rainnn"
"Yang sabar kak ini sudah takdir kak Rain" Abrisam mencoba menenangkan Arvin yang begitu terpukul dengan kepergian Rain.
.
.
.
.
"Berhasil!!" mereka begitu senang dengan kemenangnya "terus nasibnya si Rain itu gimana tan?""Mereka bakal kubur Rain,padahal di gak mati tapi mereka yang membuatnya mati karena tidak bisa bernafas di dalam liang lahat itu" mereka bersulang atas kemenangannya.
"Oh iya tan fungsi obat ini apa sih?"
"Itu obat penenang yang tante beli karena tante pake dosis tinggi Rain bakalan tidur selama 24 jam dan setelah 24 jam dia bakalan sadar dan sadarnya udah ada di dalam tanah"
Tanpa mereka sadari sepasang mata memperhatikan mereka dan mendengarkan pembicaran mereka.
.
.
.
.
Nada notifikasi dari handphone Arvin. Ia melihat isi pesan itu dan sangat terkejut dengan apa yang ia lihat itu."Tunggu istri saya belum meninggal dok"
"Kita ngerti kamu terpukul akan kepergian Rain tapi Rain udah pergi vin. Kamj harus terima kenyataan"
"Aku bicara yang sejujurnya Rain itu gak meninggal, aku tau penyebabnya ada seseorang yang menyuntikan obat penenang dengan dosis tinggi hingga Rain seperti sekarang. Rain akan kembali seperti semula setelah 24 jam,jadi dok tolong pasang kembali alat itu saya mohon"
Dokter itu mengangguk lalu kembali memasangkan alat-alat di tubuh Rain.
Sementara itu Arvin pergi ke rumah nya bersama beberapa polisi untuk memenjarakan ibu tirinya dan Melodi.
.
.
.
.
Melodi begitu senang Arvin datang "hai apa kabar?""Tangkap mereka pak" para polisi memborgol tangan ibu tirinya dan melodi.
"Apa yang kamu lakukan vin? Ini mama kamu"
"Kalian udah bunuh Rain,jadi aku gk bakalan lepasin kalian"
"Saya ingin mereka di hukum mati. Nyawa di bayar nyawa".
.
.
.
.
Sudah 24 jam Rain masih seperti semula bahkan dokter terus memantaunya.Terdengar bunyi monitor " detak jantungnya kembali normal" mereka memeriksa keadaan Rain yang sudah membaik walaupun belum sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE RAIN
Romansacerita ini kelanjutan dari ceritanya DOKTER CANTIK yah!! cuma ini sekarang anak-anaknya udah pada dewasa. . . . Rain Wijaya Alliet Orr anak angkat dari Diana Frederica Wijaya dan Matthew Alliet Orr kini ia sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang bany...